Cost structure merujuk pada cara di mana berbagai jenis biaya terkait dengan operasional bisnis diproyeksikan dan dikelola.
Pemahaman tentang cost structure dalam bisnis menjadi kunci penting karena kontrol dan manajemen biaya secara efisien diperlukan untuk mencapai profitabilitas yang optimal.
Cost structure dikenal sebagai alat untuk mengontrol biaya produksi, yang esensial untuk perencanaan dan pengambilan keputusan di perusahaan.
Analisis cost structure dibagi menjadi dua jenis, yaitu biaya variabel dan biaya tetap, yang memiliki dampak langsung terhadap kuantitas produksi barang.
Memahami cost structure dengan lebih mendalam akan membantu perusahaan dalam mengoptimalkan efisiensi biaya dan meningkatkan hasil keuangan mereka.
Baca Juga: Peluang Bisnis Ban Bekas Dan Cara Memulainya, Intip Yuk!
Pengertian Cost Structure
Cost structure adalah konsep yang merujuk pada berbagai jenis biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan, yang umumnya terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya variabel adalah biaya yang berubah seiring dengan perubahan dalam tingkat produksi atau layanan yang disediakan oleh perusahaan.
Di sisi lain, biaya tetap adalah biaya yang tetap konstan dan tidak berubah terlepas dari volume produksi atau layanan yang disediakan.
Ketika memulai bisnis, perusahaan harus menghadapi berbagai jenis biaya, baik itu dalam bisnis ritel maupun bisnis jasa.
Struktur biaya antara pengecer dan penyedia layanan seringkali berbeda, mengingat karakteristik dan kebutuhan operasional yang berbeda pula.
Dalam laporan laba rugi perusahaan, akun pengeluaran akan tergantung pada objek biaya, seperti produk, layanan, proyek, kegiatan bisnis, atau pelanggan tertentu.
Ini membantu perusahaan untuk melacak dan menganalisis pengeluaran mereka secara lebih terperinci, memungkinkan manajemen untuk membuat keputusan yang lebih tepat.
Selain itu, cost structure juga bervariasi tergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
Misalnya, dalam konteks lini produk, departemen, atau unit bisnis tertentu, biaya yang dikeluarkan dan struktur biayanya dapat berbeda-beda.
Dengan memahami cost structure secara mendalam, perusahaan dapat mengelola biaya mereka dengan lebih efisien, mengidentifikasi area-area yang dapat dioptimalkan, dan mengambil keputusan yang lebih tepat untuk mencapai tujuan keuangan dan operasional mereka.
Ini merupakan langkah penting dalam mencapai keberhasilan dan keberlanjutan bisnis.
Baca Juga: Contoh Budget Plan dan Cara Membuatnya, Mudah Kok!
Jenis Cost Structure
Dari penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa struktur biaya terdiri dari berbagai jenis komponen biaya yang sesuai dengan sumber dan objek pengeluarannya.
Menurut Investopedia, terdapat 8 jenis struktur biaya yang umumnya dianalisis dan sering muncul dalam akuntansi biaya.
1. Biaya Tetap
Fixed cost atau biaya tetap adalah komponen dalam struktur biaya yang tidak berubah meskipun tingkat produksi atau penjualan berubah.
Dengan kata lain, biaya tetap tetap konstan dalam jumlahnya terlepas dari fluktuasi dalam volume produksi atau penjualan.
Sebagai contoh, bayangkan sebuah perusahaan yang membayar biaya sewa mesin produksi sebesar Rp 200.000.000 setiap bulan.
Meskipun perusahaan memproduksi 20.000 barang pada bulan pertama dan hanya 10.000 barang pada bulan berikutnya, biaya sewa mesin tetap sama sebesar Rp 200.000.000 per bulan.
Biaya tetap dapat mencakup berbagai jenis pengeluaran yang tidak dipengaruhi oleh volume produksi atau penjualan, seperti biaya sewa, biaya asuransi, gaji karyawan tetap, dan biaya administrasi tetap lainnya.
Meskipun biaya tetap tidak berubah dengan volume produksi, penting untuk diingat bahwa mereka masih merupakan bagian penting dari struktur biaya suatu perusahaan.
Manajemen yang efisien dari biaya tetap dapat membantu perusahaan menjaga stabilitas keuangan dan meningkatkan profitabilitas mereka dalam jangka panjang.
2. Biaya Variable
Biaya variabel adalah jenis biaya yang berubah seiring dengan perubahan jumlah produk atau layanan yang dihasilkan oleh perusahaan.
Contohnya termasuk biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung seperti bonus dan komisi, biaya utilitas, dan biaya pemasaran.
Dibandingkan dengan biaya tetap, biaya variabel cenderung lebih responsif terhadap fluktuasi dalam volume produksi atau penjualan.
Misalnya, jika perusahaan meningkatkan produksi, biaya bahan baku langsung dan upah pekerja tambahan yang diperlukan juga akan meningkat sesuai.
Dalam konteks perusahaan jasa, biaya variabel seringkali terdiri dari biaya-biaya seperti bonus karyawan, upah tambahan untuk pekerja lembur, serta biaya perjalanan yang terkait dengan tugas tertentu.
Untuk perusahaan dengan proyek-proyek tertentu, pembagian biaya biasanya mencakup upah tambahan dan biaya lainnya yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan proyek tersebut.
Hal ini berdasarkan pada jumlah jam kerja yang diinvestasikan dalam setiap proyek.
Pemahaman yang baik tentang biaya variabel memungkinkan perusahaan untuk menghitung dengan lebih akurat biaya produksi atau layanan mereka sesuai dengan volume yang dihasilkan, serta membantu dalam perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan yang lebih tepat.
3. Biaya Langsung
Biaya langsung adalah komponen dalam struktur biaya yang secara langsung terkait dengan produksi atau penyediaan suatu produk atau layanan tertentu.
Biaya ini mencakup pengeluaran yang mudah diidentifikasi dan dapat dilacak secara langsung ke produk atau proyek spesifik.
Sebagai contoh, dalam sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi tas kulit, biaya langsung terkait dengan pembuatan sebuah tas kulit akan mencakup biaya bahan baku yang digunakan untuk membuat tas tersebut.
Bahan yang digunakan seperti kulit dan kain, serta biaya upah langsung untuk pekerja pabrik yang menghabiskan waktu untuk membuat tas tersebut.
Karakteristik utama dari biaya langsung adalah kemampuannya untuk dengan jelas dihubungkan dengan produk atau proyek tertentu.
Ini membuatnya relatif mudah untuk menghitung dan memantau biaya produksi secara akurat, serta untuk menentukan harga jual yang sesuai.
Dalam konteks perusahaan jasa, biaya langsung mungkin termasuk biaya-biaya seperti upah langsung untuk pekerja yang langsung terlibat dalam memberikan layanan, serta biaya-biaya langsung lainnya yang dikeluarkan secara langsung dalam penyediaan layanan kepada pelanggan.
Memahami dan mengelola biaya langsung dengan baik adalah kunci untuk mengontrol biaya produksi dan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Dengan melacak dengan cermat pengeluaran yang secara langsung terkait dengan produk atau layanan yang dihasilkan, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dalam mengalokasikan sumber daya dan merencanakan strategi bisnis yang lebih efektif.
4. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah jenis biaya yang tidak dapat secara langsung diidentifikasi atau ditelusuri ke suatu produk atau layanan tertentu.
Biaya ini tidak memiliki kaitan langsung dengan proses produksi atau penyediaan layanan, sehingga sulit untuk memperkirakan berapa jumlah biaya yang harus dialokasikan untuk setiap unit produk atau proyek.
Sebagai contoh, dalam perusahaan manufaktur yang memproduksi tas kulit, biaya tidak langsung mungkin mencakup biaya seperti biaya listrik untuk mengoperasikan mesin produksi, biaya sewa pabrik, biaya administrasi kantor, atau biaya asuransi umum.
Salah satu karakteristik utama dari biaya tidak langsung adalah bahwa mereka mencakup biaya keseluruhan yang tidak dapat dengan jelas dihubungkan dengan produk atau proyek tertentu.
Misalnya, biaya listrik untuk menjalankan mesin produksi akan mencakup semua aktivitas produksi yang dilakukan di pabrik, tanpa memandang jumlah tas kulit yang diproduksi.
Dalam akuntansi, biaya tidak langsung seringkali dialokasikan ke produk atau proyek berdasarkan metode tertentu, seperti menggunakan tarif overhead yang diterapkan pada volume produksi atau jam kerja.
Meskipun demikian, alokasi biaya tidak langsung ini dapat menjadi sumber kontroversi karena sifatnya yang kurang spesifik dan dapat menyebabkan distorsi dalam perhitungan biaya produk.
Memahami biaya tidak langsung dan mengelolanya dengan efisien adalah penting untuk menghitung total biaya produksi secara akurat dan untuk membuat keputusan yang tepat dalam perencanaan dan pengendalian biaya perusahaan.
Baca Juga: Simak Pentingnya Exposure Bisnis dan 5 Cara Meningkatkannya!
5. Sunk Cost
Biaya ini merupakan bagian dari struktur biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dan tidak dapat dipulihkan.
Sunk cost mewakili investasi yang sudah dilakukan oleh perusahaan sebagai komitmen terhadap suatu produk, layanan, atau kegiatan tertentu, dengan harapan mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan.
Contoh-contoh sunk cost meliputi berbagai pengeluaran yang telah dilakukan dan tidak dapat dihindari, seperti anggaran pengembangan produk, pembelian mesin produksi, pembayaran gaji karyawan, dan biaya pemasaran yang telah dikeluarkan.
Walaupun sunk cost tidak dapat ditarik kembali, penting untuk memahami bahwa keputusan masa depan tidak boleh dipengaruhi oleh sunk cost yang sudah dikeluarkan tersebut.
Sebaliknya, keputusan bisnis harus didasarkan pada perkiraan keuntungan dan kerugian masa depan yang terkait dengan langkah-langkah yang akan diambil, tanpa mempertimbangkan biaya yang sudah terlanjur dikeluarkan di masa lalu.
Memahami konsep sunk cost membantu perusahaan untuk mengambil keputusan yang lebih rasional dan efisien, dengan fokus pada proyeksi keuntungan dan biaya di masa depan, daripada terjebak dalam pengaruh emosional terhadap biaya yang sudah terlanjur dikeluarkan sebelumnya.
6. Operating Cost
Biaya operasional, juga dikenal sebagai operating cost, merupakan bagian penting dari struktur biaya suatu perusahaan yang terkait dengan kegiatan sehari-hari dalam menjalankan bisnisnya.
Biaya ini mencakup berbagai pengeluaran yang diperlukan untuk menjaga operasional bisnis tetap berjalan, dan dapat bersifat variabel atau konstan tergantung pada faktor-faktor seperti volume produksi atau layanan yang disediakan.
Contohnya, biaya operasional bisa mencakup biaya utilitas seperti listrik dan air yang digunakan dalam fasilitas perusahaan, tunjangan makan untuk karyawan, biaya penyewaan properti atau kantor, serta biaya-biaya lain yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan operasional sehari-hari.
Hal yang penting untuk dicatat adalah bahwa biaya operasional tidak dapat dengan mudah ditelusuri kembali ke satu produk atau layanan tertentu, karena mereka berkaitan dengan operasional keseluruhan perusahaan.
Meskipun demikian, pengelolaan biaya operasional yang efektif sangat penting untuk menjaga keberlangsungan bisnis dan mengoptimalkan profitabilitas.
Memahami komponen biaya operasional dan bagaimana mereka berkontribusi terhadap kegiatan bisnis sehari-hari membantu perusahaan dalam merencanakan dan mengelola anggaran dengan lebih efisien, serta memastikan bahwa sumber daya yang tersedia digunakan dengan optimal untuk mencapai tujuan perusahaan.
7. Opportunity Cost
Sesuai namanya, opportunity cost merujuk pada biaya yang timbul akibat dari pemilihan satu alternatif keputusan tertentu di atas alternatif lainnya dalam konteks bisnis.
Biaya ini mencakup nilai barang atau layanan yang dikorbankan atau terlewatkan demi memilih opsi yang dianggap lebih menguntungkan.
Misalnya, ketika sebuah perusahaan memilih untuk membeli aset baru daripada hanya menyewanya, biaya peluang dihitung dari selisih antara biaya akuisisi aset dan potensi manfaat yang diperoleh dari aset tersebut, dibandingkan dengan potensi penghematan biaya bunga jika uang tersebut digunakan untuk membayar utang.
Meskipun biaya peluang tidak selalu tercantum secara langsung dalam laporan keuangan perusahaan, namun informasi ini sangat berharga dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan manajerial.
8. Controllable Cost
Biaya yang dapat dikontrol, yang dikenal sebagai controllable cost, merujuk pada pengeluaran yang dapat dikelola atau diatur oleh manajemen suatu perusahaan.
Ini adalah jenis biaya yang pihak manajemen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi atau mengelola, terutama dalam hal menetapkan anggaran, menetapkan target, dan membuat keputusan terkait alokasi sumber daya.
Contoh-contoh dari biaya ini meliputi bonus karyawan, perlengkapan dan peralatan kantor, serta biaya pemasaran.
Manajemen memiliki kewenangan untuk mengatur seberapa besar bonus yang akan diberikan kepada karyawan, memutuskan jenis perlengkapan atau peralatan apa yang akan dibeli untuk kebutuhan kantor, serta menentukan seberapa besar anggaran yang akan dialokasikan untuk kegiatan pemasaran.
Salah satu karakteristik utama dari biaya yang dapat dikontrol adalah bahwa mereka dapat disesuaikan atau dimanipulasi sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan atau kebutuhan bisnis saat itu.
Misalnya, jika perusahaan menghadapi tantangan keuangan, manajemen dapat memutuskan untuk menurunkan bonus karyawan atau memangkas anggaran pemasaran untuk menghemat biaya.
Memahami dan mengelola biaya yang dapat dikontrol dengan efektif adalah kunci untuk menjaga keseimbangan keuangan perusahaan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mengoptimalkan profitabilitas.
Ini melibatkan proses perencanaan anggaran yang cermat, pemantauan pengeluaran secara teratur, dan pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan kondisi dan kebutuhan perusahaan.
Baca Juga: Consumer Insight: Definisi, Manfaat, dan Cara Optimalkannya
Fungsi Cost Structure untuk Perusahaan
Cost structure memiliki beberapa peran penting dan manfaat dalam operasional perusahaan.
Berikut adalah empat dari manfaat cost structure yang terpenting.
1. Mengontrol Biaya
Pemahaman dan penyusunan cost structure memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pengelolaan bisnis.
Hal ini memungkinkan pemilik bisnis untuk memiliki kontrol yang lebih baik terhadap biaya-biaya yang terkait dengan operasional perusahaan mereka.
Dengan memiliki struktur biaya yang jelas dan terorganisir, pemilik bisnis dapat dengan mudah mengidentifikasi area mana yang memerlukan penghematan atau penyesuaian biaya.
Lebih lanjut lagi, cost structure membantu dalam mengidentifikasi biaya-biaya yang dapat dikurangi atau dioptimalkan, sehingga pemilik bisnis dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan efisiensi pengeluaran perusahaan.
Dengan mengetahui struktur biaya secara rinci, pemilik bisnis dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam mengelola keuangan perusahaan mereka dan mengalokasikan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan bisnis yang ditetapkan.
Dengan demikian, cost structure memainkan peran kunci dalam memberikan kontrol yang lebih baik terhadap keuangan perusahaan dan membantu dalam mencapai kesuksesan bisnis yang berkelanjutan.
2. Menentukan Harga
Salah satu fungsi utama dari cost structure adalah membantu dalam menetapkan harga jual produk dan jasa.
Dalam proses penetapan harga, penting untuk mempertimbangkan biaya-biaya yang terkait dengan produksi atau penyediaan jasa.
Cost structure menyediakan pandangan yang terperinci tentang semua komponen biaya yang terlibat dalam proses tersebut, seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead, dan lain-lain.
Dengan memiliki pemahaman yang jelas tentang struktur biaya, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam menetapkan harga jual produk atau jasa mereka.
Cost structure membantu perusahaan untuk menghitung biaya total yang dikeluarkan untuk menghasilkan atau menyediakan produk atau jasa tersebut, dan dengan demikian menentukan batasan bawah untuk harga jual agar dapat menutupi biaya produksi serta memberikan margin keuntungan yang diinginkan.
Selain itu, cost structure juga membantu perusahaan dalam menghindari penetapan harga yang terlalu rendah, yang dapat mengurangi profitabilitas dan nilai perusahaan.
Dengan memiliki gambaran yang jelas tentang biaya produksi atau penyediaan jasa, perusahaan dapat menghindari menetapkan harga di bawah biaya atau di bawah nilai yang wajar.
Dengan demikian, cost structure berfungsi sebagai alat pertimbangan yang penting bagi perusahaan dalam menentukan harga jual yang kompetitif, menguntungkan, dan sesuai dengan kondisi pasar.
3. Bahan Evaluasi Perusahaan
Cost structure tidak hanya berguna untuk menentukan harga jual produk atau jasa, tetapi juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi bisnis yang penting.
Ini karena cost structure memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana biaya-biaya terkait terdistribusi di seluruh elemen bisnis.
Dengan memahami cost structure, pelaku bisnis dapat melakukan analisis yang lebih terperinci terhadap kinerja setiap aspek bisnis mereka.
Mereka dapat melihat secara langsung bagaimana biaya-biaya tertentu mempengaruhi profitabilitas keseluruhan perusahaan.
Misalnya, mereka dapat mengidentifikasi elemen-elemen bisnis yang memiliki biaya produksi yang tinggi dan mencari cara untuk mengurangi biaya tersebut atau meningkatkan efisiensi operasional.
4. Menentukan Strategi Perusahaan
Sebelum melakukan perubahan strategi bisnis, penting bagi pelaku bisnis untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang struktur biaya perusahaan mereka.
Dengan demikian, mereka dapat memahami dengan jelas bagaimana perubahan strategi tersebut akan memengaruhi biaya-biaya yang terkait dan mengidentifikasi area-area di mana penyesuaian biaya diperlukan untuk mengadaptasi strategi baru tersebut.
Dengan memahami struktur biaya, pelaku bisnis dapat mengidentifikasi elemen-elemen biaya yang mungkin perlu diubah atau dioptimalkan untuk mendukung implementasi strategi baru.
Misalnya, jika strategi baru melibatkan pengembangan produk baru, pelaku bisnis perlu memahami bagaimana biaya-biaya pengembangan produk tersebut akan mempengaruhi struktur biaya keseluruhan perusahaan.
Mereka kemudian dapat mengevaluasi apakah perlu mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk penelitian dan pengembangan atau mengurangi biaya operasional lainnya untuk menutupi biaya tambahan tersebut.
Baca Juga: Daftar Produk Pasar Modal, Tidak Hanya Saham Lho
Contoh dan Rumus Cost Structure
Cost structure mengacu pada bagaimana biaya-biaya sebuah perusahaan terbagi antara biaya variabel dan biaya tetap, serta bagaimana biaya-biaya ini berubah seiring dengan tingkat produksi atau penjualan.
Contohnya, perusahaan ABC dan XYZ memiliki cost structure yang berbeda.
- Perusahaan ABC:
- Biaya variabel: $100 per unit.
- Biaya tetap: Biaya investasi awal untuk mesin dan fasilitas lainnya.
Dalam hal ini, biaya variabel per unit adalah biaya produksi yang terjadi secara langsung seiring dengan tingkat produksi.
Contoh biaya variabel dalam kasus ini adalah bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead langsung yang terkait dengan produksi.
- Perusahaan XYZ:
- Biaya variabel: Biaya pembelian produk manufaktur yang disepakati ($200.000 untuk 5.000 unit).
- Biaya tetap: Rendah karena perusahaan telah mengalihdayakan produksi dan hanya menanggung biaya pembelian produk saja.
Dalam hal ini, biaya variabel perusahaan XYZ terjadi karena mereka membeli produk dari pihak lain sebagai bagian dari strategi outsourcing.
Biaya variabel di sini adalah biaya yang terjadi secara langsung berdasarkan tingkat penggunaan atau pembelian.
Dalam contoh ini, perusahaan XYZ memiliki biaya variabel yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan ABC.
Hal ini mengakibatkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi bagi perusahaan XYZ, meskipun harga jual produk mereka sama.
Dengan biaya pembelian produk yang lebih rendah, laba yang dihasilkan oleh perusahaan XYZ menjadi lebih besar.
Namun, perlu dicatat bahwa cost structure yang optimal dapat berbeda tergantung pada kondisi dan strategi bisnis masing-masing perusahaan.
Misalnya, sementara perusahaan ABC mungkin memiliki biaya variabel yang lebih tinggi karena produksi in-house, mereka mungkin memiliki kendali yang lebih besar atas proses produksi dan kualitas produk mereka.
Di sisi lain, perusahaan XYZ dapat menghemat biaya produksi dengan outsourcing, tetapi mereka mungkin harus menghadapi risiko kualitas dan kontrol yang lebih rendah.
Dengan memahami cost structure dengan baik, sebuah perusahaan dapat mengoptimalkan strategi bisnisnya untuk meningkatkan profitabilitas dan efisiensi operasional.