Krisis Moneter 1998, Guncangan Ekonomi Indonesia Terburuk

Share this Post

Table of Contents
shopee pilih lokal

Pada tahun 1998, Indonesia dihadapkan pada salah satu krisis ekonomi terburuk dalam sejarahnya.

Krisis moneter 1998 yang terjadi pada saat itu tidak hanya mengguncang fondasi ekonomi negara ini, tetapi juga memberikan pelajaran berharga yang telah membentuk transformasi ekonomi dan politik Indonesia selama bertahun-tahun setelahnya.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi akar penyebab, dampak, serta pelajaran yang dapat dipetik dari krisis moneter 1998 yang melanda Indonesia.

Baca Juga: 7 Persiapan Menghadapi Krisis Ekonomi, Catat Baik-baik!

Performa Bank Selama Krisis Moneter 1998

Krisis Moneter 1998
Foto: Krisis Moneter tahun 1998 (freepik.com)

Pada National Bureau of Economic Research atau NBER menuliskan tentang kinerja pasar saham suatu bank dalam krisis terkini berkorelasi positif dengan kinerja bank yang sama dalam krisis 1998.

Ketika Rusia gagal membayar hutangnya pada tahun 1998, sejumlah investor di seluruh dunia mengalami kerugian besar.

Banyak di antaranya terpaksa menjual sekuritas di berbagai pasar, dan karena harga sekuritas turun, modal investor dan lembaga keuangan terkikis.

Selain itu, volatilitas pasar meningkat. Peristiwa-peristiwa ini secara bersama-sama mendorong investor dan lembaga keuangan untuk mengurangi risiko mereka.

Dana lindung nilai sangat terpukul, dan dalam waktu dua bulan, kapitalisasi pasar bank-bank seperti CitiGroup dan Chase Manhattan turun sekitar 50 persen.

Meltdown yang dimulai pada tahun 2007 sejak itu menggantikan krisis 1998 sebagai “krisis keuangan terbesar dalam 50 tahun terakhir.”

Dalam penelitian “This Time Is the Same: Using Bank Performance in 1998 to Explain Bank Performance During the Recent Financial Crisis” (NBER Working Paper No. 17038), penulis Rudiger Fahlenbrach, Robert Prilmeier, dan Rene Stulz menunjukkan bahwa bank-bank AS yang tampil buruk selama krisis keuangan 1998 juga demikian selama krisis keuangan terkini, bahkan jika bank-bank itu mengalami penggabungan atau memiliki kepemimpinan baru.

Mereka menjelaskan bahwa hipotesis “pembelajaran” menyatakan bahwa pengalaman buruk dalam krisis membuat sebuah bank mengubah budaya risikonya, memodifikasi model bisnisnya, atau mengurangi keinginan risikonya sehingga lebih sedikit kemungkinan menghadapi pengalaman serupa lagi.

Hipotesis “model bisnis” menyatakan bahwa rentannya bank terhadap krisis adalah hasil dari model bisnisnya, dan bahwa bank tersebut tidak mengubah model bisnisnya (atau budayanya) sebagai hasil dari krisis, mungkin karena biayanya terlalu tinggi, atau alasan lainnya.

Baca Juga: 8 Cara Investasi Saham agar Cuan untuk Pemula

Fahlenbrach, Prilmeier, dan Stulz menguji kedua hipotesis ini terhadap pandangan alternatif bahwa setiap krisis adalah unik, yang berarti pengalaman krisis masa lalu suatu bank tidak memberikan informasi tentang pengalaman bank tersebut dalam krisis masa depan.

Dengan memeriksa data tentang sekitar 347 bank, mereka menemukan dukungan untuk hipotesis model bisnis, bahwa kinerja pasar saham sebuah bank dalam krisis terkini berkorelasi positif dengan kinerja bank yang sama dalam krisis moneter 1998.

Hasil kunci mereka adalah bahwa untuk setiap persentase poin nilai ekuitas yang hilang pada tahun 1998, sebuah bank kehilangan 66 basis poin nilai ekuitas tahunan selama krisis keuangan dari Juli 2007 hingga Desember 2008.

Ketika penulis membandingkan kinerja bank selama krisis keuangan terkini dengan kinerja mereka pada tahun 1998, serta karakteristik mereka pada tahun 2006, mereka menemukan bahwa pengembalian bank pada tahun 1998 tetap mempertahankan kekuatan penjelasannya.

Pengembalian bank pada tahun 1998 juga dapat menjelaskan pengembalian mereka selama krisis keuangan terkini sebaik leverage bank pada awal krisis.

Efek kinerja bank pada tahun 1998 terhadap probabilitas kegagalan juga sama kuatnya.

Satu deviasi standar pengembalian yang lebih rendah selama krisis moneter 1998 terkait dengan peningkatan probabilitas kegagalan yang signifikan 5 poin persentase selama krisis kredit 2007-8.

Hasil ini tidak dapat dijelaskan oleh perbedaan dalam paparan bank terhadap pasar saham.

Baca Juga: Contoh Kebijakan Fiskal untuk Pertumbuhan Ekonomi

Akar Penyebab Krisis Moneter 1998

Krisis moneter 1998 merupakan salah satu periode yang mengguncang ekonomi Indonesia secara mendalam.

Untuk memahami peristiwa tersebut dengan baik, kita perlu melihat akar penyebabnya yang kompleks dan beragam.

Beberapa faktor yang memainkan peran penting dalam memicu krisis ini antara lain:

1. Ketergantungan pada Utang Asing

Krisis Moneter 1998
Foto: Terjadinya Inflasi Sewaktu Krisis (freepik.com)

Indonesia pada masa itu sangat bergantung pada pinjaman dan investasi asing. Ketergantungan ini menciptakan kerentanan terhadap fluktuasi pasar global.

Saat terjadi ketidakstabilan di pasar internasional, Indonesia merasakan dampaknya secara langsung.

Selain itu, ketergantungan ini juga meningkatkan risiko ketidakstabilan ekonomi dalam negeri, karena perubahan sentimen pasar global dapat dengan cepat mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia.

2. Korupsi dan Nepotisme

Praktek korupsi dan nepotisme yang meluas dalam lingkungan bisnis dan pemerintahan Indonesia turut berkontribusi dalam menciptakan krisis moneter 1998.

Korupsi mengakibatkan alokasi sumber daya yang tidak efisien, di mana dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan ekonomi justru tersalur ke tangan segelintir orang.

Nepotisme juga menyebabkan ketidakmerataan dalam distribusi kekayaan dan peluang ekonomi, menciptakan ketidakpuasan sosial yang dapat memicu kerusuhan politik dan ekonomi.

3. Kebijakan Ekonomi yang Tidak Tepat

Krisis Moneter 1998
Foto: Nepotisme dan Korupsi (freepik.com)

Salah satu faktor utama lainnya adalah kebijakan ekonomi yang tidak tepat yang diterapkan pada masa itu. Devaluasi mata uang yang tidak terkendali dan subsidi yang tidak terarah merupakan contoh dari kebijakan yang merugikan.

Devaluasi mata uang menyebabkan terjadinya distorsi pasar dan meningkatkan inflasi, sementara subsidi yang tidak tepat justru menyebabkan defisit anggaran yang semakin membengkak.

Kondisi ini menciptakan ketidakseimbangan ekonomi yang semakin memburuk dan meningkatkan kerentanan terhadap krisis ekonomi yang lebih besar di masa depan.

Dengan memahami faktor-faktor ini, kita dapat melihat bahwa krisis moneter 1998 bukanlah sekadar hasil dari satu peristiwa atau kebijakan tunggal, tetapi merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor yang saling terkait.

Hal ini menekankan pentingnya pengelolaan ekonomi yang bijaksana dan pencegahan terhadap praktik-praktik yang dapat merusak stabilitas ekonomi negara.

Baca Juga: 3 Ancaman Krisis Global, Ini yang Bisa Dilakukan Pengusaha!

Pelajaran dan Pembelajaran Krisis Moneter 1998

Krisis Moneter 1998
Foto: Pemerintah Memastikan Kebijakan yang Tepat untuk Mengatasi Krisis (freepik.com)

Meskipun krisis moneter 1998 membawa penderitaan dan kehancuran yang besar bagi rakyat Indonesia, namun juga memberikan pelajaran yang berharga yang tidak boleh diabaikan.

Pengalaman yang pahit dari krisis ini menuntun kita untuk merenungkan beberapa pelajaran yang dapat diambil guna memperkuat fondasi ekonomi dan mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan.

1. Pentingnya Reformasi Struktural

Krisis moneter 1998 menggambarkan urgensi perlunya reformasi struktural yang mendalam dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi, keuangan, dan politik.

Reformasi ini tidak hanya diperlukan untuk memperbaiki sistem yang rusak, tetapi juga untuk menciptakan landasan yang lebih kokoh dan terpercaya bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan melakukan reformasi yang tepat, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan ekonomi dan mengurangi risiko terjadinya krisis serupa di masa depan.

Baca Juga: Krisis di Inggris, Akibat Inflasi Tinggi Masyarakat Kelaparan

2. Transparansi dan Akuntabilitas

Salah satu pelajaran krusial yang dapat dipetik dari krisis moneter 1998 adalah pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap lapisan pemerintahan dan sektor swasta.

Praktik korupsi dan nepotisme yang meluas tidak hanya merugikan ekonomi negara, tetapi juga mengganggu stabilitas sosial dan politik.

Dengan memperkuat transparansi dan meningkatkan akuntabilitas, kita dapat membangun fondasi yang lebih kokoh untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

3. Diversifikasi Ekonomi

Ketergantungan ekonomi pada sektor tertentu merupakan risiko yang serius, terutama dalam menghadapi fluktuasi pasar global.

Krisis moneter 1998 memberikan pengingat yang kuat akan pentingnya diversifikasi ekonomi.

Dengan mengembangkan berbagai sektor ekonomi yang beragam, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor yang rentan terhadap gejolak pasar global, sehingga meningkatkan ketahanan ekonomi secara keseluruhan.

4. Pentingnya Kebijakan Moneter yang Tepat

Krisis moneter 1998 menegaskan pentingnya kebijakan moneter yang seimbang dan berkelanjutan dalam menjaga stabilitas ekonomi.

Kebijakan moneter yang cerdas dan proaktif dapat membantu mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas mata uang, dan mengurangi risiko terjadinya krisis ekonomi yang lebih besar di masa depan.

Oleh karena itu, pemerintah perlu memperhatikan kebijakan moneter dengan cermat dan menjaga konsistensi dalam penerapannya.

Baca Juga: Dampak Inflasi Akibat Harga BBM Naik, Begini Penjelasannya

5. Peran Pemerintah yang Efektif

Dalam menghadapi krisis ekonomi, peran pemerintah sangatlah vital. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengelola krisis dengan bijaksana dan memfasilitasi pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan menerapkan kebijakan yang berani dan proaktif, pemerintah dapat memainkan peran penting dalam meredakan ketegangan ekonomi, memberikan dukungan kepada sektor-sektor yang terdampak, dan membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan mengambil pelajaran dari krisis moneter 1998, Indonesia dapat melangkah maju dengan lebih percaya diri dan membangun masa depan yang lebih cerah dan stabil bagi generasi mendatang.

Itulah sejumlah informasi umum mengenai krisis moneter 1998 yang dihadapi oleh dunia saat itu.

Belanja Harga Murah + Gratis Ongkir + Cashback

X