Dalam operasional bisnis, ada istilah yang disebut sebagai cash to cash cycle. Apa itu cash to cash cycle?
Cash to cash cycle adalah periode waktu yang dibutuhkan oleh bisnis dalam membayar uang tunai kepada pemasok untuk persediaan barang dan penerimaan pembayaran dari pelanggan.
Dengan cash to cash cycle, kamu bisa mengetahui berapa banyak uang tunai yang diperlukan untuk keperluan operasional bisnis.
Jadi, kamu bisa membuat perkiraan kebutuhan pembiayaan operasional secara akurat.
Biasanya, periode waktu yang digunakan dalam cash to cash cycle dinyatakan dalam bentuk harian.
Yuk, cari tahu lebih lanjut tentang cash to cash cycle atau yang disebut juga sebagai cash conversion cycle.
Baca Juga: 6 Cara Rumus Safety Stock untuk Manajemen Persediaan
Apa Itu Cash to Cash Cycle
Dikutip dari laman Klipfolio MetricHQ, cash to cash cycle atau cash conversion cycle adalah waktu antara saat bisnis membayar pemasoknya dan saat bisnis menerima pembayaran dari pelanggannya, yang biasanya dinyatakan dalam hari.
Jadi, metrik ini menunjukkan jumlah waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengubah investasinya dalam inventaris menjadi uang tunai.
Dengan begitu, kamu memiliki gambaran yang jelas tentang waktu antara pengeluaran uang tunai untuk operasional dan pemulihan uang tunai dari penjualan.
Hal ini penting untuk diketahui agar kamu bisa memiliki gambaran yang jelas tentang supply chain bisnismu.
Baca Juga: Cara Menghitung Average Cost, Ini Penjelasan Lengkapnya
Rumus Cash to Cash Cycle
Nah, untuk mengetahui supply chain bisnis kamu secara akurat, bisa coba perhitungan cash conversion cycle.
Berikut rumus cash to cash cycle yang perlu kamu pahami:
Cash to Cash Cycle = Days inventory on hand + Days sales outstanding – Days payables outstanding
Setelah mengetahui rumusnya, kamu juga perlu memenuhi syarat untuk melakukan perhitungan cash conversion cycle di bawah ini:
Pastikan untuk memiliki laporan keuangan bisnis yang rapi, dengan mencantumkan perhitungan atas laba rugi dan neraca.
Laporan laba rugi yang dibuat menerangkan jumlah pendapatan (revenue) dan harga pokok penjualan (cost of goods sold).
Catatan persediaan atau neraca yang berisi keterangan nilai persediaan (inventory) di awal dan juga akhir periode.
Mengetahui nilai piutang usaha (account receivable) di awal dan akhir periode yang diperoleh dari neraca.
Neraca memeroleh nilai hutang usaha (account payable) di awal dan akhir periode.
Jumlah hari dari periode yang ingin dihitung/dianalisis. Misalnya 90 hari untuk per triwulan dan 365 hari untuk analisis tahunan.
Baca Juga: Inventory Turnover Adalah Rasio Finansial, Ini Cara Menghitungnya
Manfaat Perhitungan Cash to Cash Cycle
Dikutip dari ISM Institute for Supply Management, ketiga metrik yang dianalisis dalam cash conversion cycle (days inventory on hand, days sales outstanding, dan days payables outstanding) dapat membantu pengelola inventaris serta keuangan perusahaan untuk mengidentifikasi kerusakan dalam proses inventaris, rantai pasokan, atau pengumpulan.
Jadi, perusahaan bisa melakukan peningkatan pasokan bahan untuk menghasilkan lebih banyak modal kerja. Hasilnya pun akan jauh lebih menguntungkan secara bisnis.
Selain itu, perhitungan cash conversion cycle dapat mengarahkan manajemen dalam perusahaan untuk mengambil beberapa tindakan penyeimbang.
Misalnya menyusutkan jumlah persediaan yang ada, memperketat kredit kepada pelanggan atau mengharuskan pembayaran di muka, dan menegosiasikan persyaratan pembayaran yang lebih lama dengan pemasok.
Melansir laman AccountingTools, perhitungan ini juga sangat berguna ketika ada indikasi bahwa interval pembayaran atau penerimaan cenderung berubah, sehingga perusahaan dapat memperkirakan dampaknya terhadap uang tunai secara lebih akurat.
Selanjutnya, perhitungan ini dapat berguna ketika manajemen sedang mencoba memulihkan bisnis dari situasi kebangkrutan, di mana persediaan uang tunai sangat terbatas.
Hasil perhitungan cash to cash cycle juga ketika biaya utang tinggi, jadi manajemen perlu mencari alternatif lain dengan sedikit dana dari luar.
Proses analisis ini pun dapat berguna ketika investor menginginkan distribusi dividen, dan manajemen perlu mengekstraksi kas dari operasi untuk melakukan pembayaran.
Baca Juga: Cari Tahu Arti Supply Chain dan 5 Komponennya Bagi Bisnis Kamu
Jangka Waktu Cash to Cash Cycle
Siklus yang dihitung berdasarkan hari dalam cash conversion cycle ini umumnya berlangsung selama periode 30-45 hari.
Semakin sedikit harinya, semakin baik bagi perusahaan kecil yang tidak memiliki arus kas sehingga memungkinkan mereka untuk mendapat periode pembayaran yang lebih lama.
Meskipun begitu, mnurut penelitian tahun 2014 oleh perusahaan konsultan manajemen yang berbasis di New York McKinsey & Company, waktu cash conversion cycle dapat sangat bervariasi antar perusahaan, bahkan meski mereka berada dalam sektor industri yang sama.
Misalnya, di industri energi, perusahaan dengan kinerja tertinggi memiliki waktu siklus rata-rata minus-44 hari, sedangkan yang berada di tingkat terendah adalah 53 hari.
Dalam perawatan kesehatan, waktunya 49 hari untuk kinerja tertinggi, 179 hari untuk perusahaan lamban.
Utilitas memiliki kesenjangan terkecil antara tingkat tertinggi (22 hari) dan terendah (44 hari).
Sementara waktu cash conversion cycle rata-rata adalah 44 hari di perusahaan barang-barang konsumsi, 35 hari untuk perusahaan barang-barang kebutuhan pokok konsumen, 136 hari di perusahaan perawatan dan kesehatan, dan 63 hari di perusahaan material.
Jadi, kebutuhannya berbeda di setiap perusahaan. Maka dari itu, upayakan untuk selalu fokus dengan operasional perusahaan kamu.
Baca Juga: Ini 4 Cara Menghitung Bonus Tahunan untuk Karyawan
Itu dia penjelasan siklus cash to cash dalam manajemen supply chain perusahaan. Semoga informasinya bermanfaat bagi kamu dalam mengelola usaha.