Selain menciptakan produk yang berkualitas, kamu juga perlu tahu strategi penetapan harga yang benar. Mengapa demikian? Ini penjelasannya!
Untuk diketahui, strategi penetapan harga adalah kebijakan suatu perusahaan dalam menentukan harga produk yang mereka jual.
Penetapan harga yang tepat akan membuat perusahaan mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Namun, dalam menentukannya, ada banyak hal yang perlu diperhatikan.
Kamu sebaiknya tidak menetapkan harga yang terlalu tinggi karena akan sulit untuk mendapatkan keuntungan.
Namun, juga tak disarankan untuk menentukan harga jual terlalu rendah. Ini karena hal tersebut bisa saja tak menutup biaya bisnis yang telah dikeluarkan.
Yuk, cari tahu lebih lanjut tentang strategi penetapan harga berikut!
Baca Juga: Apa Itu Harga Eceran Tertinggi (HET)? Ini Aturannya
Faktor Penentu Strategi Penetapan Harga
Sebelum mentukan harga produk yang akan kamu jual, perhatikan dahulu beberapa faktor berikut:
1. Biaya
Salah satu faktor yang harus dipertimbangkan sebelum menetapkan harga jual produk adalah biaya.
Dalam hal ini, biaya yang dimaksud adalah biaya produksi yang mencakup bahan baku beserta tenaga kerja dan biaya tambahan lain.
Misalnya, biaya sewa, alat produksi, biaya pengiriman, atau sarana lain untuk mengangkut produk ke tempat pemasaran.
Usahakan untuk menentukan harga yang masuk akal, yakni dengan menetapkan harga jual produk lebih tinggi dibanding biaya rata-rata produksi.
Semakin besar selisih harga jual yang ditetapkan dari biaya produksi, maka akan semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapatkan.
2. Pelanggan
Faktor lain yang perlu diperhatikan sebelum menetapkan harga jual produk adalah mempertimbangkan pelanggan.
Coba cari tahu seberapa banyak permintaan produk yang kamu jual. Dalam produk tertentu, menurunkan produk bisa meningkatkan permintaan.
Namun, hal ini tak selalu berlaku sama, ada beberapa produk yang justru semakin tak diminati ketika harganya terlalu murah. Karena mereka berpikir bahwa harga murah menandakan kualitas yang kurang baik.
Jadi, pintar-pintarlah untuk menganalisis calon pelanggan potensial sebelum menentukan harga jual produkmu.
3. Jenis Produk
Hal penting lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga jual produk adalah jenis produk.
Coba identifikasi produk apa yang kamu jual. Apabila produk bisnismu termasuk dalam produk massal, maka tentukanlah harga berdasarkan harga rata-rata produk lain yang dijual oleh kompetitor.
Sementara itu, jika produk yang ingin kamu jual merupakan produk terdiferensiasi, coba tentukan harga premium.
Dengan harga yang relatif tinggi tersebut biasanya pelanggan akan menganggap bahwa kualiatasnya lebih baik. Hal ini sesuai dengan pepatah yang mengatakan bahwa ada harga ada rupa.
Apakah kamu setuju dengan pendapat tersebut?
4. Target Pasar
Lihat juga target pasar yang akan kamu tuju untuk memasarkan produk. Misalnya, dengan mempertimbangkan harga pesaing yang produknya serupa dengan bisnismu.
Cari tahu juga apakah lokasi, bahan baku, dan hal lainnya bisa memengaruhi harga jual produk.
Jika kamu menentukan pasar baru sebagai target, menetapkan harga jual rendah mungkin akan berhasil untuk mendapatkan banyak pelanggan dan keuntungan.
Dengan begitu, perusahaan kamu pun akan cepat mencapai penghasilan rata-rata yang diinginkan, sehingga biaya produksi akhirnya dapat diminimalkan.
5. Kompetitor
Tak ada salahnya juga bagi kamu untuk melihat kompetitor terlebih dahulu sebelum menentukan harga jual produk.
Kamu bisa menetapkan harga jual produk di bawah, sama, atau di atas rata-rata dari harga jual produk dari kompetitor.
Pilihlah salah satu dari opsi tersebut sesuai dengan produk dan tujuan bisnis kamu. Tenang saja, masing-masing harga jual tersebut dapat menentukan kesuksesan produk saat dipasarkan, kok.
Tentu saja, tidak ada cara yang sempurna untuk menetapkan harga terbaik sebuah produk.
Tapi, strategi penetapan harga yang cerdas melibatkan faktor-faktor apa yang harus diperhatikan, dan informasi apa yang harus dikumpulkan.
Baca Juga: Catat, Ini Dia Cara Mencari Harga Penjualan yang Tepat
Tujuan Penetapan Harga
Ada beberapa tujuan penetapan harga jual yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Tjiptono (2002), tujuan penetapan harga adalah sebagai berikut:
- Berorientasi laba. Artinya, setiap perusahaan selalu memilih harga yang bisa menghasilkan laba yang tinggi.
- Berorientasi pada volume. Artinya, penetapan harga berorientasi pada volume tertentu.
- Berorientasi pada citra (image). Artinya, image perusahaan dapat dibentuk melalui harga.
- Stabilisasi harga. Maksudnya, penetapan harga yang bertujuan untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara perusahaan dengan harga pemimpin pasar.
- Tujuan lainnya, yaitu menetapkan harga dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas konsumen, mendukung penjualan ulang atau menghindari campur tangan dari pemerintah.
Sementara itu, menurut Kotler dan Keller, terdapat enam tujuan penetapan harga, yaitu:
- Kemampuan Bertahan (Survival). Tujuan penetapan harga ini dilakukan saat perusahaan berada di kondisi yang mendesak. Harga yang ditetapkan tidak berfokus pada nilai keuntungan, tapi cukup dengan menutup biaya variabel dan beberapa biaya tetap.
- Memaksimalkan Laba (Maximum Current Profit). Mempertimbangkan permintaan pasar, perusahaan menetapkan harga yang akan memaksimalkan laba yang sudah didapatkan saat ini.
- Memaksimalkan target pasar. Semakin besar target pasar yang dijangkau, maka semakin tinggi pula volume penjualan. Secara langsung biaya unit akan semakin rendah dan keuntungan jangka panjang akan semakin tinggi.
- Maximum Market Skimming. Penetapan harga yang tinggi di awal dan turun secara perlahan seiring dengan waktu. Hal ini akan gagal jika pesaing besar melakukan hal yang sama.
- Product Quality Leadership. Perusahaan menetapkan harga berdasarkan tingkat kualitas dan status yang tinggi dengan harga yang terjangkau.
Baca Juga: Cara Menghitung Harga Awal Sebelum Diskon yang Tepat
Jenis Strategi Penetapan Harga
Lebih lanjut, berikut jenis-jenis strategi penetapan harga yang bisa kamu terapkan, sehingga bisa menentukan harga jual produk dengan tepat.
1. Loss Leader Pricing
Menurut Corporate Finance Institute, loss leader pricing adalah strategi penetapan harga dengan mamasang harga barang-barang tertentu lebih murah dibandingkan harga rata-rata di pasaran.
Meskipun bisnis mengalami kerugian, namun strategi ini dapat merangsang pelanggan membeli produk lain di toko yang sama.
Ketika membeli barang dengan harga yang sangat murah, tentu kamu juga akan melihat barang lain yang dijual di toko tersebut. Sangat mungkin bagimu untuk membeli barang lain karena sudah terlanjut mengetahuinya.
2. Competition-Based Pricing
Jenis strategi penetapan harga ini juga disebut dengan penetapan harga kompetitif atau penetapan harga berbasis pesaing.
Strategi penetapan harga berbasis persaingan ditentukan menggunakan harga pesaing sebagai tolok ukurnya.
Jadi, kamu dapat memberi harga produk sedikit di bawah pesaing, sama dengan pesaing, atau sedikit di atas pesaing.
Baca Juga: Pengertian Price Ceiling dan 3 Jenisnya Bagi Bisnis
3. Dynamic Pricing
Strategi penetapan harga berikutnya adalah dynamic pricing. Dikutip dari Hubspot, penetapan harga dinamis juga dikenal sebagai penetapan harga lonjakan, penetapan harga permintaan, atau penetapan harga berdasarkan waktu.
Ini adalah strategi penetapan harga yang fleksibel di mana harga berfluktuasi berdasarkan permintaan pasar dan pelanggan.
4. High-Low Pricing
Ini merupakan strategi penetapan harga ketika perusahaan menjual produk dengan harga tinggi awalnya, tetapi akhirnya menurunkan harga itu ketika relevansi produk turun atau ada produk baru yang lebih diminati.
Penetapan harga tinggi-rendah biasanya digunakan oleh perusahaan ritel yang menjual barang musiman atau produk yang sering berubah, seperti pakaian, dekorasi, atau furnitur.
Strategi penetapan harga yang satu ini biasanya digunakan untuk menentukan harga diskon atau penjualan akhir tahun.
Baca Juga: Predatory Pricing: Pengertian, Dampak, dan Contoh Kasusnya di Indonesia
5. Basing-Point Pricing
Basing-Point Pricing merupakan strategi penetapan harga yang dilakukan perusahaan dengan cara menambahkan biaya pengiriman berdasarkan titik lokasi pelanggan.
Biasanya, semakin jauh titik lokasinya, akan semakin besar pula biaya pengiriman yang harus ditanggung oleh pelanggan.
6. Captive Pricing
Strategi penetapan harga yang satu ini dilakukan dengan cara menentukan harga yang berbeda pada produk inti dan aksesori produk.
Umumnya, perusahaan akan menentukan harga jual yang lebih rendah pada produk inti. Jadi, pelanggan lebih tertarik untuk membeli produk inti.
Nantinya, pelanggan akan tertarik untuk membeli aksesori produk sesudah memiliki produk inti, meski harganya jauh lebih mahal.
7. Skimming Pricing
Strategi penetapan harga skimming adalah ketika perusahaan menetapkan harga setinggi mungkin untuk produk baru, kemudian menurunkan harga seiring waktu karena produk tersebut menjadi semakin tidak populer.
8. Penetration Pricing
Berlawanan dengan penetapan harga skimming, strategi penetapan harga penetrasi adalah ketika perusahaan memasuki pasar dengan harga yang sangat rendah.
Sehingga menarik perhatian (dan pendapatan) secara efektif dari pesaing dengan harga lebih tinggi.
Biasanya, penetapan harga penetrasi tidak berkelanjutan dalam jangka panjang, dan biasanya diterapkan untuk waktu yang singkat.
Metode penetapan harga ini paling cocok untuk bisnis baru yang mencari pelanggan atau untuk bisnis yang memasuki pasar kompetitif yang sudah ada.
Baca Juga: Peluang Bisnis Gula Pasir dan 4 Jenisnya untuk Pasar Global
Itu dia beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan harga jual produk.
Manakah jenis strategi penetapan harga yang akan kamu pilih?