Nama Waroeng Steak and Shake tentu terdengar familiar. Restoran ini menjual menu steak dengan harga yang sangat terjangkau.
Bagi sebagian orang, steak adalah makanan yang tergolong mahal dan mewah. Makanan berbahan daging sapi ini memang dibanderol dengan harga yang cukup tinggi.
Pasalnya, steak menggunakan daging sapi premium yang diambil dari bagian-bagian tertentu. Misalnya, bagian sirloin dan tenderloin yang terkenal mahal.
Selain itu, daging steak juga dimasak dengan sangat teliti dan menggunakan bumbu-bumbu terbaik.
Jangankan steak, harga daging sapi mentah saja terus meningkat harganya. Hal tersebut membuat makanan yang satu ini jadi kurang accessible untuk semua orang.
Hal inilah yang mendorong lahirnya Waroeng Steak and Shake, resto steak yang terjangkau untuk semua kalangan.
Hebatnya lagi, kini WS (sebutan untuk Waroeng Steak) sudah memiliki ratusan cabang yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Ingin tahu cerita bisnisnya? Simak sampai akhir ya!
Baca Juga: 10 Pengusaha Sukses di Indonesia dengan Kisah Inspiratif
Berdirinya Waroeng Steak and Shake
Ketika steak masih dianggap sebagai hidangan mewah dan mahal, Waroeng Steak and Shake hadir untuk memberikan akses kepada orang Indonesia untuk menikmati steak yang ramah di kantong.
“Awalnya, Waroeng Steak and Shake buka itu karena owner kami sebenarnya ingin memberikan fasilitas orang Indonesia ya, terutama pelajar dan mahasiswa, untuk bisa makan steak dengan harga terjangkau.” ujar Darwoto selaku Marketing Manager PT Waroeng Steak Indonesia.
Menurutnya, dulu stigma masyarakat, makan steak itu mahal, mahasiswa nggak akan mampu makan steak.
Jody Brotosuseno, Ia mendirikan Waroeng Steak and Shake bersama sang istri, Aniek.
Kisah sukses WS berawal dari sepetak usaha kecil-kecilan di teras rumah kontrakannya di Jalan Cenderawasih, Demangan, Yogyakarta pada tahun 2000.
Sebelum memulai usaha sendiri, Jody dan Aniek lebih dulu membantu usaha sang ayah yang berkecimpung di dunia restoran, bernama Obonk Steak & Ribs di Yogyakarta.
Target pasar restoran steak milik ayahnya itu adalah kelas menengah ke atas. Dari sinilah, Jody dan Aniek memiliki ide untuk membuka tempat makan steak yang bisa menjangkau semua lapisan masyarakat, termasuk pelajar dan mahasiswa.
Keduanya kemudian menggunakan nama “Waroeng” sebagai nama restoran steak mereka. Tujuannya agar memberikan kesan murah dan menarik minat pelajar dan mahasiswa.
Menu steak andalan resto ini berupa daging yang dibaluri tepung dan digoreng krispi agar harganya lebih terjangkau. Salah satu ciri khas WS adalah menyediakan nasi untuk hidangan steak-nya.
Baca Juga: Resep Es Buah untuk Jualan, Cuan saat Ramadan!
Berawal Dari 5 Meja, Kini Punya 107 Outlet
Berawal dari sebuah teras kontrakan yang diisi 5 meja berkapasitas 20 orang, WS kini memiliki 107 cabang di seluruh Indonesia.
Layaknya usaha kecil pada umumnya, Waroeng Steak and Shake juga sempat mengalami pasang surut pada awal perjalanannya.
Tantangan terbesar usaha kuliner ini adalah meyakinkan orang-orang bahwa mereka bisa menikmati steak dengan harga murah.
Meski sudah menggunakan nama “Waroeng”, nyatanya masih banyak yang beranggapan harga menunya akan mahal.
Sebab, Waroeng Steak and Shake menggunakan bahasa Inggris yang mungkin terkesan mahal bagi sebagian orang. Untuk menyiasatinya, gerai-gerai WS memasang banner besar yang mencamtumkan harga menu steak-nya.
Selain itu, WS juga menjadi pelopor menu steak istimewa, yaitu steak pakai nasi. Mengingat kebiasaan orang Indonesia yang belum merasa kenyang jika belum bertemu nasi.
“Waroeng Steak and Shake itu promotor steak pakai nasi. Orang makan steak pakai nasi itu di Waroeng. Jadi, dulu itu orang makan steak, ya udah cuma daging doang, nggak kenyang gitu, lho. Tapi, ketika makan di Waroeng Steak & Shake, dia bisa kenyang karena bisa pesan steak, terus nambah nasi,” kata Darwoto, dikutip dari Gobiz.
Lebih lanjut, Darwoto juga mengatakan bahwa penjualan terbanyak usahanya ini adalah nasi putih dan chicken double. “Itu bukti bahwa orang Indonesia itu makan pakai nasi, nggak kenyang kalau makan nggak pakai nasi,” tutur Darwoto.
Pada awal pandemi, Waroeng Steak and Shake sempat mengalami penurunan omzet sebesar 80%.
Namun, hal tersebut berhasil diatasi dengan baik sehingga dalam kurun waktu 6 bulan, Waroeng Steak berhasil membuka 12 cabang baru di beberapa kota.
Baca Juga: Ide Bisnis Modal 10 Juta Terlaris, Berani Coba?
Kunci Sukses Waroeng Steak & Shake
Jika sebagian bisnis mengutamakan marketing untuk mencapai kesuksesan, hal tersebut sedikit berbeda dengan yang dilakukan WS.
Salah satu kekuatan bisnis kuliner ini adalah loyalitas karyawan yang dibangun secara amanah dan bertanggung jawab.
Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM, WS tidak hanya fokus mencapai target finansial, namun juga spiritual. Waroeng Steak and Shake mendirikan Spiritual Company pada 2009.
Setahun setelahnya, usaha ini mengadakan program Sedekah Nasional dengan menyedekahkan omzet seluruh outlet-nya kepada pihak-pihak yang membutuhkan setiap sebulan sekali.
Sedekah tersebut dialokasikan untuk biaya pendidikan, pengobatan gratis, pembagian sembako untuk dhuafa, dan kegiatan sosial lain.
Selain mencapai tujuan finansial, semua karyawan WS juga bersama-sama mencapai kepuasan spiritual. Tujuannya tentu agar usaha yang dijalankan tak hanya bermanfaat bagi bisnis, namun juga untuk banyak orang.
Untuk urusan pelanggan, manajemen WS juga selalu mendengarkan dan memberikan umpan balik kepada pelanggan. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan.
Sebab, menjaga kepuasan pelanggan dan pelayanan yang prima adalah kunci awal untuk membangun loyalitas pembeli.
Baca Juga: Brand Hermes: Pendiri, Sejarah, hingga Koleksi Produknya
Itulah cerita pendiri Waroeng Steak and Shake yang sukses membangun bisnisnya hingga memiliki ratusan cabang.
Jadi, apakah kamu sudah mencicipi pelopor “nasi dan steak” ini?
Sumber: