Rabat atau rebate adalah sebuah istilah dalam strategi bisnis yang digunakan untuk menarik minat konsumen atau pengguna.
Istilah ini sering diartikan sederhana sebagai potongan harga, tetapi seyogyanya memiliki perbedaan yang cukup jauh jika dibandingkan dengan diskon.
Ia memiliki banyak karakter khusus yang perlu kamu bedakan pula dengan istilah promosi bisnis lain macam cashback. Untuk tahu lebih jelasnya, ada baiknya kita ulas lebih jauh lewat bahasan di bawah.
Baca Juga: 8 Strategi Penetapan Harga Jual Produk untuk Bisnismu
Pengertian Rabat
Rabat artinya pembayaran yang diberikan pada konsumen untuk mengurangi biaya transaksi di masa depan. Untuk bisa mendapatkannya, konsumen harus membayar satu barang atau tagihan dengan harga penuh.
Barulah, penjual akan memberikan sejumlah insentif pada konsumen yang nanti bisa dikumpulkan atau digunakan untuk mengurangi maupun menanggung biaya transaksi berikutnya.
Rebate bisa diberikan dalam berbagai jenis transaksi. Bisa dalam bentuk langganan kartu kredit, pembelian dalam volume besar, memenuhi pembelian minimum tertentu dan lain sebagainya.
Baca Juga: 4 Cara Menghitung Diskon yang Tepat agar Tak Merugi
Bedanya dengan Diskon
Dari pengertian rabat di atas, sebenarnya kamu sudah bisa menebak perbedaannya dengan diskon atau potongan harga biasa.
Diskon adalah potongan harga yang langsung diberikan sejak pembelian pertama.
Artinya, tidak ada penundaan pemberian atau selisih waktu. Konsumen bisa langsung menikmati keuntungan tersebut saat itu juga.
Tanpa harus menunggu hingga mencapai jangka waktu tertentu. Diskon biasanya diberikan dalam jangka waktu yang pendek.
Misalnya, hanya berlaku dalam waktu satu minggu saja sebelum harga kembali ke rate semula. Beda dengan rabat yang bisa berlaku dalam jangka panjang.
Baca Juga: 5 Strategi Diskon yang Tepat Tanpa Rugi, Ampuh Gaet Pembeli!
Bedanya dengan Cashback
Secara garis besar, rabat memiliki kemiripan dengan cashback. Cashback biasanya kita dapatkan ketika melakukan pembayaran menggunakan metode non-tunai.
Cashback sama dengan rabat merupakan penundaan potongan harga. Metode ini diberikan dengan cara mengembalikan sebagian dana yang dibayarkan konsumen untuk transaksi tertentu.
Nantinya dana refund ini bisa dipakai untuk mengurangi biaya transaksi yang dilakukan konsumen pada periode berikutnya.
Bedanya dengan rebate adalah cashback biasanya bisa diberikan pada pembelian barang-barang dengan harga rendah.
Misalnya, cashback yang kamu dapat dari transaksi di marketplace. Sementara cash rebate atau rabat diberikan untuk konsumen yang melakukan transaksi barang yang nilainya cukup tinggi. Misalkan mobil atau barang elektronik.
Cashback dan cash rebate yang diberikan oleh bank biasanya adalah hal yang sama. Bedanya, rebate dalam bank bisa disimpan atau diakumulasi sampai jumlah tertentu.
Sementara, cashback tidak bisa diakumulasi. Jumlah cashback yang didapat biasanya langsung digunakan untuk menanggung sebagian tagihan transaksi di periode berikutnya.
Dalam kasus pembelian mobil atau motor, dealer biasanya menggunakan istilah rabat. Namun, rabat dalam kasus transaksi ini sebenarnya lebih mirip dengan diskon, yaitu reduksi harga yang dibebankan pada konsumen.
Bila ada mobil dengan harga Rp250 juta dan pihak dealer memberikan rebate maksimal Rp10 juta, pembeli bisa saja hanya perlu membayar Rp240 juta.
Mengingat mobil bukan barang yang dibeli konsumen dengan frekuensi yang tinggi, maka rabatnya diberikan saat itu juga. Konsumen tidak perlu melakukan transaksi lain untuk mendapatkan keuntungan tersebut.
Baca Juga: Cara Menghitung Harga Awal Sebelum Diskon yang Tepat
Karakter Rabat
Dari beberapa penjelasan di atas, bisa dirangkum beberapa karakter rabat sebagai berikut.
- Berlaku jangka panjang, mungkin tidak ada batasan waktu seperti diskon.
- Berlaku untuk pelanggan yang memenuhi kriteria saja, misalnya pembelian dengan minimum volume tertentu, pelanggan yang sudah lama bekerja sama atau berlangganan dan lain sebagainya.
- Rabat bisa diberikan saat itu juga untuk meringankan beban tagihan konsumen atau diberikan dengan cara ditunda sampai transaksi berikutnya. Biasanya untuk barang yang nilainya tinggi seperti mobil, rabat diberikan saat itu juga. Namun, untuk rabat kartu kredit dan lainnya, ia cenderung diberikan setelah transaksi selesai dan baru bisa digunakan untuk transaksi berikutnya.
Fungsi Rabat dalam Bisnis
Rabat jelas adalah strategi bisnis yang digunakan penjual untuk meningkatkan minat konsumen pada barang atau jasa yang mereka tawarkan.
Tujuan rabat dalam bisnis bisa dirangkum sebagai berikut.
1. Meningkatkan Penjualan
Fungsi pertama adalah meningkatkan penjualan. Ini karena rabat menarik untuk konsumen yang hendak berhemat.
Rabat, cashback, dan diskon sama-sama memberikan efek puas ke pengguna yang merasa bahwa dirinya mendapat keuntungan dan mampu berhemat.
Tentunya pebisnis harus tetap menghitung margin keuntungan agar tetap mendapatkan profit yang masuk akal.
2. Meniningkatkan Loyalitas Pelanggan
Terutama dalam kasus penggunaan kartu kredit, debit, maupun e-wallet. Sering kali pihak penyedia layanan pembayaran elektronik menggunakan rabat atau cashback untuk menarik minat pengguna baru.
Pengguna yang sudah mulai menggunakan jasa mereka tentunya perlu dipertahankan. Dengan promo rabat dan cashback di setiap atau sejumlah transaksi, konsumen akan termotivasi untuk menggunakan metode pembayaran yang sama di periode berikutnya.
3. Mengurangi Stok Barang di Gudang
Rabat juga mengurangi stok barang di gudang yang menumpuk karena tak laku. Ini bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kerusakan barang akibat sepinya penjualan, sementara barang yang diproduksi punya masa simpan yang terbatas.
4. Mencairkan Keuntungan Lebih Cepat
Mencairkan keuntungan lebih cepat untuk barang-barang yang likuiditasnya rendah macam barang elektronik dan otomotif.
Ini karena masa pakai yang lama dan harga yang cenderung tinggi sehingga penjual tidak bisa berharap konsumen akan melakukan repeat order. Misalnya, dalam bisnis makanan dan minuman.
Baca Juga: 5 Kelebihan dan Kekurangan Sales Promotion, Layak Dicoba?
Dalam Bisnis Apa Rabat Ideal Diaplikasikan?
Melansir jurnal Naval Research Logistics yang ditulis Demirag, dkk. rabat lebih ideal untuk membantu penjualan barang dengan pasar yang tidak menentu. Misalnya, otomotif dan barang-barang elektronik.
Rabat tidak ideal juga untuk barang yang tipe penjualannya deterministik atau pasti akan dibeli. Misalnya, sembako atau bahan baku.
Untuk barang-barang seperti ini, Demirag, dkk. menyarankan pebisnis untuk menggunakan teknik retail insentive yaitu pemberian insentif kepada reseller atau distributor.
Gunanya hampir sama dengan rabat, kok. Meningkatkan penjualan, loyalitas, dan tentu mengurangi stok barang di gudang sehingga alur operasional bisnis lancar.
Insentif yang diberikan pada distributor sifatnya bisa dalam bentuk apa saja. Bisa potongan harga khusus, pemberian bonus, dan lain sebagainya sesuai dengan kesepakatan.
Dengan catatan, pebisnis melakukan diskriminasi harga terlebih dahulu. Mungkin dengan membedakan harga jual sesuai dengan durasi kerja sama, letak geografis, dan hasil negosiasi lainnya.
Rabat juga tidak disarankan jika tujuannya untuk melakukan cuci gudang atau menghabiskan stok yang hampir atau berisiko rusak.
Untuk keperluan tersebut, diskon lebih ideal karena efeknya instan. Rabat ideal untuk mekanisme bisnis jasa tertentu yang memungkinkan terjadinya repeat order atau pembelian berulang.
Misalnya tiket pesawat, sewa hotel, langganan layanan streaming, dan lain sebagainya. Untuk tiket pesawat dan akomodasi, kamu mungkin pernah mendengar istilah miles.
Ini sangat menguntungkan untuk seseorang atau konsumen yang sering melakukan perjalanan, baik untuk bisnis atau liburan. Namun, miles biasanya dibuat dengan masa berlaku yang terbatas.
Tergantung tipe bisnis yang kamu jalankan, rabat, diskon, dan cashback memiliki keuntungan dan kelemahannya masing-masing.
Pada dasarnya ketiganya sama-sama merupakan pemberian reduksi harga untuk menarik konsumen melakukan transaksi.
Tentunya harus dilakukan dengan perhitungan yang matang agar penjual tetap bisa mengamankan profit.