Elastisitas permintaan terjadi ketika perubahan harga barang atau jasa secara signifikan memengaruhi jumlah yang diminta oleh konsumen.
Ketika harga turun sedikit, konsumen akan cenderung membeli lebih banyak dari barang atau jasa tersebut.
Sebaliknya, jika harga naik sedikit, konsumen akan mencoba mengurangi pembelian mereka sebanyak mungkin dan menunggu harga kembali normal.
Cari tahu informasi penting tentang elastisitas permintaan, termasuk cara menghitungnya, faktor-faktor yang memengaruhi, dan perbedaannya dengan permintaan inelastis.
Baca Juga: Customer Data Platform: Jenis, Cara Kerja, dan Manfaatnya
Pengertian Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan adalah ukuran seberapa cepat permintaan suatu produk atau layanan merespons perubahan harga, dengan asumsi faktor lainnya tetap konstan.
Singkatnya, elastisitas permintaan menggambarkan sejauh mana jumlah permintaan berubah sebagai respons terhadap perubahan harga.
Selain itu, ini juga dapat mencerminkan tingkat sensitivitas konsumen terhadap perubahan harga.
Misalkan, elastisitas permintaan yang tinggi menunjukkan bahwa konsumen sangat responsif terhadap perubahan harga. Sementara elastisitas permintaan yang rendah, menunjukkan bahwa konsumen kurang responsif terhadap perubahan harga.
Dengan demikian, elastisitas permintaan adalah alat penting dalam analisis pasar yang membantu produsen dan penjual menghadapi perubahan harga.
Baca Juga: Customer Experience: Definisi, Tujuan, dan Implementasinya
Jenis-Jenis Elastisitas Permintaan
Berikut adalah beberapa jenis elastisitas yang penting untuk dipahami:
1. Elastis
Elastisitas menggambarkan sejauh mana permintaan suatu barang atau jasa berubah sebagai respons terhadap perubahan harga.
Dalam konteks elastisitas, jika suatu produk memiliki elastisitas permintaan yang tinggi, artinya perubahan kecil dalam harga akan menyebabkan perubahan besar dalam jumlah yang diminta.
Sebaliknya, jika elastisitas rendah, perubahan harga hanya memiliki sedikit dampak pada permintaan.
Misalnya, dalam kasus pakaian dan makanan ringan, yang sering dikonsumsi sehari-hari, ketika harga naik, konsumen cenderung mencari alternatif yang lebih murah atau mengurangi pembelian mereka.
Sebaliknya, ketika harga turun, konsumen cenderung membeli lebih banyak. Jadi, elastisitas permintaan yang tinggi menunjukkan bahwa produk tersebut sangat responsif terhadap perubahan harga.
Dalam rumus elastisitas, jika nilai elastisitas (E) lebih besar dari 1, itu menandakan elastisitas permintaan yang tinggi, yang sesuai dengan karakteristik yang dijelaskan di atas.
2. Inelastis
Elastisitas permintaan yang inelastis menunjukkan bahwa permintaan suatu barang atau jasa tidak berubah secara signifikan sebagai respons terhadap perubahan harga.
Dalam situasi ini, perubahan harga yang besar tidak akan diikuti oleh perubahan yang besar dalam jumlah barang atau jasa yang diminta.
Sebagai contoh, pertimbangkan permintaan terhadap beras, sebuah produk yang dianggap sebagai kebutuhan primer.
Meskipun harga beras naik secara signifikan, konsumen cenderung tetap membelinya karena merupakan kebutuhan dasar mereka.
Demikian juga, ketika harga beras turun, konsumen mungkin tidak akan membeli lebih banyak karena kebutuhan mereka akan beras tetap stabil.
Dalam hal ini, elastisitas permintaan (E) kurang dari 1, menunjukkan sifat inelastis dari permintaan terhadap beras.
3. Elastis Sempurna
Elastisitas sempurna adalah kondisi di mana perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah barang atau jasa yang diminta sama sekali.
Dalam elastisitas sempurna, permintaan dapat mencapai jumlah yang tak terbatas, bahkan jika harga tetap atau tidak berubah.
Sebagai contoh, pertimbangkan garam dan gula, dua barang yang sering dianggap sebagai kebutuhan dasar.
Meskipun harga garam atau gula naik atau turun, permintaan untuk kedua barang tersebut cenderung tetap tinggi.
Masyarakat akan terus membeli garam dan gula dalam jumlah yang sama, bahkan jika harganya naik atau turun secara signifikan.
Dalam hal ini, elastisitas permintaan (E) mendekati atau setara dengan tak terbatas (∞), menunjukkan sifat elastis sempurna dari permintaan terhadap garam dan gula.
4. Elastis Uniter
Elastisitas unitary adalah kondisi di mana perubahan harga sebanding dengan perubahan kuantitas permintaan.
Dalam elastisitas unitary, persentase perubahan harga akan menyebabkan persentase perubahan yang sama dalam jumlah barang atau jasa yang diminta.
Sebagai contoh, pertimbangkan pasar untuk alat elektronik seperti televisi. Jika harga televisi naik sebesar 10%, dan sebagai hasilnya, jumlah televisi yang diminta turun sebesar 10%, ini menunjukkan elastisitas unitary (E = 1).
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen cukup responsif terhadap perubahan harga, sehingga perubahan dalam harga memiliki dampak yang sebanding dengan perubahan dalam jumlah barang yang diminta.
Dalam kasus ini, koefisien elastisitas (E) adalah satu, menunjukkan sifat elastisitas unitary dari permintaan terhadap televisi.
5. Inelastis Sempurna
Inelastis sempurna menunjukkan bahwa perubahan harga tidak memengaruhi jumlah permintaan sama sekali. Dalam kasus ini, koefisien elastisitas (E) memiliki nilai nol.
Misalnya, pertimbangkan obat-obatan yang diperlukan untuk pengobatan penyakit tertentu. Meskipun harga obat naik atau turun, permintaan untuk obat tersebut cenderung tetap stabil atau kurang responsif terhadap perubahan harga.
Kebutuhan akan obat-obatan ini sering kali mendesak dan tidak dapat dihindari, sehingga konsumen akan tetap membelinya terlepas dari perubahan harga.
Dalam hal ini, elastisitas permintaan yang sempurna inelastis dapat diilustrasikan dengan koefisien elastisitas (E) yang sama dengan nol, menunjukkan bahwa perubahan harga tidak memengaruhi jumlah permintaan.
Baca Juga: Kenali 5 Jenis-Jenis Koperasi di Indonesia, Catat!
Cara Kerja Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan mengukur seberapa responsifnya jumlah yang diminta terhadap perubahan harga suatu produk atau layanan.
Dalam perhitungan ini, perubahan persentase dalam harga dibandingkan dengan perubahan persentase dalam jumlah yang diminta (quantity demanded).
Elastisitas permintaan memberikan ukuran numerik tentang sensitivitas permintaan terhadap perubahan harga.
Perhatikan bahwa elastisitas permintaan umumnya dinyatakan dalam angka negatif, karena adanya hubungan terbalik antara harga dan jumlah yang diminta.
Ketika harga naik, biasanya jumlah yang diminta akan menurun, dan sebaliknya. Adapun terdapat tiga jenis elastisitas yang dapat terjadi, yakni:
1. Memiliki Nilai Absolut yang Tinggi
Dalam kondisi elastis, perubahan harga mengakibatkan perubahan yang proporsional lebih besar dalam jumlah yang diminta.
Ini berarti bahwa konsumen sangat responsif terhadap perubahan harga, sehingga bahkan perubahan harga kecil dapat menyebabkan perubahan yang signifikan dalam jumlah yang diminta.
Misalnya, jika harga suatu barang turun 10%, dan sebagai responsnya, jumlah yang diminta naik sebesar 20%, maka elastisitas permintaan barang tersebut akan lebih besar dari 1, menunjukkan respons yang cukup kuat terhadap perubahan harga.
Dalam kasus elastisitas yang tinggi, peningkatan harga akan menyebabkan penurunan total pendapatan karena penurunan dalam jumlah yang diminta melebihi kenaikan harga.
Ini dapat memberikan tekanan pada produsen atau penjual untuk menurunkan harga agar tetap kompetitif di pasar dan mempertahankan atau meningkatkan volume penjualan.
Intinya, elastisitas permintaan yang tinggi mencerminkan tingkat sensitivitas konsumen terhadap perubahan harga.
Hal ini menjadi penting bagi perusahaan untuk dipertimbangkan dalam merencanakan strategi harga dan pemasaran mereka.
2. Memiliki Nilai Absolut yang Sedang
Unitelastisitas terjadi ketika persentase perubahan dalam jumlah yang diminta sama dengan persentase perubahan harga.
Dalam kondisi ini, perubahan harga secara proporsional akan menyebabkan perubahan yang sama dalam jumlah yang diminta, sehingga total pendapatan tetap stabil.
Ini menunjukkan bahwa konsumen tidak terlalu responsif terhadap perubahan harga, dan perubahan harga tidak mempengaruhi secara signifikan keputusan pembelian mereka.
Sebagai contoh, pertimbangkan produk seperti garam atau gula. Jika harga garam naik 10%, dan sebagai responsnya, jumlah yang diminta turun 10%, maka elastisitas permintaan akan sama dengan 1.
Dalam kasus ini, perubahan harga dan perubahan jumlah yang diminta memiliki proporsi yang sama, sehingga total pendapatan dari penjualan garam tetap tidak berubah.
Hal ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap garam bersifat unitelastis, di mana perubahan harga tidak mempengaruhi pendapatan penjualan secara signifikan.
3. Memiliki Nilai Absolut yang Kecil
Permintaan disebut inelastis jika persentase perubahan dalam jumlah yang diminta lebih kecil daripada persentase perubahan harga.
Artinya, ketika harga suatu produk naik, jumlah yang diminta turun, tetapi tidak sebesar peningkatan harga tersebut. Ini menunjukkan bahwa konsumen cenderung kurang responsif terhadap perubahan harga.
Sebagai contoh, pertimbangkan permintaan terhadap obat-obatan yang dibutuhkan dalam pengobatan suatu penyakit.
Jika harga obat meningkat sebesar 10%, namun sebagai responsnya, jumlah yang diminta hanya turun sebesar 2%, maka elastisitas permintaan akan kurang dari 1.
Dalam kasus ini, meskipun harga naik, permintaan tetap tinggi karena obat tersebut dianggap kebutuhan yang mendesak.
Sebagai hasilnya, total pendapatan dari penjualan obat meningkat meskipun harga naik, karena penurunan dalam jumlah yang diminta tidak signifikan.
Baca Juga: Integrated Marketing Communication: Contoh dan Strateginya
Rumus Elastisitas Permintaan
Berikut adalah rumus elastisitas permintaan yang berguna untuk mengukur responsivitas permintaan terhadap perubahan harga:
Koefisien elastisitas permintaan (Ed) dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah permintaan (∆Q) dengan persentase perubahan harga (∆P). Rumusnya adalah:
Ed = ∆Q/∆P x P/Q
Di mana:
- Ed adalah nilai koefisien elastisitas permintaan
- ∆Q adalah perubahan jumlah permintaan
- ∆P adalah perubahan harga
- P adalah harga awal
- Q adalah jumlah permintaan awal
Dengan rumus ini, kita dapat mengevaluasi seberapa sensitifnya permintaan terhadap perubahan harga suatu produk atau layanan.
Contoh Perhitungan Elastisitas Permintaan
Misalkan harga suatu produk naik sebesar 20%, dan sebagai akibatnya, jumlah barang yang diminta turun sebesar 30%.
Untuk menghitung elastisitas harga permintaan (Ed), kita dapat menggunakan rumus:
Ed=ΔP/ΔQ
Dimana:
- ΔQ adalah persentase perubahan jumlah barang yang diminta,
- ΔP adalah persentase perubahan harga.
Diketahui:
ΔQ = −30% (turun 30%)
ΔP = 20% (naik 20%)
Ed = −30%/20%
Ed = −0.3/0.2
Ed = −1.5
Berdasarkan hasil tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa elastisitas harga permintaan (Ed) adalah -1.5, yang menunjukkan bahwa permintaan bersifat elastis.
Ini artinya, peningkatan harga sebesar 20% mengakibatkan penurunan permintaan sebesar 30%.
Baca Juga: Perjalanan Bisnis Mustika Ratu Menjadi Perusahaan Ternama
Secara keseluruhan, elastisitas permintaan merupakan konsep kunci dalam ekonomi yang membantu kita memahami respons konsumen terhadap perubahan harga suatu produk atau layanan.
Ketika elastisitas permintaan tinggi, perubahan harga memiliki dampak besar pada jumlah permintaan produk tersebut.
Sebaliknya, jika elastisitas permintaan rendah, perubahan harga tidak akan berpengaruh secara signifikan pada jumlah permintaan produk.
Semoga dapat mudah dipahami, ya!
Sumber:
- https://www.investopedia.com/ask/answers/012915/what-difference-between-inelasticity-and-elasticity-demand.asp
- https://www.investopedia.com/terms/p/priceelasticity.asp#:~:text=Price%20elasticity%20of%20demand%20is%20the%20ratio%20of%20the%20percentage,when%20a%20product’s%20price%20changes.
- https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/klc1-elastisitas-permintaan/detail/