Bisnis porang menjadi salah satu peluang usaha yang bisa kamu tekuni saat ini.
Bisnis budidaya dalam sektor pertanian ini bisa sangat menguntungkan karena memiliki peluang untuk ekspor yang tinggi.
Dikutip dari Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Pertanian, tanaman porang yang dalam bahasa latin Amorphophallus oncophyllus Prain merupakan jenis tanaman jenis umbi-umbian.
Di Indonesia, porang juga disebut dengan tanaman iles-iles.
Sebenarnya, tanaman porang termasuk dalam tanaman liar, tetapi kini banyak masyarakat yang memilihnya untuk budidaya karena memiliki nilai ekonomi yang potensial.
Tanaman porang menjadi komoditi ekspor yang bisa dipasarkan hingga berbagai negara di dunia, seperti Jepang, Australia, Korea, Srilanka, Pakistan, Malaysia, Selandia Baru, Italia dan Inggris.
Biasanya, porang akan diekspor dalam bentuk gaplek atau tepung.
Bisnis porang semakin diminati setelah kemunculan berita seorang petani yang sukses menjadi seorang miliader karena menjadi pebisnis ekspor umbi porang.
Namun sebelum kamu terjun ke dunia bisnis porang, berikut beberapa hal yang perlu dipahami dan penting untuk diperhatikan.
Baca Juga: 5 Tips Memulai Bisnis Ayam Petelur, Banyak Untungnya!
Menggali Potensi Bisnis Porang
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, porang menjadi salah satu komoditi ekspor yang populer belakangan ini.
Tentu saja, hal tersebut membuat bisnis porang diminati karena memiliki potensi keuntungan yang menjanjikan.
Menurut Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang dilansir dari situs resminya, tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan karena memiliki tempat di pasar global.
Catatan Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp11,31 miliar.
Namun sayangnya, produksi porang di Indonesia masih belum mencukupi kebutuhan ekspor karena tanaman liar ini berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan.
Hingga saat ini, sentra pengolahan tepung porang baru ditemukan di beberapa daerah Indonesia, seperti Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung serta Maros.
Dari segi harga, tanaman porang segar memiliki nilai jual Rp4.000 per kilogram di pasar.
Sementara itu, setelah porang segar diolah menjadi chip porang yang siap ekspor, harganya bisa meningkat menjadi Rp14.000 per kilogram.
Apabila harga jual tersebut dikalikan dengan total dari keseluruhan panen tanaman porang tentu saja akan menghasilkan nilai yang besar.
Baca Juga: 5 Tips Memulai Bisnis Ikan Hias dari Rumah, Cepat Untung!
Cara Budidaya Porang untuk Ide Bisnis
Setelah mengetahui potensi keuntungan yang bisa kamu dapat dari bisnis porang, kini saatnya untuk memahami cara budidaya tanaman porang.
Jika kamu tertarik untuk terjun menekuni bisnis tanaman porang, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman porang, dikutip dari buku Tanaman Porang: Pengenalan, Budidaya, dan Pemanfaatannya:
1. Pengolahan Tanah untuk Persiapan Tumbuh
Tanaman porang termasuk dalam umbi-umbian sehingga diperlukan kondisi lahan dengan tanah yang gembur dan subur.
Persiapan lahan dilakukan tergantung dari jenis bibit yang akan digunakan.
Apabila bibit yang akan digunakan berasal dari umbi perlu dilakukan pembuat lubang tanam yang berukuran 60 x 60 x 45 cm dengan jarak antara tanaman yang berukuran 90 x 90 cm.
Apabila tanaman yang dikhususkan untuk menghasilkan umbi yang berkuran kecil dan sedang, maka membutuhkan jarak tanam berkuran 60 x 60 cm.
Lubang tanam ditutup dengan pupuk organik berupa pupuk kompos atau pupuk kandang sebelum melakukan penanaman.
Sedangkan apabila bibit berasal dari bulbil, tanahanya diolah secara intensif dengan jarak 90 cm kemudian dibuatkan guludan.
2. Pembibitan dan Jarak Tanam
Perbanyakan bibit yang sering dilakukan yaitu berupa umbi batang atau potongan umbi yang mempunyai titik tumbuh.
Umbi porang yang ditanam sebaiknya berukuran cukup besar untuk mempersingkat waktu tumbuhnya, karena bila bibit berukuran terlalu kecil akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Sementara untuk jarak tanamanya, disesuaikan dengan umur panen yang dikehendaki petani.
Apabila umbi porang ingin dipanen umur 8 bulan setelah tanam, maka dibutuhkan jarak tanam yang
berukuran 30 x 30 cm, apabila ingin dipanen pada 2 tahun setelah dilakukan penanaman maka sebaiknya menggunakan jarak tanam 45 x 45 cm.
Sedangkan apabila ingin dipanen pada 3 tahun setelah penanaman maka sebaiknya dilakukan
jarak tanam yang lebih lebar yaitu selebar 60 cm x 60 cm.
Selain jarak, perlu diperhatikan juga kedalaman tanamannya. Kedalaman tanam ditentukan oleh jenis dan seberapa besar ukuran bibit yang akan dipergunakan.
Pada umumnya, kedalaman yang ideal yaitu berkisar antara 10 cm dari permukaan tanah.
Apabila bibit berupa bulbil, membutuhkan kedalaman tanam yang tidak terlalu dalam hanya sekitar 5 cm, bibit yang berupa umbi kecil membutuhkan kedalaman tanam sekitar 10 cm.
Sedangkan bibit yang berasal dari umbi yang lebih besar membutuhkan kedalaman tanam yang lebih dalam, yaitu sekitar 15 cm dari permukaan tanah.
Baca Juga: Simak 4 Tips Packing Makanan Ini Agar Foodies Tergiur
3. Pengelolaan Air dan Pupuk
Tanaman porang dapat tumbuh dengan baik di lahan kering dengan kelembapan yang cukup.
Untuk menjaga tingkat kelembapan area tanam umbi porang, bisa menggunakan mulsa.
Pemberian mulsa dapat mendorong perkecambahan bibir umbi, pembentukan kanopi lebih besar, tinggi tanaman, dan hasil ubi yang lebih besar.
Selain memenuhi kebutuhan air, tanaman porang juga memerlukan pemupukan hingga siap untuk dipanen.
Pemupukan dapat dilakukan dengan menaburkan pupuk di sekitaran tanaman yang disesuaikan dengan ukuran tanaman, jenis pupuk, dan takaran dosis yang akan diberikan.
4. Penyiangan
Penyiangan merupakan proses pembersihan gulma yang dilakukan pada awal pertumbuhan tanaman.
Proses penyiangan penting dilakukan untuk bisnis porang dan dapat dilakukan secara manual menggunakan sabit.
Dengan cara membersihkan gulma atau rumput/tumbuhan liar yang menjadi pesaing tanaman porang itu sendiri.
Sementara pada area budidaya dengan lahan yang luas, penyiangan bisa juga dilakukan dengan penyemprotan herbisida.
Penyiangan gulma atau rumput/tanaman liar dilakukan sebanyak 2 kali selama proses pertumbuhan tanaman porang, yaitu pada umur tanaman 2 dan 4 bulan setelah dilakukannya penanaman.
Penyiangan ini dilakukan agar umbi porang yang dihasilkan dapat maksimal dan dapat dipanen sesuai dengan waktunya.
Baca Juga: 8 Ide Bisnis Jual Beli Barang dari Luar Negeri, Ini Tipsnya!
5. Panen
Dalam melakukan bisnis porang, panen tanaman porang disarankan untuk dilakukan pada musim kemarau.
Tanaman porang yang siap dipanen memiliki tanda berupa batang semu disertai helaian yang berwarna kuning, mongering, dan jatuh ke tanah.
Proses pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak umbi porang.
Pemanenan dilakukan dengan cara menggali tanah yang ada di sekitar tanaman hingga umbi porang nampak dan kemudian diambil secara perlahan.
Baca Juga: Suka Baking? Intip Tips Bisnis Kue Kering yang Bisa Jadi Uang!
6. Penyimpanan
Setelah dipanen, umbi porang perlu dibersihkan dan disimpan di dalam ruangan dengan ventilasi yang baik pada suhu dingin sekitar 10 °C. Pada kondisi ini, umbi porang dapat disimpan berbulan-bulan.
Apabila umbi porang akan diproses menjadi sebuah produk sehingga memperpanjang usia simpan untuk diekspor, maka harus diolah dalam bentuk chip (irisan tipis) atau tepung.
Itu dia penjelasan mengenai peluang bisnis porang beserta tips budidayanya. Semoga bermanfaat, ya.