Apa Itu E-Tailing? Ini Perkembangan Sektor Retail di Indonesia

Share this Post

Pengertian E-tailing
Table of Contents
shopee pilih lokal

E-tailing atau electronic retail adalah contoh dari perkembangan bisnis retail di Indonesia. Seperti apa model bisnis yang satu ini?

Perusahaan ritel di Indonesia terus berkembang dengan ekspansi dan kemunculan lebih banyak gerai ritel di daerah-daerah.

Gerai ritel kecil yang tidak terorganisir kini menjadi supermarket dan hypermarket.

Namun, perkembangan sektor ritel ini juga menuntut perubahan dari berbagai sudut, seperti pembangunan dan penetrasinya ke ranah ke dunia digital.

Pusat perbelanjaan pertama di Indonesia, Sarinah, didirikan pada 1963 dan diikuti oleh dibangunnya pusat perbelanjaan luar negeri pertama, Sogo pada awal 1990-an.

Baca Juga: Ingin Mulai Bisnis Gym? Pahami Dulu 7 Model Bisnisnya

Sejak itu, pusat perbelanjaan semakin marak dibangun dan persaingan ritel semakin ramai. Lebih dari 15 pusat perbelanjaan baru telah dibangun di Jakarta sejak 2011 silam. 

Gerai ritel tradisional tetap berjaya, namun konsumen bisa mencari produk dan melakukan transaksi dengan lebih mudah di pertokoan yang lebih terstruktur.

Toko-toko yang modern dan praktis juga diminati oleh konsumen karena kemudahan untuk berbelanja lebih diutamakan. Karenanya, kebutuhan untuk minimarket dan daerah pertokoan modern terus meningkat.

Alhasil, industri retail juga hadir dalam versi digitalnya, yaitu e-tailing. Seperti apa model bisnis ini? Cari tahu, yuk!

Mengenal Perkembangan Bisnis E-tailing

e-tailing
Foto: Bisnis e-tailing (Freepik.com)

Menurut Corporate Finance Institute, e-tailing adalah platform penjualan berbasis internet dimana konsumen dapat membeli dan menjual barang secara online langsung dari bisnis atau produsen.

Bisnis retail sendiri merupakan bisnis yang menjual barang atau jasa secara eceran ke konsumen akhir. Artinya, barang dari produsen akan langsung sampai ke konsumen.

Bedanya, e-tailing dilakukan melalui platform online. Namun, model bisnisnya tetap sama yaitu B2C dan dilakukan secara eceran. Contohnya adalah warung sembako dan minimarket yang menjual produk langsung kepada konsumen akhir.

Hadirnya model bisnis ini tentu juga dipengaruhi oleh pesatnya pertumbuhan ­e-commerce di di Indonesia. E-commerce itu sendiri jadi salah satu platform yang menjembatani bisnis ­­tersebut

McKinsey mencatat industri e-commerce Indonesia telah menghasilkan hingga $8 juta per 2017. Konsumen dan penjual semakin aktif melakukan kegiatan jual-beli secara online dengan adanya platform marketplace yang menengahi proses transaksi.

Tidak hanya itu, e-commerce juga mampu menggapai titik distribusi yang luas dan menyebar, serta konsumen di daerah-daerah yang belum mampu digapai oleh ritel offline.

Keberadaan e-commerce telah mengaburkan jarak antara penjual dan pembeli. Produk yang dibeli secara online bisa langsung sampai ke tangan konsumen. Kemudahan ini adalah salah satu yang menjadi daya tarik e-commerce.

Kebutuhan akan produk-produk FMCG (Fast Moving Consumer Goods) yang dijual secara offline tidak berkurang, dan justru didukung oleh e-commerce.

Konsumen bisa mengakses marketplace untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti makanan ringan, minuman, produk kecantikan, hingga produk perawatan diri.

Tidak membingungkan jika banyak brands nasional yang merambah ke ranah online untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan penjualan mereka, karena brands harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi agar bisa bertahan.

Baca Juga: Sejarah dan Strategi Bisnis Louis Vuitton, Brand Kenamaan Asal Prancis

Model Transaksi E-tailing

Apa Itu E-Tailing? Ini Perkembangan Sektor Retail di Indonesia
Foto: Model Bisnis e-tailing (Freepik.com)

Bisnis e-tailing memiliki dua model transaksi yang dilakukan secara online, yaitu:

Business to business (B2B): Terjadi ketika bisnis membeli produk atau layanan dari bisnis lain untuk penggunaan sendiri atau sebagai komponen dalam produknya sendiri.

Model bisnis ini akan berbeda ketika dilakukan secara online, sebab pengiriman menjadi lebih cepat dan berkualitas.

    Untuk mengembangkan model bisnis e-tailing terbaik untuk transaksi B2B, bisnis grosir harus menawarkan diskon, pengiriman yang cukup cepat, dan memastikan bahwa barang tidak rusak.

    Business to consumer (B2C): Ketika konsumen membeli produk atau layanan dari bisnis untuk penggunaan personal.

    Ketika dilakukan secara online, konsumen sangat menuntut dan mengharapkan pengiriman cepat dan menjamin bahwa kualitas produk sesuai dengan deskripsi online.

    Selain itu, juga dibedakan menurut jenisnya. Berikut penjelasannya:

    1. E-tailer pure play, adalah jenis bisnis yang hanya menawarkan e-tailing dan tidak mengoperasikan toko fisik apa pun yang dapat dimasuki pelanggan. Artinya, bisnis ini sama sekali tidak memiliki toko fisik dan tidak melakukan penjualan secara offline.
    2. Brick and click e-tailer, adalah bisnis yang menawarkan transaksi retail secara online dan tetap memiliki toko fisik. Artinya, bisnis ini juga menjual barangnya di toko offline yang bisa didatangi pelanggan.

    Baca Juga: Contoh Budget Plan dan Cara Membuatnya, Mudah Kok!

    Keunggulan dan Tantangan Bisnis E-tailing

    Apa Itu E-Tailing? Ini Perkembangan Sektor Retail di Indonesia
    Foto: Bisnis e-tailing (Freepik.com)

    Model bisnis e-tailing memiliki beberapa keunggulan dibandingkan model bisnis lainnya, yaitu:

    • E-tailing mampu menjangkau konsumen yang lebih luas.
    • Konsumen dapat membeli produk asing yang tidak ada di negara mereka.
    • Sebagian besar pengguna memiliki akses mudah ke internet dan memahami cara menggunakannya.
    • Overhead berkurang secara signifikan (yaitu biaya sewa toko, gaji pegawai penjualan).
    • E-tailing adalah pasar yang berkembang pesat yang pada akhirnya akan tumbuh lebih besar dari ritel reguler.
    • Rentang pasar yang luas dan diferensiasi pasar.
    • Dukungan fitur otomatis untuk menargetkan dan mempertahankan pelanggan baru.
    • E-tailing meningkatkan kenyamanan konsumen, misalnya mengurangi waktu perjalanan jika mereka berbelanja di pengecer biasa.
    • Iklan menjadi lebih bermakna dan berdampak bagi pelanggan.
    • Dibandingkan dengan ritel fisik, e-tailing unggul dalam kemudahan penggunaan dan menyediakan sistem yang mengurangi biaya operasi bisnis.

    Selain berbagai keunggulan tersebut, bisnis e-tailing juga memiliki beberapa tantangan bisnis, yaitu:

    • Beberapa target konsumen tidak memiliki akses ke internet.
    • Kompleksitas dalam menjalankan bisnis sepenuhnya secara online.
    • Peretas akan berusaha mendapatkan informasi konsumen.
    • Tingkat pengembalian yang tinggi karena kurangnya pemeriksaan fisik produk yang baik.
    • Penurunan pengalaman dibandingkan dengan belanja offline.
    • Biaya tinggi yang terkait dengan pemeliharaan situs web.
    • Kebutuhan akan pergudangan.
    • Perlunya tim dukungan pelanggan untuk pengembalian dan keluhan produk.
    • Masalah hukum e-tailing.
    • Dibandingkan dengan ritel fisik, e-tailing memberikan pengalaman pelanggan yang lebih rendah dan menghasilkan lebih sedikit loyalitas konsumen. Keduanya dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu, menjadikan e-tailing sebagai ancaman langsung bagi ritel tradisional.

    Baca Juga: 8 Tips Menulis Deskripsi Produk Baju untuk Memikat Konsumen

    Nah, itulah penjelasan tentang e-tailing yang perlu kamu ketahui. Apakah kamu sudah siap melakukan digitalisasi bisnis?

    Belanja Harga Murah + Gratis Ongkir + Cashback

    X