Persediaan barang dagang adalah jumlah total nilai barang-barang yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Termasuk bahan mentah dan produk jadi yang tersedia untuk dijual.
Akuntan biasanya memperhitungkan nilai persediaan ini untuk mencatatnya dalam neraca perusahaan.
Jika Anda ingin membangun karir di bidang akuntansi, memahami cara menghitung persediaan barang dagang bisa menjadi salah satu kunci kesuksesan.
Lebih lanjut mengenai definisi persediaan barang dagang, berbagai metode yang digunakan untuk menghitung, langkah-langkah perhitungannya, serta contoh konkretnya bisa Anda simak dalam pembahasan ini!
Baca Juga: Laporan Laba Rugi Single Step, Simak Serba-Serbinya
Apa Itu Persediaan Barang Dagang?
Persediaan barang dagang adalah kumpulan barang yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, dengan tujuan utama untuk dijual kembali kepada konsumen atau pelanggan.
Barang-barang ini meliputi segala jenis produk, mulai dari bahan mentah hingga produk jadi yang sudah siap dijual.
Proses persediaan ini melibatkan berbagai tahap.
Pertama, barang-barang tersebut bisa dalam perjalanan dari pemasok, yang berarti mereka sedang dalam proses pengiriman atau transportasi menuju fasilitas penyimpanan perusahaan.
Setelah tiba di fasilitas penyimpanan, barang-barang tersebut akan diurus, diperiksa, dan disimpan dengan hati-hati agar siap dipajang atau diproses lebih lanjut.
Selain itu, persediaan barang dagang juga mencakup semua biaya terkait dengan barang-barang tersebut.
Ini termasuk harga beli dari pemasok, biaya pengiriman yang dibebankan oleh penyedia logistik, dan berbagai biaya lainnya seperti pengemasan yang diperlukan untuk melindungi barang selama transportasi, serta biaya asuransi untuk melindungi nilai barang tersebut.
Ketika barang-barang ini sudah tersedia di toko atau lokasi penjualan lainnya, persediaan tersebut masih dihitung sebagai bagian dari total aset perusahaan, dengan harapan dapat dijual kepada konsumen.
Tujuan utama dari manajemen persediaan barang dagang adalah untuk mengoptimalkan ketersediaan barang yang tepat pada waktu yang tepat.
Sehingga dapat memenuhi permintaan pelanggan sambil mengurangi biaya penyimpanan yang tidak perlu.
Baca Juga: Fungsi Buku Besar Pembantu Dalam Pencatatan Keuangan, Wajib Tahu!
Perputaran Persediaan Barang Dagang
Menurut laman Oracle Netsuite, perputaran persediaan barang dagangan merujuk pada seberapa cepat persediaan suatu perusahaan terjual dan digantikan selama periode tertentu.
Rasio perputaran persediaan, juga dikenal sebagai rasio rotasi stok, menjadi indikator krusial dalam mengevaluasi efisiensi manajemen inventaris.
Rasio ini dihitung dengan membagi biaya barang yang terjual dengan rata-rata persediaan selama periode tertentu.
Pemantauan perputaran inventaris memiliki implikasi strategis yang signifikan bagi bisnis ritel.
Misalnya, melalui pemahaman tentang seberapa cepat persediaan berputar, bisnis dapat menyesuaikan strategi harga, mengatur promosi yang tepat, serta meningkatkan efisiensi manajemen pemasok dan gudang.
Tingkat perputaran yang tinggi umumnya dianggap menguntungkan karena menandakan bahwa perusahaan mampu menjual persediaannya dengan cepat tanpa terlalu lama menyimpannya.
Ini mencerminkan likuiditas yang lebih baik dan meminimalkan risiko penumpukan barang yang tidak terjual.
Namun demikian, penting untuk diingat bahwa tingkat perputaran persediaan bisa berbeda-beda tergantung pada industri dan jenis usaha.
Misalnya, toko kelontong atau pengecer mode dengan produk yang cenderung memiliki siklus penjualan lebih cepat. Seperti pakaian musiman, mungkin memiliki perputaran inventaris yang lebih tinggi.
Sebaliknya, pengecer barang mewah dengan produk yang memiliki permintaan khusus dan siklus penjualan lebih lambat, cenderung memiliki tingkat perputaran yang lebih rendah.
Dengan memahami dan memantau perputaran persediaan, perusahaan dapat mengoptimalkan strategi operasionalnya.
Selain itu juga mengurangi biaya penyimpanan yang tidak perlu, serta memaksimalkan keuntungan dengan menjaga keseimbangan yang tepat antara persediaan yang dimiliki dan tingkat permintaan pasar.
Baca Juga: Cost Push Inflation: Pengertian, Penyebab, Contoh, Dan Tips Menghadapinya
Metode Penghitungan Persediaan Barang Dagang
Penghitungan persediaan barang dagang memiliki implikasi besar dalam manajemen operasional perusahaan.
Ada dua pendekatan utama yang digunakan dalam mengelola dan menghitung persediaan, yaitu sistem persediaan perpetual dan sistem periodik. Berikut ini penjelasannya:
1. Sistem Persediaan Perpetual
Sistem Persediaan Perpetual umumnya diterapkan oleh pengecer besar dan perusahaan dengan operasional yang luas serta kompleks.
Sistem ini terhubung dengan teknologi, khususnya perangkat lunak POS (Point of Sale), yang secara otomatis mencatat setiap transaksi penjualan dan pembelian produk secara langsung.
Tiap kali produk terjual, informasi tersebut segera disampaikan ke dalam sistem akuntansi, sehingga stok barang langsung diperbaharui secara otomatis.
Keunggulan utamanya adalah kemampuannya dalam memberikan informasi secara waktu nyata terkait persediaan, memungkinkan manajemen untuk mengambil keputusan dengan cepat dan tepat berdasarkan data terkini.
Salah satu manfaat besar dari sistem ini adalah mengurangi risiko kesalahan yang dapat muncul karena keterlibatan manusia dalam mengelola dan menghitung persediaan.
Dengan adanya pencatatan otomatis yang terintegrasi, kesalahan dalam perhitungan stok bisa diminimalisir.
Hal ini menghindarkan perusahaan dari ketidakakuratan yang mungkin terjadi dalam pengelolaan inventaris, yang dapat berdampak pada pengambilan keputusan yang salah.
Dengan memiliki data yang tepat dan terkini secara otomatis, manajemen dapat lebih percaya diri dalam merencanakan strategi bisnis dan operasional yang lebih efektif.
2. Sistem Inventarisasi Periodik
Sistem Inventarisasi Periodik umumnya dipakai oleh pengecer kecil atau bisnis dengan operasional yang lebih simpel.
Dalam metode ini, perusahaan tak memiliki sistem otomatis yang langsung mengawasi inventaris. Sebaliknya, mereka melakukan penghitungan fisik pada titik tertentu, seringkali pada akhir setiap periode akuntansi.
Proses penghitungan fisik melibatkan penghitungan langsung jumlah barang yang ada di gudang atau toko, dan dibandingkan dengan catatan manual atau komputer untuk menentukan barang yang telah terjual dan yang masih tersedia.
Meskipun metode ini lebih rentan terhadap human error dan kurang memberikan informasi secara waktu nyata.
Namun, masih diandalkan karena kepraktisannya bagi usaha dengan skala kecil serta kemampuannya beradaptasi dengan kondisi yang lebih sederhana.
Metode ini memungkinkan perusahaan kecil untuk melakukan pengelolaan persediaan dengan cara yang lebih terjangkau dan dapat disesuaikan dengan lingkungan operasional yang lebih terbatas.
Tanpa memerlukan investasi yang besar pada teknologi atau perangkat lunak yang canggih.
Meski demikian, penting untuk diingat bahwa metode ini dapat meningkatkan risiko kesalahan dalam mencatat persediaan, sehingga pemantauan dan pencatatan yang cermat menjadi kunci utama dalam menjaga keakuratan inventaris.
Kedua metode ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pemilihan metode tergantung pada skala operasi, kompleksitas bisnis, dan infrastruktur teknologi yang tersedia bagi perusahaan.
Baca Juga: Limited Edition Dalam Bisnis, Intip Tips Dan Strategi Suksesnya!
Cara Menghitung Persediaan Barang Dagang
Menurut laman Indeed, tahapan dalam menghitung persediaan barang dagang perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data yang Relevan
Proses awal dalam perhitungan persediaan barang dagang dimulai dengan mengumpulkan informasi yang relevan.
Data yang esensial termasuk harga pokok penjualan serta jumlah persediaan yang telah dibeli oleh perusahaan.
Informasi ini umumnya terdokumentasi dalam laporan keuangan perusahaan, seperti laporan laba rugi atau neraca.
Bagian harga pokok penjualan menjadi sumber informasi utama yang memuat nilai-nilai yang dibutuhkan dalam menghitung persediaan.
Laporan laba rugi mencakup rincian biaya-biaya termasuk harga pokok penjualan, yang menggambarkan biaya untuk memproduksi atau mendapatkan produk yang dijual selama periode tertentu.
Sementara itu, neraca menyajikan gambaran mengenai aset dan kewajiban perusahaan pada suatu titik waktu tertentu, yang juga mencakup nilai-nilai persediaan yang dimiliki perusahaan.
Bagian harga pokok penjualan dalam laporan keuangan memainkan peran penting. Karena memberikan informasi mengenai biaya langsung yang dikeluarkan perusahaan dalam menghasilkan barang dagang.
Dengan demikian, harga pokok penjualan menjadi referensi utama dalam menentukan nilai-nilai yang diperlukan untuk perhitungan persediaan barang dagang.
Dengan mengandalkan data yang terdokumentasi dengan baik dalam laporan keuangan, proses menghitung persediaan dapat dilakukan secara akurat dan andal untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan operasional dan strategis yang tepat.
2. Penentuan Persediaan Awal Barang Dagang
Setelah mengumpulkan data tersebut, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai persediaan awal barang dagang.
Perhitungan ini mengindikasikan nilai persediaan yang dimiliki perusahaan pada awal periode akuntansi tertentu.
Untuk menemukan nilai persediaan awal ini, Anda dapat menggunakan rumus berikut:
Persediaan awal = (Persediaan akhir + harga pokok penjualan) – Persediaan yang dibeli
3. Perhitungan Persediaan Barang Dagang
Setelah menentukan nilai persediaan awal, langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan persediaan barang dagang untuk periode yang diinginkan.
Perhitungan ini memperlihatkan jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan setelah mengurangkan harga pokok penjualan dari total persediaan yang ada. Rumus untuk menghitung persediaan barang dagang akhir adalah:
Persediaan barang dagang = (Persediaan awal + Persediaan yang dibeli) – harga pokok penjualan
Langkah-langkah ini penting dalam mengevaluasi dan mengelola persediaan barang dagang perusahaan.
Penghitungan yang akurat membantu dalam merencanakan pengadaan barang, memantau pergerakan persediaan, serta mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam memastikan efisiensi operasional.
Baca Juga: 10 Cara Meningkatkan Nilai Jual Produk Agar Bisnis Bisa Bersaing
Contoh Penghitungan Persediaan Barang Dagang
Dalam contoh perhitungan persediaan barang dagang ini, mari kita tinjau langkah-langkah yang diambil oleh seorang akuntan di All-Around Clean.
Sebuah perusahaan pembersih massal, untuk menghitung persediaan mereka selama periode akuntansi.
Selama periode tersebut, perusahaan berhasil menjual 14.000 produk pembersih dengan harga jual sebesar Rp309.000 per produk.
Di samping itu, mereka juga melakukan pembelian tambahan sebanyak 650 produk. Pada akhir periode, masih ada sisa stok sebanyak 500 produk.
Data yang diberikan oleh akuntan adalah sebagai berikut:
– Harga pokok penjualan: Rp 3.920.000.000
– Persediaan yang dibeli: Rp 169.000.000
– Persediaan akhir: Rp 130.000.000
Untuk menghitung persediaan awal, akuntan menggunakan rumus berikut:
Persediaan awal = (Persediaan akhir + Harga pokok penjualan) – Persediaan yang dibeli
Dalam perhitungan, diperoleh nilai sebagai berikut:
Persediaan awal = (Rp 130.000.000 + Rp 3.920.000.000) – Rp 169.000.000
Persediaan awal = Rp 3.881.000.000 – Rp 169.000.000
Persediaan awal = Rp 3.712.000.000
Setelah memperoleh nilai persediaan awal tersebut, akuntan kemudian menghitung persediaan barang dagang menggunakan rumus:
Persediaan barang dagang = (Persediaan awal + Persediaan yang dibeli) – Harga pokok penjualan
Dia melakukan perhitungan:
Persediaan barang dagang = (Rp 3.712.000.000 + Rp 169.000.000) – Rp 3.920.000.000
Persediaan barang dagang = Rp 3.881.000.000 – Rp 3.920.000.000
Persediaan barang dagang = -Rp 39.000.000
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa total persediaan barang dagang pada akhir periode akuntansi adalah -Rp 39.000.000.
Angka negatif ini mengindikasikan adanya ketidaksesuaian antara jumlah persediaan yang ada dengan yang telah terjual.
Ini bisa berarti ada kesalahan dalam pencatatan atau ada ketidaksamaan dalam jumlah persediaan yang diharapkan dan yang sebenarnya tersedia di gudang.