Kenali Perilaku Konsumtif Berbelanja Online, Apa Penyebabnya?

Share this Post

apa itu konsumtif
Table of Contents
shopee pilih lokal

Perilaku konsumtif bisa timbul karena kebiasaan dalam pergaulan. Apa saja penyebab lain perilaku konsumtif?

Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi yang konsisten selama beberapa tahun belakangan. Hal ini dikarenakan oleh populasi masyarakat yang semakin bertambah dan daya beli masyarakat yang terus meningkat bersamaan dengan pendapatan mereka.

Masyarakat Indonesia memang dikenal dengan perilaku konsumtifnya, terutama shoppers yang berbelanja di ritel dan online. Shoppers dengan pendapatan setara atau di bawah UMR paham betul dengan harga dan situasi ekonominya sendiri.

Baca Juga: Kenali 4 Perilaku Konsumen Berikut Agar Bisnismu Makin Untung!

Walaupun demikian, mereka tetap setia pada brand-brand favorit dan ragam makanan, minuman, gadget, serta produk perawatan diri. 

Shoppers Indonesia juga banyak membeli produk lokal, karena local brands mampu memberikan kualitas yang bersaing dengan brands luar negeri.

Namun brands multinasional juga tetap berada di posisi atas dengan strategi lokalisasi serta menggapai konsumen secara luas lewat toko ritel dan minimarket. Shoppers memiliki akses terhadap produk-produk brands dengan mudah.

Apa itu perilaku konsumtif dan apa penyebabnya?

Mengenal Perilaku Konsumtif

perilaku konsumtif
Foto: Freepik.com

Menurut International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences, orang-orang akan meniru perilaku konsumsi atasan mereka, yaitu orang-orang yang kelas ekonominya lebih tinggi.

Sebagai contoh, kelompok dengan latar ekonomi kelas menengah akan meniru kebiasaan kelas atas, kemudian kelompok kelas atas akan meniru kebiasaan kelompok kelas elit. Tindakan ini dilakukan untuk mencapai mobilitas sosial.

Sebab, pada dasarnya semua orang menginginkan peningkatan taraf hidup dan finansial. Meniru kebiasaan kelompok yang memiliki finansial lebih baik dianggap bisa mendorong peningkatan taraf hidup dan peningkatan perekonomian.

Sederhananya, perilaku konsumtif adalah kecenderungan seseorang sebagai konsumen dalam membeli atau menggunakan barang atau jasa secara berlebihan dan tidak terencana.

Artinya, perilaku ini muncul karena kebiasaan untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Dengan kata lain, pembelian yang dilakukan tidak sesuai dengan skala prioritas dan kebutuhan penggunaannya. Lantas, apa yang menyebabkan perilaku ini?

Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Komplain Konsumen Melalui Chat Commerce

1. Perspektif Jangka Pendek

Dalam melakukan pembelian, konsumen cenderung tidak mempertimbangkan secara jangka panjang dan langsung bertransaksi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. 

Pelanggan menyukai promosi dan diskon untuk produk yang mungkin tidak mereka butuhkan. Di sisi lain, kesadaran akan pentingnya kebutuhan jangka panjang seperti investasi dan asuransi justru sangat kecil.

2. Kebiasaan dalam Kelompok

Masyarakat Indonesia suka berada dalam kelompok, baik lingkungan pertemanan, komunitas atau tempat tinggal. Akan sangat mudah bagi anggota kelompok untuk memengaruhi satu sama lain untuk membeli sesuatu.

Jika ada anggota, biasanya sosok yang superior, membeli sesuatu, maka anggotanya akan ikut membeli juga.

Baca Juga: Kapan Waktu Favorit Belanja Konsumen pada Bulan Ramadan?

3. Prestise

Prestise menjadi salah satu faktor utama dalam membeli suatu produk. Barang-barang branded dengan harga tinggi tidak hanya dibeli oleh masyarakat kelas atas, namun juga oleh masyarakat menengah.

Prestise dan pujian yang didapatkan memberikan kesenangan tersendiri bagi shoppers. Prestise juga berkaitan dengan tujuan aktualisasi diri.

Menurut Positive Psychology, aktualisasi diri artinya realisasi penuh dari potensi dan intelektual seseorang melalui dorongan internal. Dalam hierarki kebutuhan dasar manusia, aktualisasi diri berada di urutan teratas.

Aktualisasi diri ditandai dengan adanya dorongan untuk melakukan sesuatu atau membeli sesuatu yang disukai dan merasa bahagia atas hal itu.

Dalam hal berbelanja, sebagian orang merasa bahagia jika telah membeli barang yang ia sukai. Meskipun sebenarnya ia sudah memiliki barang serupa.

4. Kurangnya Kepedulian Terhadap Lingkungan

Walaupun kampanye kesadaran terhadap lingkungan semakin marak di Indonesia, namun pengetahuan dan kesadaran masyarakat sendiri masih rendah.

Upaya kantong plastik berbayar untuk mengurangi sampah plastik juga tidak memiliki dampak; masyarakat tetap banyak membeli kantong plastik dan produk lainnya.

5. Adaptasi Teknologi

Anak muda masa kini cepat beradaptasi teknologi, seperti gadget, app, hingga fintech.

Kemampuan adaptasi ini mempermudah shoppers untuk melakukan transaksi e-commerce dan membeli produk di gerai ritel atau toko offline dengan aplikasi e-wallet. Banyaknya promosi yang ditawarkan oleh e-wallet juga mendorong banyaknya transaksi jual-beli.

Baca Juga: Indikator Kepuasan Konsumen sebagai Bahan Evaluasi Produk

6. Meniru Public Figure

Salah satu alasan mengapa influencer marketing banyak dilakukan oleh brands adalah karena kecenderungan konsumen untuk meniru dan membeli barang yang dipakai oleh public figure. 

Tidak hanya influencer, shoppers juga suka meniru artis Hollywood dan penyanyi K-pop karena faktor rasa suka pada figur-figur tersebut dibanding dengan produknya sendiri.

Indikator Perilaku Konsumtif

apa itu konsumtif
Foto: Freepik.com

Guna mengenali apakah seseorang memiliki perilaku ini atau tidak, kamu bisa melihatnya berdasarkan indikator berikut:

  1. Membeli produk karena adanya diskon khusus, bukan karena kebutuhannya. Konsumen jenis ini membeli produk karena khawatir kehabisan kupon promo.
  2. Membeli produk karena tampilannya yang lucu, keren, atau menarik. Padahal, secara fungsi tidak begitu dibutuhkan.
  3. Membeli produk demi gengsi. Misalnya, membeli tas terkenal karena ingin terlihat match dan kompak dengan teman satu geng.
  4. Membeli produk atas pertimbangan harga, bukan atas pertimbangan fungsi dan kegunaan.
  5. Membeli produk untuk menjaga status sosial, misalnya agar terlihat mewah atau fashionable.
  6. Membeli produk karena tokoh yang menjadi model atau menjadi brand ambassador.
  7. Membeli produk branded untuk meningkatkan kepercayaan diri. Artinya, pelanggan tipe ini sudah bergantung dengan merek tertentu.
  8. Membeli beberapa produk sejenis baik untuk koleksi, perbandingan, maupun tanpa alasan spesifik. Padahal, satu produk saja sudah cukup memenuhi kebutuhan.

Baca Juga: Penjelasan dan 6 Tips Mengidentifikasi Target Konsumen

Mencegah Perilaku Konsumtif dengan Skala Prioritas

Kenali Perilaku Konsumtif Berbelanja Online, Apa Penyebabnya?

Pernahkah kamu mendengar tentang skala prioritas? Skala prioritas adalah pengurutan kebutuhan berdasarkan urgensi dari kebutuhan tersebut.

Skala prioritas dapat membantumu mengetahui barang apa yang kamu butuhkan, dan barang mana yang bisa kamu tunda untuk dibeli.

Skala prioritas digambarkan dalam empat kuadran, yaitu:

  1. Penting dan mendesak: Kuadran ini berisi kebutuhan yang harus dipenuhi lebih dulu sebab berpengaruh langsung pada kehidupan. Misalnya, urusan pekerjaan atau kebutuhan dasarmu.
  2. Penting tapi tidak mendesak: Kebutuhan dalam kuadran kedua ini bersifat jangka panjang. Artinya, kamu membutuhkannya namun tidak sekarang. Sehingga kamu bisa memasukkannya dalam rencana pembelianmu di kemudian hari.
  3. Mendesak tapi tidak penting: Pada kuadran ketiga, berisi kebutuhan mendesak namun tidak penting. Artinya, kamu bisa mencari alternatif dari kebutuhan-kebutuhan yang ada di kuadran ini. Misalnya, kebutuhan akses internet. Daripada memasang wifi, kamu memiliki alternatif lebih mudah dan murah yaitu dengan menggunakan paket data.
  4. Tidak mendesak dan tidak penting: Semua kebutuhan dalam kuadran ini sebaiknya tidak perlu kamu penuhi. Sebab, hal-hal yang ada di kuadran ini sebenarnya sudah kamu miliki dan tidak penting sama sekali.

Nah, itulah penjelasan tentang perilaku konsumtif dan cara mengatasinya. Yuk, hindari pembelian yang tidak perlu dan kelola keuanganmu dengan baik!

Belanja Harga Murah + Gratis Ongkir + Cashback

X