Elastisitas sempurna adalah konsep dalam ekonomi yang menggambarkan tingkat sensitivitas atau responsivitas penawaran atau permintaan terhadap perubahan harga.
Dalam konteks penawaran, elastisitas sempurna terjadi ketika perubahan dalam jumlah barang atau jasa yang ditawarkan tidak dipengaruhi oleh perubahan harga.
Artinya, produsen dapat menawarkan jumlah yang sama dari produk mereka, tidak peduli harga naik atau turun.
Sementara itu, dalam konteks permintaan, elastisitas sempurna terjadi ketika jumlah yang diminta oleh konsumen berubah meskipun harga barang tetap.
Ini berarti bahwa konsumen akan terus mengubah seberapa banyak barang yang mereka beli bahkan jika harga tidak berubah, tergantung pada faktor-faktor lain seperti preferensi, tren, atau keadaan pasar.
Konsep elastisitas sempurna menggambarkan situasi ekstrem di mana penawaran atau permintaan sangat fleksibel terhadap perubahan harga, sehingga tidak ada keterkaitan antara harga dan jumlah yang ditawarkan atau diminta.
Dalam keadaan seperti ini, perubahan harga tidak memiliki pengaruh langsung terhadap perilaku penawaran atau permintaan.
Baca Juga: 4 Fungsi Ping Google Dan Cara Kerjanya Untuk Cek Jaringan
Pengertian Permintaan Elastisitas Sempurna
Permintaan elastis sempurna merujuk pada kondisi di mana perubahan dalam jumlah barang yang diminta terjadi tanpa adanya perubahan dalam harga barang tersebut.
Dalam hal ini, koefisien elastisitas permintaan tidak terbatas, yang berarti bahwa permintaan akan berubah secara tak terhingga bahkan jika harga tetap.
Konsep ini menunjukkan tingkat sensitivitas yang sangat tinggi dari konsumen terhadap perubahan harga.
Menurut penelitian oleh Mara Judan Rambey, dkk, dalam buku Analisis Permintaan dalam Teori dan Praktik (2021), dalam kondisi elastis sempurna, seluruh persediaan barang yang ditawarkan oleh pedagang akan terjual, karena konsumen bersedia membeli sebanyak apapun barang yang ditawarkan pada harga yang tetap.
Kurva permintaan dalam kondisi elastis sempurna ditunjukkan sebagai garis horizontal, yang menggambarkan bahwa jumlah barang yang diminta akan turun hingga mencapai nol pada harga tertentu.
Dalam kondisi ini, konsumen dianggap sangat sensitif terhadap perubahan harga. Ketika harga turun, jumlah barang yang diminta akan meningkat tanpa batas, tetapi jika harga naik, permintaan akan turun menjadi nol.
Ini menunjukkan bahwa konsumen akan membeli barang dengan kuantitas tak terbatas saat harga turun, tetapi tidak akan membeli barang sama sekali saat harga naik.
Baca Juga: Perusahaan Manufaktur: Definisi, Ciri, serta Contohnya
Contoh Elastisitas Sempurna
Dalam konteks elastisitas sempurna, barang-barang seperti sembako, termasuk minyak, beras, dan gula, dapat dijadikan contoh utama.
Ketika harga-harga barang sembako stabil, permintaan akan tetap tinggi tanpa mengalami perubahan, dan penawaran juga akan terus ada.
Namun, bahkan kenaikan harga kecil pun dapat memiliki dampak signifikan terhadap perilaku konsumen.
Misalnya, jika harga sembako naik sedikit saja, hal itu bisa menyebabkan penurunan drastis dalam permintaan masyarakat, bahkan hingga mencapai nol.
Contoh lainnya adalah pada bahan bakar minyak (BBM). Saat harga BBM mengalami lonjakan, permintaan dari masyarakat akan menurun secara signifikan, dan penawaran barang ini bahkan bisa menjadi nol.
Namun, ketika harga BBM stabil, permintaan dan penawaran akan bersifat tidak terbatas karena BBM merupakan barang yang sangat dibutuhkan.
Dalam hal ini, koefisien elastisitas sempurna akan dinyatakan sebagai tak terhingga (∞). Ini menunjukkan bahwa perubahan harga bahkan dalam jumlah kecil saja dapat memiliki dampak besar terhadap permintaan dan penawaran barang tersebut.
Baca Juga: 5 Tips Menetapkan Target Sales yang Tepat untuk Bisnis
Faktor yang Memengaruhi Permintaan Elastisitas Sempurna
Elastisitas harga permintaan adalah ukuran seberapa besar perubahan persentase dalam kuantitas barang yang diminta yang terjadi sebagai respons terhadap perubahan persentase dalam harga barang tersebut.
Ini bisa dilihat dalam contoh sederhana di mana ketika harga suatu barang naik, biasanya jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan turun, dan sebaliknya, ketika harga turun, jumlah permintaan akan meningkat.
Terdapat delapan faktor utama yang mempengaruhi elastisitas harga permintaan. Apa saja? Simak berikut ini.
1. Kebutuhan Masyarakat
Elastisitas harga permintaan menurun seiring dengan peningkatan kebutuhan atau kepentingan seseorang terhadap suatu barang.
Ini berarti semakin penting suatu barang bagi kehidupan seseorang, semakin sedikit perubahan yang terjadi dalam permintaan barang tersebut sebagai respons terhadap perubahan harga.
Barang-barang vital seperti tabung oksigen atau hormon insulin adalah contoh dari barang-barang yang memiliki elastisitas harga permintaan yang rendah karena keberadaannya sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup atau kesehatan seseorang.
Ketika kebutuhan dasar atau vital terpenuhi, orang cenderung kurang responsif terhadap perubahan harga, karena mereka akan berusaha untuk membeli barang tersebut tidak peduli berapa harganya.
Ini menunjukkan bahwa permintaan untuk barang-barang yang vital cenderung bersifat inelastis terhadap perubahan harga.
2. Ketersediaan Barang
Ketersediaan dan jumlah barang pengganti yang lebih banyak dan mudah diakses cenderung meningkatkan elastisitas harga permintaan suatu barang.
Ketika ada beragam opsi pengganti yang tersedia, konsumen memiliki fleksibilitas untuk beralih dari satu barang ke yang lainnya dengan mudah jika terjadi perubahan harga yang kecil.
Sebaliknya, jika tidak ada banyak alternatif atau barang pengganti yang tersedia, maka permintaan untuk barang tersebut cenderung menjadi kurang elastis, karena konsumen memiliki sedikit pilihan selain membeli barang tersebut meskipun harga naik.
Dengan kata lain, semakin banyak barang pengganti yang tersedia, semakin besar kemungkinan permintaan akan bersifat elastis terhadap perubahan harga.
3. Pendapatan Masyarakat
Ketika persentase pendapatan konsumen yang diwakili oleh harga suatu produk semakin tinggi, elastisitas harga permintaan akan cenderung meningkat.
Hal ini karena konsumen akan lebih sensitif terhadap perubahan harga ketika biaya produk tersebut menjadi lebih signifikan dalam perbandingan dengan pendapatan mereka.
Produk yang memakan sebagian besar dari pendapatan konsumen akan menjadi fokus utama perhatian saat pembelian, sehingga perubahan harga bahkan yang kecil pun dapat berdampak besar terhadap keputusan pembelian mereka.
Sebaliknya, produk yang relatif lebih murah dan hanya memakan sedikit dari pendapatan konsumen cenderung memiliki elastisitas yang lebih rendah, karena perubahan harga tidak memiliki dampak yang signifikan pada keputusan pembelian.
Baca Juga: Jurnal Penjualan: Kegunaan, Contoh, dan Cara Membuatnya
4. Meratanya Keberadaan Produk
Semakin meluasnya keberadaan suatu produk, semakin kecil kemungkinan elastisitasnya.
Misalnya, perusahaan makanan barat akan cenderung memiliki elastisitas permintaan yang relatif tinggi jika ada barang pengganti yang tersedia.
Namun, bagi perusahaan makanan khas Indonesia, kemungkinan elastisitas permintaannya sangat rendah karena tidak ada barang pengganti yang sebanding.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat elastisitas permintaan dipengaruhi oleh seberapa umum atau spesifiknya produk di pasar.
Produk yang lebih umum cenderung memiliki permintaan yang lebih elastis karena ada banyak opsi pengganti, sementara produk yang khas atau unik memiliki permintaan yang lebih inelastis karena sulit untuk menemukan pengganti yang setara.
5. Produk yang Memberikan Ketergantungan
Barang yang bersifat adiktif cenderung memiliki permintaan yang tidak elastis. Contohnya adalah rokok, heroin, dan alkohol.
Ini terjadi karena konsumen yang telah kecanduan akan terus membeli barang-barang tersebut, bahkan jika harga naik secara signifikan.
Ketergantungan ini membuat permintaan menjadi kurang responsif terhadap perubahan harga, karena konsumen merasa perlu untuk memenuhi kebutuhan mereka tanpa mempertimbangkan kenaikan harga.
6. Loyalitas
Keterikatan pada merek tertentu, baik karena alasan tradisi maupun hambatan kepemilikan, dapat mengurangi sensitivitas seseorang terhadap perubahan harga, yang menghasilkan permintaan yang kurang responsif terhadap fluktuasi harga, atau lebih cenderung inelastis.
Hal ini terjadi karena loyalitas terhadap merek membuat konsumen lebih sedikit memperhatikan harga dan lebih cenderung mempertahankan pembelian mereka meskipun harga naik.
7. Durasi Perubahan Harga
Semakin panjang durasi perubahan harga berlangsung, semakin besar kemungkinan elastisitas permintaan.
Ini karena dalam jangka waktu yang lebih lama, konsumen memiliki kesempatan lebih besar untuk menemukan barang pengganti atau mengubah perilaku konsumsi mereka sebagai respons terhadap perubahan harga.
Oleh karena itu, elastisitas permintaan dapat meningkat seiring berjalannya waktu.
Baca Juga: Cara Membuat Kartu Kredit Mandiri, Proses Cepat dan Mudah!
Pembahasan di atas menjadi penutup dari artikel ini.
Tadi sudah dijelaskan mengenai berbagai macam hal mengenai elastisitas, mulai dari pengertian elastisitas, elastisitas sempurna dan juga faktor apa saja yang mempengaruhi elastisitas. Kalian bahkan mendapatkan pembahasan mengenai ekonomi neoklasik dan sejarahnya.
Semoga saja artikel ini bisa bermanfaat bagi kamu yang memang membutuhkan informasi seputar elastisitas dalam ruang lingkup ekonomi.
Atau paling tidak, semoga saja kamu berhasil mendapatkan informasi baru yang bisa berguna di waktu mendatang.
Sumber:
- https://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/produk-files/kontenkm/km2016/KM201631/materi6.html#:~:text=Permintaan%20Elastis%20Sempurna%20adalah%20permintaan,meskipun%20tidak%20ada%20perubahan%20harga.
- https://www.investopedia.com/terms/p/priceelasticity.asp