Biaya eksplisit adalah istilah yang sering muncul ketika menjalankan bisnis dan berkaitan erat dengan kegiatan operasional.
Ketika kamu memutuskan untuk menjalankan sebuah usaha, tentunya kamu sudah mengetahui biaya apa saja yang akan kamu keluarkan untuk memenuhi seluruh kegiatan operasional.
Pengalokasian biaya ini amat penting, sebab kelangsungan bisnis ditentukan oleh biaya tersebut. Jika sebuah bisnis gagal mengelola biayanya dengan baik, maka akan berdampak langsung pada kegiatan produksi.
Selain itu, pengelolaan biaya eksplisit yang efisien juga bisa meningkatkan keuntungan yang lebih besar karena terhindar dari pemborosan.
Dapat dikatakan seluruh biaya yang dikeluarkan langsung untuk operasional adalah bagian dari biaya eksplisit.
Baca Juga: Dampak Inflasi dan 4 Jenisnya yang Perlu Kamu Tahu
Pastinya kamu juga sudah familiar dengan biaya tetap dan biaya variabel bukan? Keduanya juga bagian dari biaya eksplisit yang berpengaruh langsung terhadap kegiatan operasional.
Ingin tahu lebih lanjut tentang pengertian dan cara menghitung biaya ini? Simak sampai akhir ya!
Memahami Definisi Biaya Eksplisit
Dilansir dari Cleartax, biaya eksplisit adalah biaya yang muncul dalam buku besar dan memiliki dampak langsung pada profitabilitas perusahaan.
Contohnya adalah gaji pegawai, biaya bahan baku produksi, biaya peralatan, biaya sewa, dan pembayaran lainnya.
Biaya eksplisit dikenal juga sebagai biaya akuntansi yang mudah ditentukan dan berkaitan dengan operasional perusahaan. Biaya ini dilaporkan dalam buku besar perusahaan dan masuk ke bagian pengeluaran.
Biaya ini menjadi penentu dalam mengukur laba perusahaan, sebab semua pendapatan akan dikurangi dengan pengeluaran sehingga menghasilkan laba bersih. Artinya, semakin efisien pengeluaran, maka semakin besar laba yang didapatkan.
Biaya eksplisit ini berlawanan dengan biaya implisit. Meski keduanya sama-sama dianggap sebagai pengeluaran, namun biaya implisit lebih sulit diukur dan tidak dicatat dalam akuntansi.
Sebagai contoh, pengeluaran yang termasuk biaya implisit adalah waktu yang dihabiskan untuk pelatihan karyawan baru, biaya downtime produksi, serta waktu dan sumber daya yang digunakan untuk membuat iklan.
Secara otomatis, biaya pengeluaran ini berkaitan dengan faktor produksi yang akan secara langsung berdampak pada tingkat profitabilitas perusahaan. Oleh karena ini, seluruh pengeluaran dari arus kas harus dicatat dalam laporan keuangan.
Baca Juga: Apa arti Value for Money? Simak 6 Implementasinya
Jenis-Jenis Biaya Eksplisit
Biaya eksplisit atau biaya pengeluaran ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Biaya Tetap
Dilansir dari Freshbooks, biaya tetap adalah biaya yang telah ditentukan nilainya dalam periode tertentu dan tidak akan mengalami perubahan. Untuk menghitung biaya tetap, kamu perlu memperkirakan pengeluaran apa saja yang akan dibutuhkan oleh bisnis.
Biaya tetap tidak akan terpengaruh oleh kapasitas produksi, tingkat penjualan, atau pun pengaruh lainnya. Contoh biaya tetap adalah biaya sewa, biaya listrik, asuransi, gaji karyawan, dan utang.
Biaya tetap umumnya bersifat konstan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, biaya sewa ruko sebesar Rp25 juta per tahun yang nominalnya akan tetap sama dan tak dipengaruhi oleh kegiatan bisnis.
2. Biaya Variabel
Berlawanan dengan biaya tetap, biaya variabel adalah biaya yang dapat berubah-ubah sesuai kegiatan bisnis. Biaya ini biasanya dipengaruhi oleh kinerja bisnis dan volume layanan.
Contoh biaya variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, komisi, pajak, biaya bahan baku, dan biaya produksi. Biaya-biaya tersebut sangat dipengaruhi oleh kegiatan bisnis.
Misalnya, biaya bahan baku yang dipengaruhi oleh kapasitas produksi. Semakin besar kapasitasnya, maka biayanya akan semakin tinggi, begitu halnya sebaliknya.
Baca Juga: Dampak Resesi Ekonomi Amerika Serikat Bagi Indonesia dan 6 Penyebabnya
Mengapa Biaya Tetap dan Biaya Variabel Harus Dipisah?
Sebagai pemilik usaha kecil, sangat penting untuk melacak dan memahami bagaimana berbagai biaya berubah mengikuti tingkat volume produksi dan output.
Rincian pengeluaran ini menentukan tingkat harga produk dan membantu dalam banyak aspek lain dari keseluruhan strategi bisnis.
Biaya-biaya ini juga merupakan pertimbangan utama untuk berbagai metode penetapan biaya yang digunakan oleh bisnis termasuk biaya pesanan pekerjaan, penetapan biaya berbasis aktivitas, dan penetapan biaya proses.
Dengan memisahkan biaya tetap dan biaya variabel, kamu dapat lebih memahami arah aliran dana keluar dan bagaimana tingkat pengembaliannya. Sebab, selama menjalankan bisnis sangat mungkin terjadi perubahan operasional.
Nah, perubahan operasional bisnis ini akan mempengaruhi biaya variabel secara langsung. Kemudian, ekspansi bisnis itu sendiri dapat mempengaruhi biaya tetap jika membuka cabang baru.
Baca Juga: 8 Peran Akuntansi dalam Bisnis, Sudah Tahu?
Cara Menghitung Biaya Eksplisit
Cara menghitung biaya eksplisit sebenarnya cukup mudah, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Catat Semua Pengeluaran
Langkah pertama adalah mencatat semua pengeluaran. Pastikan kamu sudah memisahkah dan mencatat semua pengeluaran dengan pendapatan bisnismu. Biasanya, pengeluaran bisnis selalu dicatat pada awal periode atau di awal bulan.
2. Pisahkan Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Setelah mencatat semua pengeluaran, langkah selanjutnya adalah mengelompokkan biaya-biaya tersebut menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Pengelompokkan ini dilakukan agar kamu lebih mudah menganalisa biaya yang dikeluarkan oleh bisnis.
3. Hitung Semua Biaya
Setelah biaya-biaya tersebut dikelompokkan, selanjutnya kamu perlu menghitung semua biaya tersebut. Jumlahkan total biaya tetap dan biaya variabel dan catat dalam jurnal atau laporan keuangan bisnismu. Total seluruh biaya merupakan biaya eksplisit.
Itulah cara menghitung biaya eksplisit yang bisa dilakukan dengan cukup mudah. Perhitungan biaya eksplisit itu sendiri pada dasarnya tidak rumit, yang terpenting kamu sudah memisahkan biaya-biaya sejak awal peiode.