Pernah dengar soal Xendit? Nama startup fintech yang satu ini tengah dibicarakan banyak orang.
Baru-baru ini gelombang PHK terhadap karyawan tampaknya juga terjadi pada perusahaan Xendit. Namun, perusahaan teknologi ini tidak sendiri.
Sepanjang tahun 2022, sudah ada banyak perusahaan yang melakukan PHK terhadap karyawannya. Kebanyakan perusahaan tersebut masuk dalam kelompok startup yang baru beberapa tahun berdiri.
Tercatat ada ratusan pekerja yang terkena dampak PHK. Mulai dari PHK yang terjadi di Shopee Indonesia, Tokocrypto, Mamikos, Zenius, LinkAja, Lummo, TaniHub, SiCepat, dan Pahamify.
Startup fintech tersebut baru saja melakukan PHK terhadap 5% karyawannya di RI dan Filipina. Menurut berbagai sumber, langkah tersebut diambil demi efisiensi tim dan optimalisasi posisi perusahaan di pasar dalam jangka panjang.
Lantas, apa bidang bisnis yang dijalankan oleh Xendit?
Baca Juga: 6 Manfaat Fintech Bagi Masyarakat yang Wajib Diketahui
Xendit, Startup Fintech Unicorn di Indonesia!
Perusahaan Xendit masuk dalam kategori startup fintech di Indonesia. Menurut builtin.com, fintech atau financial technology mengacu pada bisnis yang menggunakan teknologi untuk meningkatkan atau mengotomatisasi layanan dan proses keuangan.
Istilah ini mencakup industri yang berkembang pesat yang melayani kepentingan konsumen dan bisnis dengan berbagai cara. Mulai dari perbankan dan asuransi hingga aplikasi cryptocurrency dan investasi, fintech memiliki beragam aplikasi yang tak ada habisnya.
Fintech mengacu pada penerapan perangkat lunak dan perangkat keras pada layanan dan proses keuangan, membuatnya lebih cepat, lebih mudah digunakan, dan lebih aman.
Perusahaan merupakan fintech yang berperan sebagai payment gateway di Asia Tenggara. Startup tersebut menyediakan satu pintu pembayaran untuk kartu kredit, debit, e-wallet, transfer bank, dan lainnya.
Perusahaan fintech ini sudah menyandang status unicorn sejak tahun 2021. Xendit mendapat perolehan dana sebesar USD150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun dari funding round seri C yang dipimpin oleh Tiger Global Management dan investor lain.
Nilai investasi tersebut menjadikan Xendit masuk dalam jajaran unicorn Indonesia. Selain perusahaan ini, ada juga Gojek, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO, J&T Express, dan OnlinePajak yang menyandang gelar unicorn.
Sementara itu, sejak 2020 perusahaan fintech sudah melakukan ekspansi layanannya ke luar negeri, tepatnya ke Filipina pada akhir 2020.
Baca Juga: Begini 3 Cara Cek Perusahaan yang Terdaftar di OJK, Investor Catat!
Xendit Mendapat Pendanaan Seri D
Jika dilihat dari data LinkedIn, startup unicorn inimemiliki sekitar 850 karyawan. Bila perusahaan tersebut melakukan PHK terhadap 5% karyawannya, maka ada sekitar 42 orang yang terdampak.
“Xendit selalu mencoba untuk menyiapkan rencana bisnis terbaik. Namun, situasi makro ekonomi yang tidak menentu saat ini memaksa kami untuk melakukan rightsizing structure dan sumber daya tim,” tulis Co-founder dan COO Xendit Tessa Wijaya dalam keterangannya, Selasa (4/10).
Keputusan PHK tersebut terjadi hanya berselang 5 bulan setelah perusahaan tersebut mendapat dana segar sebesar USD300 juta atau setara Rp 4,3 triliun dalam putaran Seri D yang dipimpin Coatue dan Insight Partners.
Dana segar tersebut menambah total pendanaan ekuitas yang berhasil dikumpulkan perusahan sejauh ini senilai USD538 juta. Capaian tersebut mampu melambungkan valuasi perusahaan hingga USD2 miliar.
“Melalui pendanaan terbaru ini, kami berkomitmen untuk terus berinvestasi di pasar-pasar baru, mengembangkan platform, dan memperluas lini bisnis agar bisa memaksimalkan peluang yang ada. Nilai ekonomi digital Asia Tenggara akan mencapai $360 miliar pada tahun 2025 dan kami percaya startup tersebut telah berada di posisi yang tepat untuk bisa berkontribusi dan meraih manfaat dari pertumbuhan tersebut,” ujar Co-founder & CEO Xendit Moses Lo.
Perusahaan fintech tersebut menyediakan layanan pembayaran bagi startup dan UMKM untuk memproses pembayaran digital dan meningkatkan bisnisnya. Sejak diluncurkan tahun 2016, Xendit terus menujukkan performa positif.
Menurut berbagai sumber, jumlah transaksi yang berhasil difasilitasi juga terus meningkat dalam setahun terakhir.
Semula 65 juta menjadi 200 juta dan meningkatkan total nilai pembayaran dari USD6,5 miliar setara dengan Rp95 triliun) menjadi USD15 miliar (setara dengan Rp219 triliun).
Baca Juga: 10 Peran Inkubator Bisnis Bagi Startup, Tertarik Mencobanya?
Xendit Terus Berinovasi
Saat ini, ada beberapa Fintech yang menjadi pesaing utamanya. Mulai dari Midtrans, DOKU, Faspay, dan Duitku. Guna memperkuat posisinya di pasar, Xendit terus berinovasi terhadap produk dan layanannya.
Terbaru, perusahaan tersebut telah berinvestasi di Bank Sahabat Sampoerna serta menawarkan layanan banking-as-a-service (BaaS). Xendit juga memiliki komunitas resmi beranggotakan penjual online dan berisi program edukatif.
Tak hanya itu, Xendit juga berencana memperluas pasarnya sampai ke Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Itulah pembahasan tentang fokus bisnis Xendit dan kabar PHK yang melanda unicorn tersebut.