Tahun ini, banyak startup IPO di tengah ancaman resesi. Apakah menguntungkan untuk investasi jangka panjang?
Mengutip dari berbagai sumber, tahun 2022 menjadi tahun tersibuk bagi startup tanah air. Mengutip data BEI, akan ada 17 dari 51 strartup yang melantai di bursa saham.
CEO Mandiri Capital Eddi Danusaputro menilai langkah tersebut merupakan tren positif. Dari kacamata investor, langkah IPO yang diambil banyak startup membuka kesempatan bagi investor untuk menanamkan modal ke strartup tanah air.
Dilihat dari sudut pandang pendiri startup, mereka tentu ingin melihat saham perusahaannya dapat dimiliki oleh publik. Selain itu, karyawan juga bisa ikut memiliki saham perusahaan tempatnya bekerja dan menikmati return atas hasil kerjanya.
Lantas, mengapa ada banyak startup IPO di tengah ancaman resesi? Apakah masih menguntungkan untuk investasi jangka panjang?
Baca Juga: Lebih Untung Mana, Bisnis Trading atau Investasi?
Banyak Startup IPO, Pahami Dulu Definisinya!
Jika kamu terbiasa melakukan investasi menggunakan platform online, tentu kamu sudah tak asing dengan istilah IPO (Initial Public Offfering).
Menurut Nasdaq, IPO atau masa penawaran umum adalah penjualan saham pertama perusahaan kepada publik.
Sekuritas yang ditawarkan dalam IPO biasanya adalah perusahaan yang sedang mencari modal dari luar dengan cara menawarkan sahamnya ke publik.
Investor yang membeli saham di IPO umumnya harus siap menerima risiko yang cukup besar untuk kemungkinan keuntungan yang juga besar.
Sementara itu, menurut Investopedia, IPO mengacu pada proses penawaran saham perusahaan swasta kepada publik dengan penerbitan saham baru untuk pertama kalinya. IPO memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan modal dari investor publik.
Perusahaan yang bersifat tertutup tentunya sudah memiliki investor sendiri. Namun, investor ini hanya dari pihak-pihak tertentu saja dan tidak terbuka untuk umum.
Ketika perusahaan tersebut masuk ke bursa saham, maka harga per lembar saham bisa meningkat.
Peningkatan harga saham ini yang menjadi keuntungan bagi investor yang sudah ada sebelumnya. Investor awal ini merupakan kelompok kecil yang biasanya terdiri dari keluarga, para pendiri, kolega, maupun mitra bisnis.
IPO adalah langkah besar bagi perusahaan karena memberi perusahaan akses untuk mengumpulkan banyak uang. IPO memberi perusahaan kemampuan yang lebih besar untuk tumbuh dan berkembang.
Peningkatan transparansi dan kredibilitas pencatatan saham juga dapat menjadi faktor dalam membantu mendapatkan persyaratan yang lebih baik ketika mencari dana pinjaman.
Baca Juga: Sukuk Adalah Investasi Syariah yang Patut untuk Dicoba
Mengapa Banyak Startup IPO di Tengah Ancaman Resesi?
Sepanjang tahun 2022, sudah ada banyak startup IPO di bursa saham dan kini sudah dapat diperjual belikan sahamnya.
Ketika startup IPO, sebagian saham akan dijual ke publik. Bank investasi menentukan nilai perusahaan dengan membeli saham yang akan diperdagangkan secara publik terlebih dahulu.
Langkah startup IPO dilakukan untuk membantu menumbuhkan perusahaan. Ketika dana perusahaan tidak cukup untuk operasional bisnis, investor dapat mendorong IPO untuk mengubah saham mereka menjadi uang.
Tentunya kamu sudah mendengar berita tentang adanya beberapa startup yang mengalami fenomena bubble burst. Akhirnya, banyak di antara perusahaan tersebut yang melakuka layoff kepada pegawainya.
Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh krisis keuangan perusahaan. Sebab, kebanyakan startup hanya bergantung dari modal asing dan cenderung “bakar uang” dengan keuntungan yang kecil.
Sebenarnya, layoff adalah jalan terakhir yang ditempuh sebuah perusahaan. Sebelum hal tersebut terjadi, solusi lain yang bisa dilakukan adalah masuk ke bursa saham atau IPO.
Startup IPO juga bertujuan untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan. Sebab, hanya perusahaan dengan prestasi baik yang bisa melantai di bursa saham. IPO juga menandakan transparansi terhadap pengelolaan keuangan startup.
Baca Juga: Pahami Exposure, Ini 3 Maknanya dalam Investasi dan Bisnis
Bagaimana Cara Startup IPO?
Ada beberapa persyaratan yang harus disiapkan oleh startup jika ingin IPO. Pertama, perusahaan yang bisa masuk ke bursa efek harus memiliki aset minimal senilai Rp 100 miliar.
Startup tidak boleh mengalami kerugian dalam dua tahun terakhir. Kemudian, jumlah lembar saham minimal yang diperdagangkan sebanyak 150 juta lembar dengan minimal pemegang saham sebanyak 500 orang.
Perusahaan yang hendak IPO juga harus memiliki struktur organisasi yang jelas, mulai dari jabatan tertinggi hingga scoop terkecil.
Setelah memenuhi semua persyaratan. Berikut tata cara startup IPO di bursa saham:
1. Mempersiapkan Dokumen
Langkah pertama dalam IPO adalah mempersiapkan berbagai dokumen yang akan diserahkan kepada BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Persiapan dokumen ini dapat dibantu oleh underwriter, yaitu pihak sekuritas yang akan mengelola saham perusahaan.
2. Pengajuan Dokumen ke BEI
Setelah persiapan dokumen selesai, selanjutnya dokumen tersebut harus diajukan ke BEI. Selain itu, pihak BEI juga akan melakukan kunjungan ke perusahaan dan meminta perusahaan mempresentasikan alasannya ingin melakukan IPO. Jika disetujui, maka BEI akan menerbitkan Perjanjian Pendahuluan Pencatatan Saham.
3. Persetujuan OJK
Selanjutnya, perusahaan harus menyiapkan dokumen pendukung berupa prospektus perusahaan kepada OJK. Jika sudah mendapat izin OJK, perusahaan kemudian dapat merilis prospektus singkat dan melakukan penawaran awal atau bookbuilding.
4. Masa Penawaran Umum
Setelah semua langkah sebelumnya dipenuhi, perusahaan harus memberikan Surat Permohonan Pencatatan Saham yang disertai dengan persetujuan OJK dan dokumen pendukung lain.
Bursa efek akan akan memberikan kode saham yang menjadi identitas perusahaan di bursa. Setelah terdaftar, perusahaan dapat memperjualbelikan sahamnya menggunakan jasa broker.
Baca Juga: 7 Cara Menjadi Miliarder, Jutaan Orang Tidak Menyadari!
Daftar Startup RI yang Sudah IPO
Saat ini sudah banyak startup IPO dan sahamnya bisa kamu temukan di berbagai platform investasi. Kamu tentu sudah tak asing dengan Bukalapak, Gojek, dan Tokopedia bukan?
Ketiganya merupakan startup unicorn dan decacorn yang sudah melantai di bursa saham. Bukalapak pertama kali IPO pada tahun 2021 dengan harga saham Rp850,- per lembar.
Bulan april 2022 lalu, giliran GoTo (merger Gojek dan Tokopedia) yang IPO. Berdasarkan data BEI pada tahun 2017-2019, ada 8 startup IPO di bursa saham.
Startup tersebut yakni Kioson (PT Kioson Komersial Indonesia Tbk.), Mcash (PT M Cash Integrasi Tbk.), NFC Indonesia (PT NFC Indonesia Tbk.), Passpod (PT Yeloo Integra Datanet Tbk.), DIVA (PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk.), HDI (PT Hensel Davest Indonesia Tbk.), Telefast (PT Telefast Indonesia Tbk.), dan Digital Mediatama Maxima (PT Digital Mediatama Maxima Tbk.)
Saat ini ada beberapa startup yang sedang antri di BEI untuk melakukan IPO. Mereka adalah J&T, Traveloka, OVO, Tiket.com, Kredivo, Xendit, Kopi Kenangan, Akulaku, dan Ajaib.
Itulah deretan startup IPO di tengah pandemi berikut alasan mengapa langkah tersebut akhirnya diambil di tengah ancaman resesi.