Dalam dunia bisnis, ada istilah yang disebut dengan B2B dan B2C.
B2B dan B2C adalah jenis usaha yang melibatkan dua entitas atau badan bisnis.
Baik B2B maupun B2C, keduanya memiliki beberapa perbedaan. Baik dari segi pengertian, target pasar, pola bisnis dan lainnya.
Nah, bagi kamu yang berkecimpung dalam dunia bisnis, perlu memahami kedua istilah ini. Yuk, cari tahu mengenai B2B dan B2C lebih lanjut.
Baca Juga: Ketahui 8 Perbedaan Pasar Bisnis dan Pasar Konsumen Berikut Ini
Perbedaan B2B dan B2C
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada banyak perbedaan antara B2B dan B2C. Apa saja, ya? Berikut di antaranya:
1. Pengertian B2B dan B2C
Perbedaan B2B dan B2C yang paling mudah bisa dilihat dari pengertiannya.
Dilansir dari leadsquared, B2B (Business to Business) adalah akronim untuk pemasaran bisnis-ke-bisnis. Ini merupakan proses di mana satu bisnis menjual produk atau layanan ke bisnis lain.
Jadi, B2B harus fokus pada minat, tantangan, dan kebutuhan bisnis.
Sementara itu, B2C (Business to Customer) adalah akronim untuk pemasaran bisnis-ke-konsumen.
Dalam hal ini, B2C adalah proses di mana bisnis menjual produk atau layanan kepada individu. Dengan demikian, pemasaran B2C harus fokus pada minat, tantangan, dan kebutuhan individu.
2. Keputusan Pembelian
Perbedaan B2B dan B2C bisa kamu lihat dari keputusan pembeliannya.
Dikutip dari Sales Force, pembeli B2B harus berkonsultasi dengan beberapa departemen dahulu sebelum memutuskan untuk membeli.
Kepala pengadaan, akuntansi, dan departemen sering kali perlu menyetujui pembelian dalam situasi B2B.
Sedangkan konsumen B2C hanya perlu mempertimbangkan diri mereka sendiri sehingga pengambilan keputusan cenderung lebih cepat.
Keputusan pembeli B2C juga tak jarang dilakukan atas dasar rekomendasi teman dan keluarga mereka.
Dalam membuat keputusan pembelian, B2B juga memiliki pertimbangan jangka panjang.
Itu artinya, mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk meneliti dan mencari rekomendasi produk atau layanan.
Hal ini karena B2B berurusan dengan pembelian bernilai tinggi, jadi kesalahan langkah apa pun bisa diperbesar dan menimbulkan dampak signifikan.
Sementara itu, keputusan B2C biasanya lebih rentan terhadap pembelian impulsif atau pembelian yang didorong secara emosional.
Ketika ada kesalahan pembelian, B2C hanya bernilai kecil dan cenderung lebih tidak berdampak jauh.
Baca Juga: Apa Itu Pemasaran Digital Marketing? Berikut Penjelasannya
3. Strategi Pemasaran
Dilihat dari segi strategi pemasarannya, B2B dan B2C sangatlah berbeda, meskipun metode periklanan, promosi, dan publisitasnya bisa saja sama.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari laman Chron, strategi pemasaran untuk B2B harus dilakukan melalui jalan yang akan digunakan oleh pelanggan bisnis.
Misalnya, publikasi industri, majalah bisnis, pameran dagang, dan pameran teknologi akan lebih sesuai. Pesan pemasaran didasarkan pada nilai, layanan, dan kepercayaan.
Pelanggan B2B juga bisa membuat keputusan pembelian berdasarkan informasi yang mereka peroleh dari internet.
Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Blue Corona yang menyebutkan bahwa, sebanyak 62% pembeli mengatakan bahwa mereka dapat membuat keputusan bisnis berdasarkan konten online saja.
Dan lebih dari 80% pembeli B2B melihat setidaknya 5 konten selama proses pembelian dan setengahnya melihat lebih dari 8 konten.
Jadi, pemasaran yang dilakukan melalui media umum, seperti surat kabar, majalah, televisi, dan radio tidaklah efektif bagi B2B.
Sedangkan B2C, strategi pemasaran bisa dilakukan melalui media umum. Pemasaran B2C biasanya difokuskan pada harga dan kepuasan emosional individu dalam memperoleh produk.
4. Jumlah Pembelian
Dari segi jumlah pembeliannya, B2B dan B2C juga sangatlah berbeda. Tentu saja, pembelian yang dilakukan oleh B2B cenderung jauh lebih besar dari B2C.
Maka tak heran jika transaksi B2B memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi B2C.
Karena jumlah pembelian mereka mayoritas dalam angka yang besar, maka B2B biasanya ingin segera mengetahui laba atas investasi (RoI) mereka.
Pelanggan B2B ingin mengetahui apakah produk atau layanan yang ditawarkan bisa berkontribusi pada efisiensi dan keuntungan perusahaan.
Dengan demikian, sebagian besar pembelian B2B didorong oleh insentif finansial dan logika di balik sebuah produk atau layanan.
Itulah mengapa pemasaran berbasis data sangatlah penting bagi pemasar B2B.
Pembelian dalam jumlah kecil kurang dipertimbangkan dalam transaksi B2B. Sebab, prosedur pembelian bisa memakan waktu yang sangat lama dan membutuhkan biaya yang lebih besar.
Misalnya, untuk mengurus kwitansi pembayarannya.
Baca Juga: Catat, Ini Dia Cara Mencari Harga Penjualan yang Tepat
5. Branding
Perbedaan lain dari B2B dan B2C adalah dalam hal branding. Kedua jenis bisnis ini memiliki cara membangun identitas merek yang berbeda.
Dilansir dari Wordstream, branding pada pemasaran B2B lebih fokus pada positioning, yakni tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu di ingatan pelanggan.
Sedangkan dalam pemasaran B2C, branding lebih berfokus pada pengiriman pesan.
Untuk menyusun pesan yang efektif dan memilih campaign yang tepat dalam strategi pemasaran, bisnis B2C perlu mengetahui siapa pelanggan mereka.
Selain itu, preferensi dan poin kesulitan apa yang mereka miliki, apa yang mereka inginkan, dan di mana mereka dapat menemukan produk atau layanannya.
6. Kontrak Pembelian
Perbedaan selanjutnya pada B2B dan B2C adalah dari segi kontrak pembelian produk atau layanan.
Melansir Hubspot, kontrak untuk pembelian B2B cenderung berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Pembelian B2B sering kali memiliki hubungan berkelanjutan dengan vendor, karena sebuah bisnis tidak bisa begitu saja membuang produk atau menghentikan layanan jika mereka tidak menyukainya.
Selain itu, karena pembelian B2B bertahan lebih lama, maka vendor bisa terus menawarkan produk baru.
Hal ini dilakukan sehingga menjaga hubungan pelanggan dan melibatkan mereka dalam bisnis selama kurun waktu tertentu.
Jadi, B2B merupakan proyek jangka panjang.
Sementara itu, pelanggan B2C yang membeli sebuah produk atau layanan dari merek tertentu jarang ingin memiliki hubungan dekat dalam jangka panjang.
Jika pelanggan tidak menyukai produk atau layanan tersebut, mereka dapat segera menggantinya dengan yang lain.
Baca Juga: Cara Pasang Iklan di Google Ads dan Tipsnya
7. Cara Beriklan
Karena strategi pemasaran B2B dan B2C sudah berbeda, maka cara mereka beriklan juga tidaklah sama.
Dalam pemasaran B2B, materi iklan yang ditayangkan cenderung menggunakan istilah yang akrab dengan klien mereka.
Konten atau iklan yang dipublikasikan harus membangun kredibilitas, membangun keahlian, dan kepercayaan target audiens.
Sedangkan dalam pemasaran B2C, pesan dalam iklan bisa lebih variatif, menyenangkan, dan emosional.
Untuk membuat konten atau iklan yang menarik dalam pemasaran B2C, perusahaan harus menggunakan cerita yang menyentuh sisi emosional pelanggan dan dilengkapi dengan bukti atau data pendukung.
8. Pengetahuan Produk
Menurut B2B Digital Marketers, pemasaran B2B harus didasarkan pada pengetahuan produk atau layanan yang mendalam.
Pembeli B2B juga biasanya akan mengharapkan tenaga penjual mereka untuk benar-benar memahami industri mereka dan diperlengkapi dengan baik untuk menjawab pertanyaan sulit.
Dengan begitu, perusahaan bisa membangun kepercayaan pelanggan dan membuat mereka semakin yakin untuk melakukan pembelian.
Selain itu, karena B2B menangani pesanan besar dan proses kompleks, penting bagi mereka untuk menawarkan dukungan pelanggan yang kuat di setiap tahap perjalanan.
Misalnya, dengan menyediakan layanan dukungan pelanggan 24 jam. Sedangkan pada B2C, proses evaluasi produk jauh lebih sederhana dan singkat.
Itu dia penjelasan seputar B2B dan B2C yang perlu kamu ketahui.