Conversion Rate Adalah Tingkat Aktivitas Pengguna, Ini 7 Metrik yang Perlu Dilacak!

Share this Post

conversion rate adalah
Table of Contents
shopee pilih lokal

Conversion rate adalah metrik yang memantau aktivitas pengguna di sebuah website, e-commerce, atau aplikasi. Namun, apa fungsinya metrik ini?

Ketika kamu membuat e-commerce atau website bisnis, tentu ada tujuan yang ingin kamu capai. Tidak hanya dikunjungi banyak orang, tetapi kamu ingin mereka melakukan sesuatu.

Misalnya, sebagai pemilik e-commerce, kamu ingin pengunjungmu melakukan tindakan belanja. Jika kamu memasang iklan, kamu tentu ingin banyak yang mengeklik iklan tersebut.

Adapun conversion rate adalah metrik yang menghitung seberapa berhasil para pengguna atau pengunjung melakukan tindakan yang kamu ingin mereka lakukan.

Kemudian, bagaimana metrik ini dapat bermanfaat bagi bisnismu? Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

Baca juga: Covert Selling dalam Bisnis, Apakah Itu?

Conversion Rate Adalah Persentasi Konversi Pengguna Website

conversion rate adalah
(Foto seseorang sedang mengumpulkan data. Sumber: Freepik.com)

Mengutip dari Adjust, conversion rate adalah tingkat atau persentase pengguna yang telah menyelesaikan tindakan yang diinginkan. 

Metode penghitungan conversion rate adalah jumlah total pengguna yang melakukan konversi dibagi dengan ukuran keseluruhan audiens. 

Angka yang didapat, kemudian diubah menjadi persentase. Adapun jenis konversi yang dilakukan pengguna, bisa berupa mengeklik iklan dan membeli produk.

Bagaimana menghitung conversion rate? Katakanlah pengiklan menjalankan kampanye mobile ads di Facebook yang menjangkau 20.000 audiens. 

Dari 20.000 orang tersebut, total 800 pengguna mengeklik iklan. Oleh karena itu, tingkat konversi keseluruhan untuk kampanye ini dapat dihitung sebagai berikut:

Conversion rate = (800 / 20.000) x 100 = 4%

Dengan pengetahuan bahwa ada 4% pengguna yang mengeklik iklan, pengiklan jadi punya acuan. 

Dari metrik ini, pengiklan dapat mencoba sejumlah strategi baru untuk meningkatkan konversi.

Baca juga: Intip Fungsi Balance Scorecard, Metrik Kinerja untuk Tingkatkan Bisnis

Arti Penting Conversion Rate

conversion rate adalah
(Foto pentingnya conversion rate. Sumber: Freepik.com)

Conversion rate adalah cara yang efektif untuk membandingkan dan membedakan kinerja beberapa channel iklan sekaligus. 

Rasio ini sangat penting saat menjalankan akuisisi pengguna website, baik di desktop maupun mobile, karena rasio tersebut dapat mengukur keberhasilan setiap kampanye. 

Selain itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk menetapkan ekspektasi return on investment (ROI) saat menskalakan kampanye.

Namun, rasio konversi tidak selalu harus merujuk pada klik. Rasio ini juga dapat merujuk ke peristiwa konversi lebih jauh ke bawah sales funnel

Misalnya, untuk menghitung persentase pengguna yang melanjutkan untuk menginstal aplikasi atau berlangganan email. Ini penting bagi pengiklan dan pemasar karena membantu mereka mengidentifikasi pengguna yang berharga.

Informasi ini kemudian dapat dimasukkan kembali ke dalam sales funnel untuk membantu penargetan dan mengoptimalkan kinerja kampanye.

Bila digunakan dengan benar, analisis conversion rate dapat mengungkapkan saluran mana yang paling efektif untuk mempromosikan aplikasi atau website tertentu. 

Ini dapat membantu pengiklan menentukan efektivitas copywriting mereka dan menggunakannya untuk memandu keputusan strategis. 

Jika datamu menunjukkan bahwa conversion rate lebih rendah dari yang diharapkan, data tersebut dapat digunakan untuk menemukan masalah. 

Beberapa di antaranya masalah dengan UX aplikasi atau tampilan pada website. Misalnya, saat pengguna mengalami masalah saat log in atau kecepatan website yang rendah.

Baca juga: 7 Macam-macam Search Engine, Tak Hanya Google, Lho!

Conversion Rate Ideal

conversion rate adalah
(Foto conversion rate yang ideal. Sumber: Freepik.com)

Kini, kamu sudah tahu bahwa conversion rate adalah metrik yang mengukur tindakan pengguna website atau aplikasi.

Conversion rate memberi tahu berapa besar tingkat kemanjuran konten yang kamu tampilkan ke publik.

Jika 3% pengunjung website login atau melakukan pembelian, website kamu dapat dikatakan efektif sebesar 3% pula.

Namun, sebenarnya berapa conversion rate ideal? Menurut Mailchimp, tingkat ideal yang populer dari conversion rate adalah antara 2% dan 5% pada semua industri. 

Namun, perlu diingat bahwa persentase tersebut tidak selalu jadi patokan terbaik. Tiap industri punya tolok ukurnya sendiri, meski memang makin tinggi berindikasi makin baik.

Beberapa industri, seperti peralatan industri, memiliki situs web yang berkinerja sangat rendah. Website atau aplikasi lainnya, seperti yang menjual elektronik atau layanan bisnis, cenderung memiliki tingkat konversi rata-rata lebih tinggi. 

Oleh karena itu, sebaiknya jadikan conversion rate awal kamu sebagai patokan. Kemudian buat strategi untuk terus meningkatkannya.

Baca juga: 5 Manfaat Social Media Marketing Bagi UMKM, Begini Strateginya!

Metrik Konversi yang Harus Dilacak

conversion rate adalah
(Foto metrik yang bisa dilacak. Sumber: Freepik.com)

Ada banyak aspek yang bisa diukur oleh conversion rate. Hal ini karena tindakan pengguna website aplikasi tidak hanya mengeklik iklan.

Ada banyak tindakan lain yang bisa dilakukan pengguna. Mulai dari berlangganan email, mengunduh aplikasi, check out keranjang belanja, dan sebagainya.

Tugas conversion rate adalah melacak berbagai bentuk aktivitas pengguna website ataupun aplikasi. 

Namun, di antara sekian banyak aktivitas pengguna di website, ada beberapa yang harus jadi prioritasmu untuk pelacakan. 

Hal-hal penting yang harus dilacak dalam menentukan conversion rate adalah sebagai berikut.

1. Sumber Traffic

Hal pertama yang perlu dilacak dalam conversion rate adalah sumber traffic. Penting untuk mengetahui dari mana pengguna datang ke website kamu.

Terkadang banyak pebisnis yang lebih mengandalkan jumlah pengunjung ketimbang jalan masuknya menuju website.

Dengan memahami di mana pengguna menemukan website-mu, kamu bisa melakukan optimisasi di situ.

Menurut Neil Patel, ada tiga sumber utama traffic. Pertama, pengunjung langsung yang datang ke website dengan langsung mengetikkan alamat website di browser.

Kedua, pengunjung pencarian. Pengunjung ini menemukan website melalui mesin pencari semacam Google.

Ketiga, pengunjung rujukan. Pengunjung ini mengeklik tautan ke website kamu dari tempat lain, misalnya blog, laman media sosial, atau tempat lain.

2. Pengunjung Baru

Pelacakan penting selanjutnya dari conversion rate adalah pengunjung baru. Cara pengunjung pertama kali berinteraksi dengan website kamu sangat berbeda dengan pengunjung lama.

Untuk meningkatkan konversi pengunjung kali pertama, kamu harus memisahkan metrik ini dari metrik pelanggan setia atau return visitor

Lihat apa yang mereka minati ketika mereka mengunjungi situs web untuk pertama kalinya dan bagaimana kamu dapat meningkatkan pengalaman itu.

3. Pengunjung Lama

Ketika berbicara tentang pengunjung baru, tentu kamu juga harus melacak pengunjung lama atau return visitor. Ada dua hal yang harus jadi pertimbangan.

Pertama, mengapa orang itu kembali? Kedua, apakah orang tersebut sudah konversi pada kali pertama datang? 

Jika tidak, bagaimana caranya kamu bisa mengonversi pengunjung tersebut saat mereka datang untuk kedua kalinya?

Meski mereka tidak melakukan konversi pada kunjungan pertama, ini merupakan indikasi bagus. Artinya, website kamu memberikan kesan baik sehingga mereka datang kembali.

Proses konversi pada kunjungan selanjutnya bisa jauh lebih mudah daripada saat pertama kali mereka menemukan website kamu.

Baca juga: Cara Konversi Koin TikTok ke Saldo, Cara Asyik Hasilkan Uang!

4. Interaksi per Kunjungan

Pelacakan selanjutnya dari conversion rate adalah interaksi per kunjungan. Tidak hanya tingkat konversi saja yang perlu kamu perhatikan, tetapi juga interaksi lain pengguna di website-mu.

Misalnya pengguna melihat banyak halaman berbeda, menghabiskan banyak waktu untuk membaca halaman tersebut, dan meninggalkan komentar atau ulasan. Ini menunjukkan mereka masih berinteraksi pada tingkat tinggi. 

Meskipun para pengunjung ini belum mengonversi (belum), kamu bisa meningkatkan interaksi mereka hingga akhirnya melakukan konversi.

5. Nilai Per Kunjungan

Nilai setiap kunjungan pada conversion rate adalah metrik sederhana untuk dipahami, tetapi sulit untuk dihitung. Pada dasarnya, metrik ini menanyakan berapa nilai setiap kunjungan.

Cara paling sederhana untuk menghitungnya, yakni jumlah kunjungan dibagi dengan nilai pendapatan yang dibuat.

Terkadang metrik ini sulit dihitung karena nilainya datang lama setelah kunjungan pertama atau datang dalam bentuk tidak berwujud yang sulit diukur.

Misalnya, pengunjung blog mungkin menciptakan nilai setiap kali mereka menambahkan jumlah kunjungan halaman jika kamu memasang iklan. 

Namun mereka juga menciptakan nilai yang tidak berwujud ketika ikut berkomentar di kontenmu, membuatnya terlihat lebih berwibawa.

Sama halnya dengan pengunjung di situs e-commerce menciptakan nilai setiap kali mereka membeli produk. Namun mereka juga menciptakan nilai yang tidak terhitung ketika mereka meninggalkan ulasan produk.

Baca juga: 9 Tips Cerdas Tingkatkan Retensi Pelanggan untuk Bisnis E-Commerce

6. Biaya per Konversi

Metrik selanjutnya yang perlu kamu lacak dari conversion rate adalah biaya per konversi. Ini juga dikenal sebagai biaya perolehan prospek atau biaya per rujukan.

Tidak masalah jika kamu memiliki konversi tinggi dan nilai tinggi per kunjungan. Namun jika biaya yang dikeluarkan mahal, pendapatan bersih kamu mungkin nol atau bahkan negatif.

Saat mencoba meningkatkan conversion rate, perhatikan biaya per konversi dan margin keuntungan keseluruhan. 

Jangan sampai kamu merugi karena biaya campaign yang terlalu tinggi, tetapi membuahkan sedikit hasil.

7. Bounce rate

Salah satu metrik penting conversion rate adalah bounce rate. Bounce rate adalah rasio pengunjung baru mengunjungi website dan langsung keluar tanpa melakukan apa pun.

Ketika kamu baru memulai website atau e-commerce, tentu kamu ingin meminimalkan persentasi bounce rate. Ini menunjukkan pengunjung tidak akan berkonversi, karena tidak menghabiskan waktu atau berinteraksi di website.

Bounce rate yang tinggi dapat berarti beberapa hal. Misalnya, sumber traffic yang lemah atau tidak relevan, dan landing page yang tidak dioptimalkan untuk konversi. 

Masalah umum lainnya, termasuk desain yang buruk, kegunaan yang rendah, atau loading lama.

Jika kamu menjalankan e-commerce, bounce rate sering pula disebut sebagai abandonment rate atau tingkat pengabaian. Rasio ini menunjukkan pengunjung meninggalkan keranjang belanja tanpa membeli.

Baca juga: Apa Itu CPA? Ketahui Seluk Beluk Model Iklan Online Ini

Itulah penjelasan singkat mengenai conversion rate. Ada banyak alat yang dapat membantumu membaca metrik ini, salah satunya Google Analytics.

Conversion rate adalah metrik yang menunjukkan persentase pengguna melakukan tindakan yang kamu ingin mereka lakukan.

Belanja Harga Murah + Gratis Ongkir + Cashback

X