PDCA adalah singkatan dari Plan, Do, Check, and Action yang merupakan metode manajemen untuk menyelesaikan masalah.
Plan, Do, Check, and Action atau yang dalam bahasa Indonesianya adalah perencanaan, pengerjaan, pengecekan, dan tindak lanjut ini awalnya dikembangkan oleh fisikawan Amerika Serikat, Walter A. Shewhart, pada tahun 1920-an.
Model manajemen yang awalnya dicetuskan oleh Walter Shewhart ini kemudian dikembangkan oleh Dr. William Edwards Deming. Dengan tujuan untuk proses perbaikan perusahaan atau individu.
Metode PDCA sangat dibutuhkan oleh berbagai bisnis untuk membuat operasional perusahaan lebih efisien, mengurangi biaya, meningkatkan keuntungan, hingga meningkatkan kepuasan pelanggan.
Biasanya, siklus PDCA banyak digunakan di perusahaan manufaktur, perusahaan manajemen, dan lain-lain.
Karena siklus ini dilakukan secara berulang, maka dapat digunakan para perusahaan untuk keluar dari stagnasi dan bisa membuat sistem di perusahaan menjadi lebih baik.
Jadi, perusahaan yang ingin meningkatkan proses internal dan eksternal mereka sering kali menggunakan metode PDCA untuk meminimalkan kesalahan dan memaksimalkan hasil.
Baca Juga: Ternyata Begini Cara Follow Up Customer Agar Cepat Closing
Komponen PDCA
Foto: Freepik.com
Siklus PDCA dilakukan dengan cara menguji ide-ide karyawan, menyesuaikannya, dan kemudian mengimplementasikannya jika mereka memiliki potensi.
Siklus PDCA adalah proses berulang yang terus menguji konsep dan mendorong perbaikan bagi perusahaan.
Sesuai dengan namanya, PDCA memiliki 4 komponen dalam siklusnya, yakni Plan, Do, Check, and Action. Berikut penjelasannya:
1. Plan
Plan merupakan tahap perencanaan yang dilakukan dengan mengenali dan memahami masalah.
Dalam hal ini, dapat dilakukan dengan teknik 5 W, yang terdiri dari what (apa), who (siapa), when (kapan), where (di mana), dan why (mengapa). Selanjutnya, dilengkapi dengan teknik root cause analysis.
Namun, hal yang terpenting adalah kamu harus mencerminkan misi dan nilai-nilai organisasi. Selain itu, tahap perencanaan juga harus memetakan tujuan proyek dan menunjukkan cara terbaik untuk mencapainya dengan jelas.
Dengan begitu, kamu bisa menghasilkan dan menyaring ide-ide, serta mengembangkan rencana implementasi yang kuat.
2. Do
Do adalah langkah di mana rencana dijalankan. Karena setiap rencana dibuat berdasarkan suatu alasan, jadi perlu dijalankan sesuai dengan rencana.
Mengutip laman Investopedia, tahap ini dapat dipecah menjadi 3 sub-segmen, yakni pelatihan semua personel yang terlibat dalam proyek, proses aktual dalam melakukan pekerjaan, dan merekam wawasan, atau data, untuk evaluasi di masa mendatang.
Untuk mempermudah, kamu bisa menjalankan rencana dari tahap kecil terlebih dahulu dengan lingkungan yang terkendali.
Misalnya, kamu dapat mengatur uji coba di dalam departemen, di wilayah geografis yang terbatas, atau dengan demografi tertentu.
Selain itu, penting juga untuk menerapkan standarisasi agar semua orang yang terlibat dalam prosesnya benar-benar memahami tugas dan melakukannya sesuai tanggung jawab mereka.
Baca Juga: 4 Manfaat Customer centric dan cara menerapkannya
3. Check
Check adalah tahap pemeriksaan yang termasuk dalam siklus PDCA. Biasanya, harus ada 2 macam pemeriksaan di seluruh proyek.
Pertama, pemeriksaan di samping implementasi memastikan tujuan proyek terpenuhi. Kedua, tinjauan yang lebih komprehensif dari proyek yang dilakukan setelah selesai membahas keberhasilan dan kegagalan, sehingga penyesuaian di masa depan dapat dilakukan.
Jadi, jika pada tahap pemeriksaan ini tidak mencapai keberhasilan yang diinginkan, maka siklusnya Kembali pada tahap perencanaan dan pengerjaan hingga benar-benar sukses. Barulah boleh dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Oleh sebab itu, perusahaan perlu melakukan proses Do dan Check secara berulang kali hingga hasilnya benar-benar sempurna.
4. Action
Action merupakan langkah terakhir dalam siklus PDCA. Tahap ini dilakukan dengan cara mengambil tindakan korektif setelah kesalahan masa lalu telah dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Meski ini merupakan tahap akhir, siklus PDCA akan dilakukan terus-menerus secara berulang dan berkelanjutan.
Dalam hal pengulangan siklusnya, perusahaan dianjurkan untuk terus melakukan perbaikan. Jika semua tahap dalam siklus telah berhasil dilalui, hasilnya dapat dikembangkan menjadi standar baru dalam operasional perusahaan.
Ketika benar-benar diimplementasikan, pastikan bahwa metode PDCA ini dilakukan secara konsisten agar membuahkan hasil yang baik dari segi efisiensi dan produktivitas perusahaan.
Baca Juga: 6 Cara Agar Marketplace Facebook Dilihat Banyak Orang
Manfaat PDCA
Foto: Freepik.com
Lantas, apa saja manfaat menerapkan metode PDCA bagi bisnis? Simak selengkapnya yang dikutip dari berbagai sumber.
1. Bisa Diaplikasikan pada Banyak Bisnis
Dikutip dari Lucidchart, kamu dapat menggunakan PDCA di berbagai lingkungan bisnis dan untuk sejumlah aplikasi.
Mulai dari manajemen proyek, manajemen perubahan, pengembangan produk, hingga manajemen sumber daya.
Jadi, meski banyak digunakan di perusahaan manufaktur atau manajemen, siklus PDCA tetap bisa diterapkan di berbagai perusahaan sesuai kebutuhan.
2. Alurnya Sederhana dan Mudah Dipahami
Metode PDCA dinilai sebagai alur yang sederhana dan mudah untuk dipahami dibanding metode lainnya.
Meski demikian, metode PDCA bisa menjadi pendorong yang kuat dalam menciptakan perubahan dan peningkatan produktivitas dalam perusahaan.
Selain memaksimalkan efisiensi perusahaan, hasilnya juga bisa meminimalisir biaya pengeluaran.
Baca Juga: Cara Membuat Barcode Produk di Laptop dan Ponsel Pintar
3. Dapat Digunakan untuk Mendeteksi Risiko Sejak Dini
Melalui metode PDCA, perusahaan dapat mendeteksi adanya hambatan, risiko, serta kegagalan sejak dini.
Pasalnya, siklus PDCA membantu perusahaan dalam menguraikan perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeriksaan secara runtut dan kuat.
Dengan demikian, perusahaan dapat lebih cepat dalam mendeteksi risiko dengan manajemen pengendalian risiko yang lebih baik.
Kekurangan Metode PDCA
Foto: Freepik.com
Meskipun memiliki banyak manfaat, metode PDCA juga memiliki beberapa kekurangan jika diterapkan bagi bisnis.
Walaupun di atas sudah dijelaskan bahwa alurnya sederhana dan mudah dipahami, metode PDCA ini cukup sulit untuk diterapkan.
Hal ini karena PDCA dilakukan dengan cara memecah proses perbaikan menjadi langkah-langkah yang lebih kecil.
Tentu saja, hal tersebut bisa memakan waktu yang lama dan mungkin bukan solusi yang bagus untuk diterapkan pada jenis proyek yang mendesak.
Selain itu, untuk mendapatkan hasil PDCA yang terbaik, komitmen yang kuat dari perusahaan adalah sesuatu yang dibutuhkan. Jadi, bukan suatu metode atau cara yang bisa berhasil dalam 1 kali pengerjaan.
Ini adalah proses yang berkelanjutan dan membutuhkan banyak dukungan, dari atas ke bawah. Tanpa kepemimpinan yang berkomitmen, siklus PDCA tidak dapat bekerja secara efektif untuk jangka panjang.
Namun, ketika membuahkan hasil yang tepat, siklus PDCA yang diterapkan secara berkelanjutan ini dapat membuat operasional perusahaan lebih efisien.
Baca Juga: Pahami Apa Itu Soft Selling agar Jualanmu Lebih Persuasif
Itulah penjelasan mengenai PDCA, tahap-tahap dalam siklus PDCA, serta keuntungan dan kekurangan PDCA bagi bisnis.
Ingatlah bahwa metode yang sederhana dan efektif untuk memecahkan masalah sekaligus menciptakan perubahan ini perlu komitmen dalam prosesnya.
Jadi, jika kamu ingin menerapkannya, pastikan untuk sabar dalam melewati setiap tahapannya. Semoga berhasil, ya!