Mengenal Makna Surplus dan 4 Jenisnya dalam Bisnis

Share this Post

surplus
Table of Contents
shopee pilih lokal

Surplus sering kali disederhanakan maknanya sebagai kelebihan jumlah dari porsi yang sebenarnya dibutuhkan.

Hal ini tidak salah, kok. Dilansir dari Eurostat, surplus adalah kondisi tercapainya keseimbangan antara negatif dan positif. Tepatnya, total positif lebih besar dari negatif. 

Kelebihan tersebut bisa dalam berbagai macam bentuk. Misalnya, anggaran, pendapatan, produk, modal, keuntungan, dan lain sebagainya. Ini berbeda dengan istilah defisit. Sesuatu yang identik dengan kerugian dan kekurangan. 

Namun, apakah benar kondisi tersebut adalah hal ideal dalam konteks bisnis? Tentu tidak. Ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui lebih lanjut tentang kondisi ini. Selengkapnya silakan baca ulasan berikut. 

Baca Juga: 5 Ide Desain Menu Makanan yang Meningkatkan Profit Bisnis

Makna Surplus dan Jenis Jenisnya 

surplus
(Foto grafik yang menunjukkan kenaikan. Sumber: Pexels.com)

Surplus adalah kelebihan jumlah yang sering diasosiasikan dengan keuntungan. Ini berlaku bila memang yang berlebih adalah profit penjualan, anggaran belanja, ataupun modal. 

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kondisi kelebihan ini tidak selamanya identik dengan ideal. Ada kalanya ia dianggap sebagai peringatan untuk sebuah bisnis.

Misalnya, dalam kasus kelebihan produksi. Kondisi ini akhirnya menyebabkan banyak produk sisa tak laku dan rusak di gudang. Ini tentu menimbulkan kerugian bagi pebisnis. 

Supaya kamu lebih memahami seputar istilah bisnis ini, sebaiknya coba cek beberapa jenisnya berikut ini.

1. Surplus Consumer 

surplus
(Foto grafik . Sumber: Pexels.com)

Surplus consumer merupakan salah satu yang harus diwaspadai. Hal ini karena kondisinya harga produk atau jasa yang ditawarkan lebih rendah dari harga tertinggi konsumen mampu membayar. Biasanya, kondisi ini bisa muncul saat proses lelang barang.

Seorang partisipan lelang memiliki kemungkinan mendapatkan barang yang diincar lebih murah dari anggaran yang sudah disiapkan. Bisa jadi karena peminat barangnya yang terlalu minim atau berbagai faktor lain. 

Jenis yang kondisi kelebihan yang satu ini lebih menguntungkan untuk konsumen. Tentunya, menjadi sebuah kerugian untuk penjual dan produsen.

Hal ini bisa juga dipengaruhi oleh kondisi pasar. Terutama, bagi komoditas yang memiliki kecenderungan naik-turun harganya, seperti pangan dan energi. Saat harga turun, surplus konsumennya pun naik dan berlaku sebaliknya. 

Baca Juga: 7 Keuntungan Jual Desain Online, Ini Tips Memulainya!

2. Surplus Producer 

surplus
(Foto rapat. Sumber: Pexels.com)

Sebaliknya, surplus produceradalah kondisi yang menguntungkan penjual. Istilah ini didefinisikan sebagai selisih antara harga terendah penjual targetkan dengan nominal harga yang mereka dapatkan di pasaran.

Selisih inilah yang kemudian disebut kelebihan bila memang harga pasarannya lebih tinggi dari biaya produksi (beserta biaya marginnya) di awal. 

Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh harga pasar yang berlaku. Untuk bisa mencapai kondisi ini, seorang produsen harus memutar otak untuk meramu biaya produksi seefisien mungkin.

Tentunya, dengan tetap menyetarakan kualitas dengan pesaing di pasaran. Misalnya dengan melakukan negosiasi harga dengan supplier bahan baku, efisiensi jumlah karyawan, penggunaan mesin yang menunjang alur produksi, dan lain sebagainya. 

Kondisi ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya, harga pasar yang berlaku. Harga sebuah barang atau komoditas bisa berubah-ubah, ada yang fluktuatif, ada yang cukup stabil.

Ketika harga naik, maka surplus produsen pun ikut naik dan berlaku sebaliknya. Untuk itu, produsen bisa juga mencoba menjual barangnya dengan harga lebih tinggi untuk meningkatkannya.

Tentu sebagai makhluk ekonomi yang realis, konsumen akan berusaha melakukan langkah sebaliknya, yaitu mencari produsen yang berani menjual dengan harga terendah. 

Cara meningkatkannya dengan menaikkan harga secara acak. Misalnya, membedakan harga barang ketika dijual di musim atau tempat tertentu.

Kamu mungkin pernah menemukan harga tiket konser yang lebih mahal ketika sudah mendekati hari H penyelenggaraan dibandingkan dengan harga saat masa presale.

Ini merupakan cara menaikkannya dengan memanfaatkan momen dan kondisi psikologis konsumen. Bisa saja mencari tiket konser dadakan karena belum yakin akan bisa menonton di hari H.

Dapat juga konsumen kehabisan atau terlewat masa presale sehingga dengan terpaksa harus rela membayar tiket yang harganya lebih tinggi. 

Baca Juga: 8 Jenis Budget dan Manfaatnya untuk Bisnismu

3. Surplus Anggaran

surplus
(Foto rapat operasional bisnis. Sumber: Pexels.com)

Surplus anggaran banyak terjadi dalam konteks pengelolaan pemerintah atau bahkan perusahaan. 

Surplus anggaran terjadi ketika sebuah institusi mendapatkan penghasilan yang jumlahnya melebihi pengeluaran. Surplus ini kemudian bisa diinvestasikan kembali atau digunakan untuk membayar hutang dan keperluan lain. 

Hal ini positif pada umumnya karena lebih mudah dikelola ketimbang kondisi defisit anggaran. Namun, surplus anggaran juga bisa jadi peringatan dan perlu dikaji.

Bisa jadi anggaran yang dialokasikan berarti tidak dimanfaatkan secara optimal karena beberapa hal. Bahkan, bisa terjadi karenai gagalnya eksekusi sebuah program atau pembangunan dan lain sebagainya. 

Surplus maupun defisit anggaran memang harusnya dijadikan tolak ukur dan bahan evaluasi untuk perencanaan alokasi dana di masa depan.

Hal-hal atau proyek apa saja yang tidak berhasil terlaksana dan justru di sektor mana saja yang dananya lebih banyak tersedot. 

Logika seperti ini berlaku pula dalam konteks bisnis. Surplus anggaran produksi misalnya bisa dilihat sebagai hal yang positif.

Artinya ada sisa dana yang bisa dimanfaatkan untuk kemajuan perusahaan. Bisa untuk membeli alat baru, biaya perawatan mesin yang rusak dan belum terealisasi, atau bahkan bonus untuk karyawan. 

Baca Juga: Utang Pemerintah Tembus Rp7.000 Triliun, Ini 4 Sumbernya

Surplus dalam Neraca Perdagangan 

surplus
(Foto aktivitas ekspor-impor, Sumber: Pexels.com)
shopee pilih lokal
shopee gratis ongkir

Dalam neraca perdagangan atau ekspor impor, surplus punya definisi sendiri pula. Berdasarkan definisi dari BPS, Surplus terjadi ketika nilai ekspor lebih besar dari nilai impor dalam periode satu tahun. 

Kondisi surplus neraca perdagangan akan meningkatkan PDB (Produk Domestik Bruto). Pun ia akan berpengaruh pada nilai tukar mata uang lokal.

Semakin tinggi nilai ekspor dibanding nilai impor, maka nilai tukar mata uang domestik akan turut menguat atau mengalami apresiasi dan berlaku sebaliknya. Ini membuat surplus dibutuhkan sebuah negara ketika terjadi resesi. 

Di Indonesia sendiri, surplus neraca perdagangan adalah kondisi yang cukup langka. Kita lebih sering mengalami defisit.

Faktor penyebabnya bisa beragam. Salah satunya karena sumber daya yang terbatas dan produksi komoditas dalam negeri yang juga tak bisa dibilang besar dibandingkan dengan barang yang didatangkan dari luar negeri. 

Setiap negara berusaha mencapai kondisi surplus neraca perdagangan. Misalnya, berusaha membatasi impor dengan cara menerapkan tarif dan bea serta berbagai kebijakan ketat lainnya.

Namun, tak bisa dipungkiri dalam realitanya, sumber daya yang dimiliki sebuah negara sangat berpengaruh pada tercapainya target ini. Tidak semua negara yang kekurangan sumber daya dan mengalami defisit neraca perdagangan akan terhambat pertumbuhan ekonominya. 

Hanya saja negara-negara yang mengalami defisit perdagangan memang dalam posisi yang tidak menguntungkan.

Contohnya saja Sri Lanka yang saat ini mengalami krisis karena ternyata banyak mengandalkan komoditas impor.

Venezuela juga pernah mengalami hal sama karena komoditas pangannya bertumpu pada proses impor. Ia beruntung karena memiliki sumber daya berupa minyak bumi yang bisa dimanfaatkannya sebagai bargaining power. 

Itu beberapa penjelasan singkat tentang makna surplus dalam berbagai konteks ekonomi. Bagai dua sisi mata uang alias tidak selamanya ideal. 

Belanja Harga Murah + Gratis Ongkir + Cashback

X