Saat ini muncul istilah cashless society, yaitu masyarakat yang mayoritas memilih menggunakan sistem pembayaran non tunai untuk menggantikan cara konvensional.
Sejak beberapa tahun lalu, pembayaran non tunai mulai diperkenalkan di Tanah Air.
Trennya naik ketika pandemi melanda dan orang mulai mencari alternatif pembayaran yang lebih aman dan praktis tanpa harus melakukan kontak langsung.
Ditambah dengan munculnya mata uang kripto, tren transaksi cashless pun diprediksi akan terus mengalami kenaikan.
Meski terlihat praktis, fenomena ini tentu punya kelemahan dan tantangannya sendiri.
Baca juga: 6 Manfaat Kewirausahaan bagi Pertumbuhan Ekonomi
Sejarah Cashless Society
Merujuk Batiz-Lazo, dkk. dalam jurnal Enterprise & Society cashless society mulai dikembangkan oleh sejumlah bank di Amerika Serikat pada tahun 1960-70an bekerja sama dengan IBM.
Mereka mencoba mengembangkan sistem yang memungkinkan transaksi dan pelaporan real time dilakukan dengan meminimalkan penggunaan kertas dan uang tunai.
Di tahun 1980-an, penggunaan kartu berbahan plastik mulai populer digunakan sebagai metode transaksi real time.
Meski sempat dianggap sebagai science fiction bahkan utopia, nyatanya komputerisasi perbankan sudah jadi hal normal dewasa ini.
Metode Pembayaran Non Tunai
Ada beberapa jenis metode pembayaran non tunai yang biasa dipakai publik.
1. Cek
Cek adalah metode pembayaran non tunai tertua di dunia.
Seseorang tinggal menuliskan besaran yang diinginkan dalam sebuah formulir resmi dari bank. Nantinya penerimanya bisa mencairkan dana secara tunai atau mentransfernya ke bank lain yang dituju.
Proses pencairan atau pemindahan dana dari cek tidak bisa dilakukan secara real-time. Namun, metode ini ideal untuk transaksi dalam jumlah besar.
2. Kartu Kredit atau Debit
Kartu cocok untuk transaksi dalam jumlah kecil dan sering karena prosesnya lebih cepat. Ia bisa dipakai untuk pembayaran, transfer, hingga penarikan dana.
Beda dengan cek, kartu biasanya menerapkan biaya tambahan di tiap transaksi atau membebankannya lewat tagihan bulanan.
Kartu debit dan kredit memiliki kelebihan lain yaitu bisa digunakan lintas negara asalkan terdaftar dalam gerbang pembayaran global yang diakui.
3. Online Banking
Online banking bisa dilakukan melalui aplikasi di ponsel (mobile banking) atau melalui browser (internet banking) yang terhubung dengan internet.
Keduanya bisa melakukan transaksi secara real time, bahkan pengaturan akun secara mandiri. Popularitasnya naik pesat karena lebih mudah, praktis, dan cepat.
Mobile banking juga dianggap lebih aman, meskipun tentu tetap ada celah.
Cara paling mudah adalah dengan memastikan aplikasi selalu diperbaharui, mengganti pin atau kode secara berkala, dan tidak mengaksesnya menggunakan koneksi internet (WiFi) publik.
Baca Juga: 5 Manfaat Key Opinion Leader Bagi Bisnis dan Tips Memilihnya
4. Dompet Elektronik
Dompet elektronik mengambil celah dari fitur yang tidak dimiliki bank konvensional dalam aplikasi mobile mereka.
Misalnya fitur transfer dengan biaya tambahan yang lebih rendah bahkan gratis, atau pembayaran yang lebih murah dan cepat untuk merchant-merchant tertentu.
Para pengembang dompet elektronik melakukan strategi marketing dengan menggaet merchant dan menawarkan potongan harga untuk meningkatkan transaksi.
5. Mata Uang Kripto
Dulunya mata uang kripto hanya dianggap mitos belaka sampai akhirnya ia mulai naik daun di tahun 2017.
Mata uang digital ini memungkinkan individu atau institusi melakukan transaksi tanpa batas, sehingga waktunya lebih cepat dan tidak ada limit nilai maksimum atau minimum.
Ini karena tidak ada proses audit dan clearance yang biasa dilakukan seperti saat melakukan transaksi lewat bank konvensional.
Ketiadaan otoritas yang mengatur sistem dalam mata uang kripto memang punya keuntungan dan kelemahannya sendiri.
Baca juga: 5 Manfaat Revolusi Industri 4.0 bagi Bisnis Kamu
Keuntungan Menjadi Cashless Society
Pembayaran non tunai memang memiliki banyak kelebihan yang bisa kamu rasakan sendiri. Antara lain:
- Lebih mudah mengecek dan melacak transaksi yang dilakukan dalam jangka waktu yang dibutuhkan. Di sana terlihat jelas waktu, nilai transaksi, dan tujuannya.
- Relatif lebih aman karena kamu tidak perlu membawa uang tunai lagi. Cukup satu kartu atau aplikasi dan semuanya tersimpan rapi. Seseorang butuh melakukan verifikasi beberapa lapis untuk bisa membuka atau menggunakan akunmu. Meskipun, tak bisa dimungkiri kasus peretasan tetap bisa terjadi.
- Menghemat banyak waktu karena proses transfer dan pembayaran bisa dilakukan dari jarak jauh, bahkan di manapun kamu berada tanpa harus pergi ke ATM atau bank terdekat.
- Menghemat banyak biaya untuk bank karena tidak perlu melakukan proses cetak dokumen sebanyak dulu.
- Menguntungkan pemerintah dan stakeholder untuk melacak dan mencegah upaya-upaya pencucian uang. penggelapan pajak, dan berbagai kecurangan lainnya. Itulah mengapa oknum money launderer lebih banyak melakukan transaksi tunai ketimbang elektronik.
- Keuntungan cashless society untuk bisnis tentunya meningkatkan volume penjualan dan mengurangi kerugian karena human error. Semua transaksi terpampang jelas sehingga upaya penggelapan dana oleh pegawai bisa diminimalkan.
Kelemahan dan Tantangan
Walaupun menawarkan banyak kemudahan, cashless payment tetap punya celah yang bisa dimanfaatkan pihak-pihak nakal seperti berikut:
- Meningkatkan potensi kejahatan siber karena metode ini sering jadi celah empuk untuk para peretas dan scammer. Dengan memasang aplikasi dan mengaktifkan akun e-wallet atau mobile banking sebenarnya kamu memiliki risiko untuk menjadi korban peretasan atau modus penipuan lainnya. Bisa karena sistem pengamanan bank yang kurang baik atau keteledoran nasabah sendiri.
- Berkurangnya privasi karena semua riwayat transaksi terpampang jelas.
- Meningkatkan jumlah pengeluaran. Kemudahan dan berbagai penawaran diskon membuat kita terkadang tanpa sadar melakukan transaksi yang sebenarnya tidak begitu diperlukan.
- Ada biaya-biaya tambahan yang tidak kita sadari dibebankan pada nasabah atau pengguna.
- Tidak semua merchant sudah menerapkan sistem pembayaran cashless atau menerima pembayaran dengan mata uang kripto misalnya.
- Berpotensi memperjelas kesenjangan antara penduduk yang sudah melek metode cashless dengan pihak belum. Nikola Fabris dalam Journal of Central Banking Theory and Practice berargumen bahwa uang tunai lebih inklusif dan menawarkan stabilitas.
- Meningkatnya ketergantungan pada teknologi.
- Potensi job loss dari sektor-sektor yang diautomasi, misalnya saja pekerjaan teller bank yang diprediksi hilang beberapa tahun lagi.
Baca juga: Contoh Bisnis Kreatif, atau Seni Mengolah Ide
Daftar Negara yang Menuju Cashless Society
Melansir data dari Global Data di tahun 2020, ada sejumlah negara yang sudah mulai bergerak ke cashless society dilihat dari volume transaksi dan jumlah penggunanya. Mereka adalah Finlandia, Swedia, Tiongkok, Korea Selatan, Inggris Raya, dan Australia.
Khusus untuk Indonesia sendiri, Statista merilis data yang menunjukkan peningkatan transaksi digital di tanah air terutama di sektor e-commerce dan e-wallet selama rentang tahun 2018-2021. Peningkatan ini diprediksi akan terus terjadi hingga 2026.
Banyak pengamat sendiri optimis dengan masa depan cashless society. Meski masa depan transaksi jual beli belum akan sepenuhnya meninggalkan metode tunai, kenaikannya akan signifikan mengingat generasi muda yang akan mendominasi aktivitas ekonomi beberapa tahun ke depan.
Baca Juga: Cara Daftar UMKM Online Mudah, Yuk Siapkan Persyaratannya!
Apalagi mata uang kripto kini sudah membuat uang tunai mulai terlihat usang. Individu atau pemerintah yang tidak mengikuti perkembangannya bisa saja tertinggal.
Cashless society mungkin masih jadi utopia, tetapi trennya positif.
Meski begitu, beberapa kelemahan yang dibahas tadi haruslah menjadi pertimbangan sebelum satu komunitas sebesar negara hijrah total ke sistem pembayaran non tunai.