Cara Kerja Produsen dan 3 Fungsinya dalam Operasional Bisnis 

Share this Post

produsen
Table of Contents
shopee pilih lokal

Dalam bisnis kita mengenal tiga aktor utama, yaitu produsen, konsumen, dan distributor.

Pengertian produsen adalah orang yang memproduksi barang atau jasa. Agar transaksi bisnis terjadi, diperlukan adanya konsumen.

Produsen bisa saja langsung menjual atau menyalurkan barang ke konsumen. Namun, kebanyakan membutuhkan bantuan distributor atau penyalur.

Bagaimana cara kerja produsen? Apa pula perannya dalam ekonomi? Lalu, bagaimana cara menjadi produsen yang sukses? Berikut beberapa ulasan yang bisa kamu jadikan referensi sebelum membangun sebuah bisnis. 

Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Distributor? Ini Fungsi dan Jenisnya

Cara Kerja Produsen

produsen
(Foto sebuah pabrik tekstil. Sumber: Pexels.com)

Produsen bekerja dengan cara mengolah sekumpulan sumber daya. Sumber daya yang dimaksud adalah modal atau bahan baku dan tenaga kerja.

Keduanya kemudian dikenal dengan istilah input dan akan dimasukkan dalam perhitungan biaya produksi. Hasil produksi disebut dengan output yang bisa saja berbeda jauh dari input

Misalnya, kasus produsen tempe. Produsen di sini diartikan sebagai pihak yang mengolah kedelai dengan alat-alat tertentu dan tenaga manusia untuk mengubahnya menjadi salah satu bahan makanan.

Bisa juga contohnya seorang produsen barang elektronik yang mengolah atau mengubah kepingan-kepingan logam menjadi sebuah kipas angin, ponsel, dan lain sebagainya. 

Tidak hanya memproduksi barang fisik yang bisa disentuh dan dipegang tangan. Produsen juga bisa menawarkan komoditas ekonomi berupa jasa.

Jasa yang dimaksud bisa saja kebijakan, pertimbangan keputusan, pendidikan, jaminan keamanan, layanan kesehatan, desain, dan lain sebagainya. 

Dalam prosesnya, produsen jasa tidak membutuhkan bahan baku seperti produsen barang. Mereka mengubah atau mengolah sumber daya manusia yang memiliki pikiran, kreativitas, dan keterampilan untuk bisa memudahkan bahkan memenuhi kebutuhan konsumen. 

Baca Juga: White Label: Definisi, Cara Kerja, dan Manfaatnya bagi Bisnis

Bedanya Produsen dan Pengusaha

produsen
(Foto pekerja di pabrik pengolahan logam. Sumber: Pexels.com)

Produsen tidak selalu sama dengan pebisnis atau pengiusaha. Pebisnis atau wirausahawan adalah orang yang mengelola sebuah operasional bisnis.

Hampir sama memang dengan produsen, mereka adalah orang-orang yang menemukan cara untuk mengolah sumber daya.

Namun, tidak selalu seorang wirausahawan atau pebisnis terlibat langsung dalam kegiatan produksi. Ia bisa jadi inisiator sebuah perusahaan jasa atau produk. Atau menjadi distributor atau jembatan antara produsen dan konsumen. 

Contohnya, reseller sebuah barang yang menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Meski tak terlibat langsung dalam produksi, reseller berhak disebut sebagai pengusaha karena menemukan teknik dan peluang bisnisnya sendiri.

Contoh lain dari pengusaha adalah seorang yang membangun perusahaan agensi desain. Ia lebih banyak bekerja di ranah manajerial dengan merekrut para desainer grafis dan mencarikan mereka klien atau konsumen.

Baca Juga: Apa Itu Reseller dan Bagaimana Perannya dalam Bisnis?

Fungsi Produsen 

Cara Kerja Produsen dan 3 Fungsinya dalam Operasional Bisnis 
(Foto pengrajin kayu. Sumber: Pexels.com)

Produsen memiliki fungsi dan peran sebagai berikut. 

  • Mengolah modal, bahan baku, serta menyerap tenaga kerja. 
  • Memenuhi kebutuhan pasar dan memastikan suplai tidak terputus. 

Singkatnya, mereka eksis untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia agar bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Misalnya saja, produsen perabot yang berfungsi memastikan kayu yang ada di alam bisa diolah untuk kebutuhan hidup manusia, seperti meja, kursi, pintu, dan elemen lainnya. 

Baca Juga: Apa Itu Grosir? Ini Perbedaannya Dengan Eceran Dan Jenisnya

Jenis-Jenis Produksi

produsen
(Foto pekerja pabrik makanan. Sumber: Pexels.com)

1. Produksi Skala Kecil 

Tujuan produksi adalah memenuhi kebutuhan pasar. Ini membuatnya identik dengan pabrik di mana sebuah barang diproduksi secara massal karena pasarnya luas. Namun, tidak semua proses produksi harus dilakukan di dalam pabrik.

Seseorang bisa melakukan produksi dari mana saja, termasuk rumah. Inilah yang kemudian melahirkan istilah pabrik rumahan. Biasanya meliputi komoditas, seperti makanan (catering, makanan siap saji, dan makanan beku), kerajinan tangan, serta lain sebagainya. 

2. Factoryless Production

Ada pula perusahaan yang melakukan produksi tanpa pabrik atau factoryless goods producer. Melansir United Nations Statistic Division, istilah ini merujuk pada perusahaan yang bekerja sama dengan vendor untuk memproduksi barang hasil desain mereka.

Ini membuat mereka tidak memiliki pabrik sendiri, tetapi mengalihkan proses produksi pada pabrik yang diberi lisensi. Nantinya, perusahaan ini memiliki hak cipta atas produk mereka dan bisa menjual dengan nama yang diinginkan. 

3. Offshoring 

Ada pula istilah offshoring. Ini adalah proses produksi yang dilakukan di negara lain dengan berbagai alasan dan faktor pendorong.

Misalnya, perusahaan apparel baju olahraga asal Eropa dan Amerika Serikat yang memindahkan proses produksinya di pabrik-pabrik yang berada di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Biasanya, ini karena pertimbangan upah pegawai yang lebih murah sehingga bisa menekan biaya produksi. 

Baca Juga: Bagaimana Cara Mencari Supplier? Simak 8 Tipsnya

Tanggung Jawab Produsen

Cara Kerja Produsen dan 3 Fungsinya dalam Operasional Bisnis 
(Foto gudang penyimpanan suplai barang. Sumber: Pexels.com)
shopee pilih lokal
shopee gratis ongkir

Produsen memiliki akses langsung pada modal dan bahan baku yang membuat mereka memiliki tanggung jawab yang cukup besar. Terutama untuk memastikan bahwa suplai kebutuhan tidak putus.

Artinya, harus ada perhitungan dan perkiraan tentang ketersediaan bahan baku. Khususnya bila bahan bakunya berasal dari alam. Misalnya pertambangan, perkebunan, peternakan, pertanian, dan perikanan.

Mereka rawan kehabisan bahan baku bila melakukan eksploitasi besar-besaran tanpa memikirkan keberlanjutan. 

Untuk itu muncul istilah sustainable business yang berusaha menjembatani antara kebutuhan pasar dengan kebutuhan untuk menjamin ketersediaan bahan baku.

Caranya bisa dengan memanfaatkan limbah produk lawas, melakukan langkah-langkah konservasi lingkungan, menghitung volume produksi yang wajar, dan berbagai hal lain. 

Sayangnya, sustainable business tidak menarik di negara-negara berkembang karena prosesnya yang rumit dan sifatnya yang bisa menaikkan biaya produksi.

Seperti kamu tahu, produk dari bahan daur ulang umumnya dihargai lebih mahal karena proses pengolahan yang sulit dan keberadaan  bahan yang juga terbatas.

Misalnya saja, pewarna tekstil ramah berbahan alami yang dibanderol lebih mahal ketimbang cat tekstil sintetik. Hal ini menjadi halangan terbesar yang membuat produsen memilih untuk tidak ambil pusing dan mencari jalan termudah dengan melakukan apa yang sudah menjadi tradisi.

Tanggung jawab lain selain pada lingkungan adalah pada pegawai yang dipekerjakan atau terlibat dalam proses produksi. Produsen berkewajiban menjamin kesejahteraan pegawainya baik dari segi finansial, kesehatan, dan keselamatan.

Untuk itu, biasanya dibuatlah skema asuransi yang berlaku untuk menjamin segala kebutuhan dan risiko yang melekat pada pekerja saat melaksanakan tugas atau proses produksi tersebut. 

Dalam konsep bisnis yang berkelanjutan, logika yang dipakai adalah proses produksi tidak akan optimal bila pekerjanya tidak dalam keadaan sehat. Baik secara fisik maupun mental.

Untuk itu, diperlukan perhitungan jam kerja yang wajar, gaji dan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja, insentif dan bonus, dan lain sebagainya. 

Lagi-lagi di negara berkembang, hal ini jarang menjadi perhatian. Upah yang rendah bahkan di bawah peraturan yang berlaku seringkali ditemukan. Kondisi kerja yang tidak layak serta jam kerja yang berlebih juga bukan hal aneh. 

Tanggung jawab berikutnya adalah urusan dengan pemerintah dan kantor yurisdiksi tempat kamu melakukan proses produksi. Setiap negara dan daerah memiliki peraturan masing-masing yang harus dicermati dan ditaati, suka atau tidak.

Tentunya sejak awal urusan perizinan dan proses perekrutan baiknya dipikirkan alurnya dengan seksama. Terutama bila produksimu merupakan jenis skala besar. 

Baca Juga: Apa Itu Retail? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Bila sedang mempertimbangkan mengambil peran sebagai produsen, ada baiknya kamu memikirkan masak-masak tanggung jawab yang melekat. Tentunya bisnis akan lebih langgeng bila kamu juga memperkirakan keberlanjutannya di masa depan.

Bukan hanya urusan profit belaka tentunya, tetapi kestabilan pendapatan dan keberlangsungannya sampai bertahun-tahun di masa depan tentu harus masuk prioritas. 

Belanja Harga Murah + Gratis Ongkir + Cashback

X