Apa itu reseller dan bagaimana posisinya dalam bisnis perdagangan?
Kita tahu bahwa tidak semua produsen bisa menjual sendiri produknya.
Oleh karena itu, terciptalah rantai distribusi produk dari tempat produksi hingga ke tangan konsumen. Di tengah rantai itu, reseller juga ikut berperan dalam menyampaikan produk ke tangan konsumen.
Menjadi seorang reseller cocok bagi orang-orang yang memiliki dorongan untuk memulai bisnis, tetapi tidak memiliki kreativitas atau waktu luang untuk membuat produk sendiri.
Meski demikian, reseller tetap harus mengalokasikan waktunya untuk pembuatan toko, entah toko fisik ataupun online.
Selain itu, butuh waktu juga untuk melakukan promosi toko dan transaksi dengan pembeli. Yang terpenting, butuh waktu pula untuk menemukan pemasok produk.
Baca Juga: 11 Karakteristik Pengusaha yang Harus Kamu Miliki
Apa Itu Reseller?
Apa itu reseller? ia adalah orang yang membeli barang untuk dijual kembali dan mendapat untung.
Konsepnya sama seperti pengecer atau pedagang retail, karena mereka juga membeli produk dalam jumlah besar kepada produsen.
Reseller mungkin hanya akan menaikkan harga produk yang ia jual ulang. Namun, reseller bisa juga menggabungkannya dengan produk lain atau melakukan pengemasan ulang.
Biasanya reseller terdaftar dalam struktur bisnis produsen. Bisa juga reseller adalah pihak individu yang melakukan kegiatan jual beli untuk mendapat keuntungan pada setiap transaksi.
Reseller bisa membeli langsung produk dari produsen atau membelinya dari pedagang grosir. Harga jual reseller biasanya tidak jauh dari harga eceran tertinggi (HET) yang sudah ditentukan oleh produsen.
Beberapa produsen biasanya membuat program reseller agar produknya dapat tersebar lebih luas.
Kadang ada persyaratan tertentu yang ditetapkan, semisal wilayah yang berbeda antara satu reseller dan reseller lain. Bisa juga penetapan rabat tinggi untuk pembelian dalam jumlah banyak.
Reseller tidak harus menjual produk apa pun. Banyak pula reseller yang menetapkan spesialisasi penjualan kategori produk tertentu.
Baca Juga: 8 Strategi Pemasaran Produk untuk Meningkatkan Penjualan
Keuntungan dan Kekurangan Reseller
Setelah tahu apa itu reseller, kini kamu perlu tahu keuntungan dan kekurangan menjadi reseller. Sama seperti kegiatan bisnis lainnya, ada untung dan ruginya menjadi reseller.
Kamu hanya perlu menimbang seberapa besar keuntungannya dan apakah kamu dapat mengatasi kekurangannya.
Setelah itu, kamu bisa menentukan akan menjadi reseller atau tidak.
Keuntungan Menjadi Reseller
Berikut ini sejumlah keuntungan menjadi reseller:
1. Menghemat Biaya
Tidak seperti distributor atau pemasok yang membutuhkan margin tinggi, menjadi reseller memungkinkanmu untuk menetapkan harga.
Kamu dapat memilih produk yang cocok untuk bisnismu dan membelinya dengan harga wajar.
Lalu, kamu menjualnya dengan harga yang ditetapkan sendiri. Namun, memang terdapat beberapa produsen tertentu yang memberlakukan ketentuan HET.
2. Menghemat Waktu
Kamu tidak memerlukan banyak komitmen waktu karena tak perlu melakukan proses produksi.
Yang perlu kamu perhatikan hanyalah memastikan stok barang yang kamu jual ulang masih cukup untuk dijajakan.
3. Tidak Perlu Punya Banyak Stok
Kamu hanya perlu punya stok secukupnya, sesuai perkiraan pemesanan yang masuk setiap minggu atau bulan.
Jika sudah mau habis, tinggal membelinya kembali kepada produsen atau pemasok. Bahkan, kamu bisa saja berjualan tanpa stok.
Hal ini jika kamu menggunakan jasa dropship. Pesanan masuk di tokomu dan barang akan dikirim langsung dari gudang penyedia jasa.
4. Ekspansi Cepat dan Mudah
Jika kamu menjadi reseller, varian produk yang kamu jual bisa tak terbatas. Pembeli pun punya banyak pilihan ketika berbelanja di tokomu.
Dengan demikian, kamu bisa dengan mudah memperluas segmentasi pasar karena banyaknya pilihan produk di dalam tokomu.
Keuntungan menjadi reseller mungkin sangat menggiurkan. Namun, kamu juga harus mempertimbangkan kekurangan menjadi seorang reseller.
Baca Juga: 5 Strategi Pemasaran Jasa untuk Tawarkan Service Business
Kekurangan Menjadi Reseller
Berikut ini sejumlah kekurangan menjadi reseller:
1. Kamu Tidak Bisa Mengontrol Stok
Ada kalanya produsen atau pemasok kehabisan stok, sedangkan tokomu sudah dibanjiri permintaan. Sebagai reseller, kamu pun hanya bisa menginformasikan bahwa stok produk habis.
Kamu tidak punya kuasa untuk menambah stok. Hal paling maksimal yang bisa kamu lakukan adalah memberi tahu produsen atau pemasokmu bahwa permintaan produk tersebut sedang tinggi di pasaran.
2. Keuntungan Kecil
Hal ini karena adanya HET. Jika kamu menjual produk di atas harga HET, kemungkinan tidak banyak pelanggan yang akan bertransaksi di tokomu. Pelanggan cenderung berbelanja di tempat lain yang menawarkan harga kompetitif.
Selain itu, ketika kamu membeli produk dari pemasok atau pedagang grosir, harga yang kamu dapat sudah lebih tinggi ketimbang harga dari produsen.
Jika mau memperbesar margin profit, kamu pun digiring untuk membeli dalam jumlah besar.
3. Banyak Pesaing
Ada banyak yang menjadi reseller, tidak hanya kamu. Kamu pun harus bersaing dalam soal harga dengan para reseller lain.
Kembali lagi ke persoalan siapa yang menjadi pemasokmu agar kamu mendapatkan harga murah dan mendapat margin profit yang besar. Selain itu, kamu juga perlu bijak dalam menentukan harga.
4. Kualitas Barang Tidak Selalu Baik
Meski produsen sudah melakukan quality control (QC) terhadap produknya, terkadang masih ada saja produk rusak.
Misalnya, rusak akibat pengiriman oleh distributor.
Kamu pun tidak bisa mengontrol kualitas barang yang kamu terima karena kamu bukan produsennya. Hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah melayangkan komplain terhadap pemasokmu.
Baca Juga: 6 Contoh Promosi Produk untuk Memikat Calon Pembeli
Cara Kerja dan Contoh Reseller
Cara kerja reseller cukup sederhana. Kamu hanya perlu mencari produsen atau pemasok barang.
Lakukan negosiasi tentang bagaimana cara kamu mendapatkan produk dan berapa rabat yang akan kamu peroleh dari pembelian produk.
Terkadang, ada produsen atau distributor tertentu yang sudah memiliki program reseller. Kamu bisa pelajari syarat dan ketentuan untuk mengikuti program tersebut.
Dengan demikian, kamu sudah menjadi reseller. Namun ada berbagai jenis reseller.
Berikut ini sejumlah contoh reseller yang bisa kamu pilih untuk menjalankan bisnismu:
1. Retail Arbitrage
Menjadi seorang retail arbitrage, berarti kamu membeli produk dari toko retail di sekitar lokasimu, lalu menjualnya kembali melalui e-commerce.
Hal yang perlu kamu lakukan hanyalah meriset berbagai produk di toko retail yang ada di daerahmu.
Kemudian kamu dapat memilih produk apa yang kira-kira akan laku dijual secara online.
Akan lebih baik jika produk yang kamu jual adalah produk khas daerah yang tidak dijual di daerah lain. Pesaingnya cenderung minim.
Contohnya banyak kamu temukan di marketplace. Ada yang menjual makanan khas daerah dengan berbagai merek.
Bahkan ada yang menjual produk kebutuhan sehari-hari yang biasa kita temukan di toserba.
2. Label Privat
Tujuan dari reseller tipe ini adalah mencari produk langsung dari pabrikan atau produsen. Kemudian, kamu mencantumkan labelmu kemudian mengemasnya ulang dengan kemasanmu.
Salah satu contohnya yaitu penjual natural oil untuk perawatan kulit.
Reseller membeli dalam jumlah literan kepada produsen, kemudian mengemasnya ulang dalam botol-botol kecil dan mencantumkan label sendiri pada produk tersebut.
Baca Juga: Kenalan Dulu dengan Brand Awareness dan cek Manfaatnya!
3. Dropship
Dropship dilakukan sepenuhnya secara online. Kamu tidak perlu menyetok barang, karena produsen atau jasa penyedia dropship akan mengirimnya langsung ke alamat pembeli.
Kamu hanya perlu membuka toko online, menyediakan displai produk, kemudian menerima pesanan dari pelanggan.
4. Grosir
Menjadi reseller yang satu ini harus punya cukup modal. Kamu membeli produk langsung ke produsen dan manufaktur dalam jumlah besar.
Kemudian kamu menjualnya ulang melalui platform marketplace atau situs toko online buatanmu sendiri.
Demikian penjelasan mengenai apa itu reseller. Semoga informasinya bermanfaat!