Perubahan BI Rate dapat mempengaruhi beberapa sektor, termasuk program KPR. Bagaimana cara kerja BI Rate?
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki peran untuk menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri. Setiap kebijakan Bank Indonesia akan diikuti oleh lembaga keuangan lain yang pada akhirnya mempengaruhi berbagai sektor.
Ada dua kebijakan yang bisa diambil Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas perekonomian, yakni kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Kebijakan moneter berkaitan dengan upaya-upaya BI dalam menstabilkan nilai rupiah dengan mengendalikan jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini biasa diambil untuk mengatasi inflasi.
Sementara itu, kebijakan fiskal berkaitan dengan pengelolaan pendapatan dan pengeluaran pemerintah.
Salah satu tindakan yang bisa diambil Bank Indonesia dalam penerapan kebijakan moneter adalah dengan mengatur suku bunga.
Suku bunga ini digunakan sebagai acuan lembaga keuangan lain dan berlaku di Indonesia, disebut sebagai BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
Lantas, apa itu BI Rate? Apakah ada perbedaan antara BI Rate dengan BI7DRR? Simak penjelasannya sampai akhir, ya!
Baca Juga: Impulse Buying, Perilaku Konsumsi Berlebihan yang Merugikan
Cara Kerja BI Rate
Menurut Bank Indonesia, BI Rate adalah suku bunga referensi kebijakan moneter yang selalu ditetapkan setiap bulannya dalam Rapat Dewan Gubernur.
Suku bunga acuan di Indonesia ini dapat berbeda setiap bulannya dengan melihat kondisi perekonomian negara.
Sebagai salah satu instrumen kebijakan moneter, pengaturan suku bunga BI Rate diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi negara.
Salah satu faktor yang jadi penentu nilai suku bunga tersebut adalah inflasi. Menurut International Monetary Fund, inflasi adalah kenaikan harga selama periode waktu tertentu.
Kenaikan harga ini terjadi secara keseluruhan di suatu negara. Inflasi mewakili seberapa jaug kenaikan harga barang dalam periode tertentu, biasanya dalam setahun.
Inflasi dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti turunnya nilai mata uang, kenaikan harga barang dan jasa, meningkatnya pengangguran, menurunnya kesejahteraan masyarakat, hilangnya investasi, dan masih banyak lagi.
Ketika terjadi inflasi, Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga dengan harapan masyarakat akan lebih sering menabung, sehingga jumlah yang yang beredar akan berkurang.
Sebagai informasi, uang yang beredar maksudnya adalah uang yang sehari-hari digunakan untuk bertransaksi oleh masyarakat.
Ketika suku bunga naik, harapannya masyarakat akan lebih memilih menyimpan uangnya di bank dan inflasi dapat ditekan.
Baca Juga: UMP 2023 Naik di 10 Provinsi, Ini Peraturannya!
Perbedaan BI Rate dan BI7DRR
Singkatnya, BI-7 Day Reverse Repo Rate merupakan pengganti BI Rate yang berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016 lalu.
Melansir dari laman resmi Bank Indonesia, BI-7DRR merupakan upaya penguatan kerangka operasi moneter suku bunga acuan.
Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru karena dapat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil secara cepat.
Perlu diketahui, jika tingkat inflasi mengalami kenaikan, maka nilai BI Rate juga akan naik. Begitu pula sebaliknya, saat inflasi turun maka nilai BI Rate juga akan ikut turun.
Namun, meskipun nilai BI Rate sedang turun, lembaga perbankan tetap tidak dapat mengambil uang yang tersimpan di Bank Indonesia untuk diputarkan ke masyarakat.
Akibatnya, lembaga keuangan harus menunggu setidaknya satu tahun untuk mengambil dana tersebut.
Dengan adanya kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate, lembaga perbankan tidak perlu lagi menunggu hingga satu tahun lebih hanya untuk menarik dananya yang disimpan di Bank Indonesia.
Lembaga perbankan diperbolehkan untuk menarik dananya beserta suku bunga terbaru sesuai dengan penetapan dalam jangka waktu 7 hari serta kelipatannya (14, 21, dan seterusnya).
Baca Juga: Perbedan BI Fast dan Realtime Online, Mana yang Lebih Baik?
Fungsi BI Rate
Sebagai salah satu instrumen kebijakan moneter, BI Rate memiliki beberapa fungsi, yakni:
1. Menjaga Inflasi
Inflasi merupakan mimpi buruk dalam perekonomian suatu negara. Sebab, dampak yang ditimbulkan memang tak main-main. Inflasi dapat memicu kerusuhan di berbagai daerah dan menyebabkan situasi negara mengalami chaos.
Apalagi bagi negara yang memiliki utang luar negeri yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang lambat. Inflasi bisa mematikan perekonomian dan diikuti dengan berbagai masalah lain yang muncul.
Di Indonesia, Bank Indonesia memiliki tugas untuk mengatasi inflasi dengan membuat kebijakan-kebijakan. Sementara itu, perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.
Seperti dijelaskan sebelumnya, penetapan BI Rate diharapkan dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan mendorong masyarakat agar menyimpan atau menggunakan uangnya.
2. Menjaga Daya Beli Masyarakat
Selain menjaga inflasi, suku bunga Bank Indonesia juga dapat menjaga daya beli masyarakat. Kebijakan ini dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar dalam kondisi inflasi dan deflasi.
Kebijakan suku bunga BI biasanya akan mempengaruhi kredit properti dan kendaraan, termasuk program KPR.
Saat suku bunga naik, bunga kredit rumah juga akan ikut baik sehingga masyarakat enggan melakukan transaksi kredit. Masyarakat tentu akan memilih menyimpan uangnya ketimbang berbelanja.
Alhasil, inflasi akan turun dan berpengaruh terhadap harga-harga barang dan jasa. Pada akhirnya, penurunan harga barang dan jasa dapat meningkatkan daya beli masyarakat.
Baca Juga: Waspada! Ini Cara Kerja Pinjol Ilegal Saat Mencari Mangsa
3. Memengaruhi Harga Saham
BI Rate dapat memengaruhi harga saham secara tidak langsung. Ketika daya beli masyarakat meningkat, permintaan barang dan jasa akan semakin tinggi.
Akibatnya, harga saham bisa meningkat karena dipengaruhi oleh performa barang dan jasa yang dijual suatu perusahaan. Selain itu, instrumen saham bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin menyimpan uangnya.
4. Mencegah Fraud dari Lembaga Perbankan
Suku bunga BI dapat mencegah kecurangan dari lembaga keuangan dengan memonitori aktivitas perbankan. Ketika BI menaikkan atau menurunkan suku bunga, lembaga keuangan lain wajib mengikutinya.
Dengan begitu, suku bunga yang ada di masyarakat akan tetap sama dan merata tanpa adanya ketimpangan.
5. Menjaga Stabilitas Ekonomi Negara
Pada akhirnya, penetapan suku bunga dalam kebijakan moneter dapat menjaga stabilitas keuangan dan perekonomian negara. BI Rate merupakan salah satu instrumen yang efektif menstimulus kebiasaan belanja masyarakat.
Itulah penjelasan tentang kebijakan moneter dan BI Rate yang bisa diatur oleh Bank Indonesia.