Konsumerisme: Pengertian, Dampak dan Budaya

Share this Post

konsumerisme
Table of Contents
shopee pilih lokal

Konsumerisme adalah sebuah tindakan dan gaya hidup manusia yang bertendensi negatif. Apakah benar demikian?

Berbelanja merupakan hal yang penting bagi setiap masyarakat. Baik itu belanja bulana, kebutuhan sehari-hari, atau untuk kebutuhan bergaya.

Sering kali, masyarakat melupakan bagian penting dari kebutuhan hidup yang harus lebih dulu dilengkapi. Apakah itu kebutuhan belanja primer, sekunder, atau tersier?

Hal ini tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran akan hal dalam berbelanja dapat mengakibatkan dampak yang buruk, karena terlalu berlebihan. oleh karena itu, munculah istilah konsumerisme

Apa itu sebenarnya konsumerisme dan dampaknya? Simak uraiannya di bawah ini.

Baca Juga: Tipe-tipe Konsumen dan Tips Menarik Perhatian Mereka!

Pengertian Konsumerisme

konsumerisme
(Foto hasil belanja. Sumber: Pixabay.com)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumerisme adalah suatu pemikiran bahwa memiliki barang mewah merupakan suatu standar kebahagiaan, kesuksesan dan kesenangan.

Sementara pengertian lain, dilansir dari Merriam-Webster konsumerisme adalah gaya hidup yang boros. Tidak jauh berbeda, menurut Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia arti konsumerisme adalah pemborosan, pembaziran, dan penghamburan.

Gaya hidup ini dipengaruhi juga oleh kemajuan teknologi atau modernisasi. Hal ini biasanya terjadi di kalangan remaja yang masih belum matang pemikirannya. Tidak heran banyak benda tersier yang justru dilengkapi dibanding kebutuhan premiernya.

Contohnya, seorang remaja seharusnya memperbaiki laptop untuk menunjang kebutuhan kuliahnya. Namun, dia justru membeli sebuah rokok elektrik yang termasuk kebutuhan tersiernya.

Hal ini bisa saja terjadi karena orang tersebut diajak oleh teman-temannya yang juga memiliki rokok elektrik. Contoh di atas merupakan gaya hidup yang kurang baik karena kebutuhan kuliah yang seharusnya diutamakan justru tidak dipenuhi.

Baca Juga: Kenali 4 Perilaku Konsumen Ini Agar Bisnismu Makin Untung!

Dampak Konsumerisme

Konsumerisme: Pengertian, Dampak dan Budaya
(Foto belanja online. Sumber: Pixbay.com)

Konsumerisme memiliki dampak positif dan negatif dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah dampak dari hal tersebut. Ada baiknya dimulai dari membahas dampak negatif terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut ini.

  • Tidak bisa mengatur pemasukan dan pengeluaran keuangan.
  • Dapat memicu tekanan sosial.
  • Memicu rasa tidak puas atau kurang bersyukur.
  • Terjadi ketimpangan kelas sosial.
  • Memunculkan gaya hidup serba mewah.

Meskipun menimbulkan banyak dampak negatif, terdapat juga dampak positif dari tindakan boros dan bersenang-senang. Di antaranya adalah berikut ini

  • Memunculkan rasa ingin sukses bagi beberapa individu.
  • Menambah pendapatan bagi pedagang yang menjual barang-barang tersier.
  • Dengan penambahan pembelian, akan meningkatkan permintaan sehingga produsen dapat memperluas pasar dan dapat membuka lowongan pekerjaan.

Dampak dari sebuah kegiatan tentu saja dapat dimaknai berbeda-beda bagi setiap orangnya. Termasuk dampak dari perilaku konsumtif yang telah dijelaskan di atas.

Kendati telah dijelaskan dampak dari dua sisi, yaitu dampak negatif dan positif. Namun bisa berbeda bagi setiap orang yang mengalaminya.

Bisa saja tindakan konsumtif tersebut memberikan dampak yang baik bagi kehidupannya atau sebaliknya. Kembali lagi kepada pemaknaan dan kebijaksanaan hidup setiap orang.

Baca Juga: Penjelasan dan 6 Tips Mengidentifikasi Target Konsumen

Budaya Konsumerisme

konsumerisme
(Foto keluarga belanja. Sumber: Pixabay.com)

Budaya konsumerisme muncul tidak secara tiba-tiba. Awalnya, budaya ini muncul ketika suatu individu atau kelompok melihat hal yang mereka anggap keren dan baik.

Misalnya, suatu tren di luar negeri banyak artis yang juga membeli sepatu mewah dari Nike, Adidas, Onitsuka Tiger, Vans, dan sebagainya.

Sebagian masyarakat dengan kemampuan ekonomi di atas rata-rata, memenuhi kebutuhan untuk membeli sepatu bermerek.

Dengan sepatu bermerek, mereka bisa merasakan kualitas yang digunakan bukan hanya untuk gaya saja. Ada banyak alasan yang bisa dibuat-buat demi menghalalkan tindakan konsumtif.

Sementara itu, berbeda dengan masyarakat kecil. masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi menengah ke bawah,  membeli sepatu bermerek akan terasa berat bagi mereka.

Meskipun berat, terkadang ada saja sebagian masyarakat yang ingin membeli sepatu tersebut hingga menggunakan pinjaman online demi adu gengsi.

Hal tersebut sangat tidak dibenarkan karena akan berdampak negatif apabila terus mengikuti budaya tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui beberapa cara untuk mencegah tindakan konsumtif ini.

Terdapat berbagai cara untuk mengurangi tindakan konsumtif pada diri sendiri, seperti berikut ini.

  • Memulai merasa bersyukur dengan apa yang telah dimiliki.
  • Mulai menata keuangan bulanan.
  • Pilah kembali kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.
  • Memikirkan kembali apakah penting membeli kebutuhan tersier.
  • Memulai menyisihkan uang untuk ditabung.
  • Mulai menyisihkan uang darurat, untuk mengatasi hal yang tidak diinginkan.
  • Tidak terlalu mengikuti tren.
  • Memikirkan kembali kebutuhan jangka panjang yang nanti akan diperlukan.

Misalnya, terdapat sepasang keluarga memiliki anak yang masih berumur kecil. Untuk menghindari manajemen keuangan yang buruk, keluarga tersebut sudah harus memikirkan cara menabung.

Menabung untuk kepentingan anaknya ketika akan bersekolah, seperti ketika salah satu anaknya akan masuk Sekolah Dasar, kemudian Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas.

Pastinya diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk keperluan pendidikan anaknya terutama ketika akan menempuh dunia perguruan tinggi.

Baca Juga: 7 Perbedaan Customer dan Consumer, Sudah Tahu?

Alih-alih melakukan kegiatan yang konsumtif, keluarga dapat menabung untuk keperluan masa depan.

Misalnya, anak tersebut nantinya akan berkuliah. Tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Apabila masuk ke perguruan tinggi swasta, mungkin biaya yang dikeluarkan bisa hingga puluhan juta.

Belum lagi biaya hidup anak ketika kampusnya di luar kota. Mulai dari biaya kost, biaya makan, biaya praktikum, dan sebagainya. Itu sbeabnya, kamu perlu bijak kembali akan mengatur keuangan.

Contoh lain mungkin bagi kalian yang masih berkuliah, mengatur keuangan di masa kuliah sangat penting karena dapat menjadi bekal kita setelah dewasa nanti, terlebih apabila godaan konsumerisme sangat tinggi di kehidupan kuliah.

Kamu perlu bijak mengatur keuangan. Jikaakan mengerjakan tugas, kamu tidak perlu terlalu sering dikerjakan di coffee shop. Ini karena hal tersebut bisa membuatmu jadi boros.

Kamu dapat mencari alternatif lain. Misalnya, mengerjakan tugas di perpustakaan. Bisa juga melakukan berbagai kegiatan lainnya yang bisa mengalihkan pikiran agar tidak melulu melakukan tindakan konsumtif.

Kamu dapat menghemat uang saat kamu mengerjakan tugas di perpustakaan. Kamu dapat mengakses wifi kampus yang pastinya gratis. Dengan demikian kamu dapat menghemat pengeluaran kuota internet kamu.

Untuk menutupi kebutuhan yang lain kamu dapat belajar menghasilkan uang sendiri, misalnya dengan belajar berbisnis.

Selain menambah keterampilan entrepreneur, kamu juga dapat mengerti sulitnya mendapat uang dan memperoleh tambahan uang jajan.

Baca Juga: Jenis-jenis Pola Konsumsi dan Faktor yang Memengaruhinya

Itulah penjelasan mengenai perilaku konsumtif yang sebaiknya bisa kamu hindari. Kamu bisa melakukan manajemen keuangan yang dapat menghemat keuangan kamu dan mengalokasikannya ke hal yang lebih bermanfaat. Jangan lupa, kamu juga harus menabung untuk kebutuhan masa depan.

Sebagai seorang pebisnis, sudah seharus jauh dari tindakan konsumtif itu sendiri. Pebisnis harus fokus mengembangkan bisnisnya dan jangan malah sibuk menghabiskan uang dengan melakukan tindakan konsumtif.

Belanja Harga Murah + Gratis Ongkir + Cashback

X