Biasanya wealth management adalah proses yang melibatkan penasihat keuangan bahkan konsultan bisnis yang akan memberikan rekomendasi langkah yang bisa diambil
Menurut Russ Alan Prince melalui Forbes, cara mengelola aset atau wealth management adalah proses mencari cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan seseorang dengan instrumen-instrumen finansial tertentu.
Namun, definisi ini hanya menyasar orang-orang kelas ata atau pebisnis skala besar yang memiliki kekayaan di nominal tertentu.
Untuk itu, Michael Chamberlain seperti dilansir Forbes kemudian membuat definisi yang lebih umum.
Menurutnya, wealth management adalah proses memanfaatkan layanan, produk, dan kebijakan yang bisa melindungi, meningkatkan, dan mengoptimasi kekayaan seseorang.
Setiap orang pastinya ingin kekayaan dan aset yang sudah mereka miliki bisa dipakai untuk mencapai tujuan keuangan yang dibutuhkan dan diinginkan.
Mumpung masih muda, kamu bisa belajar banyak hal dari prinsip-prinsip wealth management yang mungkin akan kamu syukuri di masa depan. Simak ulasannya, yuk.
Baca juga: 10 Aplikasi Keuangan Pribadi untuk Bantu Kelola Finansialmu!
1. Bagi Pendapatan Menjadi Beberapa Prioritas
Wealth management adalah tentang mengelola uang atau kekayaan yang kita punya, berapapun nominalnya.
Untuk itu, setelah punya pendapatan atau pemasukan, anak muda yang belum punya banyak tanggungan bisa saja terjebak menghabiskannya untuk keinginan atau kebutuhan yang tidak begitu mendesak.
Ada baiknya, sejak memiliki penghasilan, coba untuk membuat prioritas seperti berikut.
Spending
Ini merupakan pengeluaran untuk kebutuhan pokok. Ini adalah pengeluaran yang tidak bisa dielakkan. Misalnya, membayar tagihan listrik dan air atau sewa kos/apartemen, membayar pajak, makan dan minum sehari-hari, dan lain sebagainya.
Upayakan untuk membeli kebutuhan yang tidak bisa ditunda dulu sebelum menggunakannya untuk kebutuhan sekunder dan tersier.
Saving
Sisa dari kebutuhanmu langsung saja dikunci di dalam tabungan.Tabungan tidak hanya untuk dana darurat, tetapi juga dapat dialokasikan dalam bentuk iuran asuransi kesehatan atau cicilan rumah atau barang lain yang punya nilai guna dan bisa dipakai serta dijual lagi di masa depan.
Giving
Alokasi dana untuk amal dan membantu orang lain juga bisa dialokasikan beberapa persen dari pendapatanmu sebagai bentuk rasa syukur. Membantu orang lain yang membutuhkan akan membuatmu lebih tenang dan lega.
Kamu tidak wajib mengalokasikannya dalam bentuk persentasei yang pakem. Silakan dahulukan apa yang dibutuhkan dan tidak bisa ditunda dulu. Sisanya bisa langsung dimasukkan dalam tabungan.
Ini akan menghindarkan diri dari godaan untuk memanfaatkan dana yang tersisa untuk hiburan dan hobi yang sebenarnya bisa ditabung dan dipakai saat kamu butuh healing saja.
Kebutuhan tersier dan sekunder tentu tidak memiliki urgensi untuk dipenuhi tiap bulannya, bukan?
Baca juga: Ini 9 Contoh Laporan Keuangan dan Penjualan yang Perlu Kamu Tahu!
2. Cerdik dan Teliti Saat Memilih Tipe Penyimpanannya
Prinsip lainnya adalah cerdik saat memilih bank dan tipe simpanan. Ada yang merekomendasikan kamu memiliki dua rekening. Satu untuk belanja dan transaksi dan satu lagi untuk kebutuhan menabung. Prinsip ini murni pilihan tiap orang.
Saat akan membuka rekening, pertimbangkan biaya admin yang harus kamu keluarkan tiap bulannya. Kemudian, kembalikan ke kebutuhanmu sendiri.
Kalau memang belum begitu membutuhkan, bukan masalah untuk tidak membuka rekening baru hanya karena rekomendasi orang lain. Silakan temukan sendiri yang pas buatmu.
3. Berhutang dengan Cermat
Jika memang sebuah barang atau jasa tidak bisa dibeli secara kontan, berhutang atau mencicil bukan masalah, kok. Hanya saja jangan jadikan kebiasaan yang toksik dan akan mengganggu kondisi kesehatan finansialmu.
Berhutang dan mencicil punya konsekuensi, salah satunya harga yang dibayar jadi lebih mahal karena keberadaan bunga tersembunyi. Hitung masak-masak sebelum mengambil pinjaman dan cicilan.
4. Investasi Jangka Panjang
Waktu adalah teman terbaik dari sebuah investasi. Jadi, melek investasi semenjak muda akan menguntungkanmu di masa tua nanti.
Kamu bisa mencoba berbagai instrumen investasi yang ada dan bisa diakses umum. Misalnya saham, danareksa, dan deposito.
Atau coba aset tidak bergerak seperti properti yang bisa disewakan dan menghasilkan passive income. Investasi dalam bentuk bisnis kecil juga bagus karena bisa memberikanmu penghasilan tambahan di luar pendapatan utama.
Pastikan kamu tahu nilainya akan terus bergerak naik seiring berjalannya waktu dan tidak musnah tertelan inflasi.
Baca juga: Ketahui 5 Manfaat Laporan Keuangan yang Tak Kalah Penting
5. Investasi Leher ke Atas
Selain investasi dalam bentuk aset dan saham, ada jenis investasi leher ke atas. Investasi jenis ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk ilmu, pengetahuan, dan keterampilan.
Untuk mendapatkannya kamu bisa mengikuti kursus, program pelatihan bersertifikasi profesional, atau mengejar gelar edukasi formal, seperti studi lanjut, membeli buku yang bermanfaat, dan lain-lain.
Investasi jenis ini akan membantumu mengambil keputusan keuangan yang lebih bijak, bahkan mungkin menemukan peluang-peluang karier yang lebih baik.
Pada dasarnya wealth management adalah cara mengelola aset yang benar. Untuk itu, tidak hanya mengandalkan masukan atau nasihat dari financial advisor.
Kamu pun harus memiliki insting yang kuat untuk mengambil keputusan-keputusan. Itu bisa dilatih dengan terus belajar dan mengembangkan diri.
Alasan Wealth Management Penting Untuk Anak Muda
1. Wealth
Kekayaan sendiri sangat relatif tergantung persepsi orang. Ia bisa saja 10 juta, 100 juta, dan lain sebagainya. Berapa pun nominalnya, keterampilan wealth management dibutuhkan oleh setiap orang dan level aset.
Ini artinya anak muda pun memiliki kewajiban untuk belajar mengelola kekayaannya meski asetnya masih terbatas. Biasanya anak muda berada di level kekayaan kecil (little wealth) dan menengah (moderate wealth).
Baca Juga: Mengenal 4 Jenis Jurnal Khusus dan Fungsinya dalam Bisnis
2. Little Wealth
Hal ini merujuk pada komunitas penduduk yang mampu memenuhi kebutuhan dasarnya dengan sedikit sisa untuk kebutuhan tambahan dan tak terduga.
Moderate wealth biasanya merujuk pada kelas menengah di mana mereka memiliki sisa kekayaan bisa dioptimasi untuk melindungi kekayaan dan kebutuhan mereka misal dengan mendaftarkan diri dalam program asuransi, menabung untuk pensiun, membeli properti, dan lain sebagainya. Kebanyakan hal-hal ini bisa dilakukan sendiri tanpa bantuan profesional.
Di tengah gempuran konsumerisme, anak muda terutama yang sudah di level moderate wealth berisiko tergiur menyalurkan kekayaan mereka untuk hal-hal yang ternyata tidak begitu dibutuhkan di masa depan.
Untuk itu, melek finansial sejak muda sangat penting. Wealth management adalah skill yang tidak hanya bertumpu pada pengetahuan, tetapi juga komitmen dan disiplin. Jadi ketiganya harus berjalan beriringan.
Percuma jika kamu sudah membaca puluhan buku tentang financial planning, tetapi tidak mengeksekusinya.
Tanpa eksekusi, kamu tidak pernah tahu apakah metode wealth management adalah hal yang paling pas untuk situasi keuangan dan kepemilikan asetmu saat ini.
Mengingat semuanya adalah hal yang cukup privat dan personal. Semoga ulasan di atas bisa jadi pencerahan untuk para profesional muda atau young adult yang baru masuk dunia kerja.