Apa beda reseller dengan dropship? Tak sedikit yang sulit membedakan keduanya, lho.
Meski sama-sama pengecer, keduanya memiliki sistem penjualan yang berbeda. Dari segi besaran modal pun berbeda.
Jika kamu masih pemula dan ingin mencoba bisnis online, kamu bisa memilih jadi reseller atau dropshipper. Hal ini karena dua sistem bisnis ini paling mudah diterapkan.
Apalagi dengan banyaknya aplikasi yang dapat membantu jualan bagi para reseller dan dropshipper. Kamu bisa memulai bisnis bahkan dari ponsel.
Namun, sebelum memilih mana yang paling cocok untukmu, mari kita cari tahu apa beda reseller dengan dropship.
Baca juga: 3 Cara Dropship Tokopedia, Mudah dan Menguntungkan!
Pengertian Reseller
Sebelum beranjak membahas beda reseller dengan dropship, kamu perlu tahu terlebih dahulu pengertian masing-masing istilah.
Reseller adalah orang yang membeli produk langsung dari produsen atau pedagang grosir dalam jumlah besar. Ia kemudian menjualnya kembali dengan harga eceran.
Pedagang reseller biasanya juga mengemas ulang produk yang ia beli secara curah atau produk white label dari produsen yang memproduksinya dengan sistem demikian.
Mengapa banyak orang yang tertarik menjadi reseller? Big Commerce menjawab, banyak orang yang memiliki dorongan untuk memulai bisnis online, tetapi tidak memiliki kreativitas atau waktu luang untuk membuatnya.
Meski butuh waktu untuk pembuatan akun toko dan aktivitas lain yang dibutuhkan untuk memulai bisnis online, tetap saja jauh lebih singkat dibanding produksi sendiri.
Reseller hanya perlu mencari produk dan menemukan harga yang dapat diterima dari pemasok. Namun, mereka tidak perlu khawatir untuk benar-benar membuat barang tersebut.
Lalu, bagaimana cara kerja reseller? Reseller menemukan produk yang dapat dijual dengan harga lebih tinggi.
Namun sebagai reseller, kamu harus terlebih dahulu membelinya kemudian menjualnya dengan harga lebih tinggi untuk mendapat keuntungan. Oleh karena itu, butuh modal yang cukup besar di awal.
Kamu pun harus yakin bahwa pelanggan akan puas dengan produk yang kamu jual. Jika pelanggan mengembalikan produk dengan alasan apa pun, sebagai reseller kamu bisa merugi.
Pasalnya, kamu tidak dapat mengembalikan produk kepada pemasok. Pengecualian bisa terjadi jika pemasok atau pedagang grosir yang kamu ajak kerja sama mau menerima pengembalian barang.
Namun, tetap saja biaya pengiriman pengembalian menjadi tanggung jawabmu. Ketika menjadi reseller, kamu perlu memahami risiko ini.
Baca juga: Ini 8 Aplikasi Reseller Tanpa Modal yang Bikin Jualan Anti-ribet
Pengertian Dropship
Menurut Square Up, dropship adalah metode pemenuhan retail yang mana bisnis tersebut tidak menyimpan produk dijualnya sebagai stok.
Ketika penjual melakukan dropship, ia membeli produk tersebut langsung dari pihak ketiga yang mengirimkannya langsung ke pelanggan. Pihak ketiga tersebut, yaitu produsen, grosir, atau pengecer lain.
Bila kamu melakukan bisnis dropship, kamu bertindak sebagai etalase tempat pelanggan mengunjungi dan memesan produk. Kamu tidak pernah menangani produk yang sebenarnya.
Cara kerja dropship sangat mirip dengan reselling. Namun beda reseller dengan dropship, kamu perlu melakukan kesepakatan khusus dengan pemasok produk.
Ketika kamu menemukan pelanggan untuk penjualan suatu produk, kamu menjualnya dengan hargamu sendiri.
Setelah terjual, kamu memberikan detail ke pemasok, seperti jenis produk, jumlah pesanan, dan alamat kirim. Pemasok pun akan mengirim pesanan langsung ke pelangganmu setelah kamu membayar pesanan tersebut.
Hampir tidak ada investasi yang diperlukan ketika melakukan dropship, karena kamu akan menerima uang dari pembeli. Simpan keuntunganmu, kemudian beli produk untuk sisa uang yang sudah kamu terima.
Baca juga: 9 Ide Bisnis untuk Pemula yang Bisa Kamu Coba
Beda Reseller dengan Dropship
Setelah tahu pengertian masing-masing istilah reseller dan dropship. Kini saatnya mengetahui beda reseller dengan dropship.
Apa saja perbedaannya? Simak daftar beda reseller dengan dropship di bawah ini.
1. Sistem Kerja Berbeda
Beda reseller dengan dropship yang pertama, yaitu pada sistem kerjanya. Reseller memiliki sistem kerja yang hampir sama dengan pelaku retail offline.
Oleh karena itu, reseller harus menyediakan stok sebelum menjual barang ke konsumen. Adapun dropship memiliki sistem kerja berbeda dengan reseller.
Dropshipper lebih fokus pada pemasaran produk saja. Jika ada pesanan produk, dropshipper bisa mengalihkan ke pihak ketiga.
2. Jenis Layanan yang Digunakan
Beda reseller dan dropship kedua, yaitu dari segi jenis layanan yang digunakan untuk melayani pelanggan. Reseller memberikan pelayanan langsung kepada konsumen, mulai dari pengemasan hingga pengiriman barang.
Ada pun dropshipper hanya memberikan layanan komunikasi pada saat pemesanan atau komplain pelanggan. Terkait pengemasan dan pengiriman produk, semuanya dilakukan oleh pihak ketiga.
3. Strategi dan Metode Pemasaran
Biasanya, reseller melakukan pemasaran langsung ke konsumen dengan menawarkan produk yang mereka jual.
Ada pun strategi dan metode pemasran dropshipper biasanya menggunakan media sosial. Misalnya, melalui Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp, dan sebagainya.
Baca juga: 5 Manfaat Social Media Marketing Bagi UMKM, Begini Strateginya!
4. Ketersediaan Stok
Beda reseller dengan dropship selanjutnya, terletak pada ketersediaan stok produk. Bagi reseller, menyediakan stok barang yang akan dijual merupakan suatu keharusan.
Biasanya reseller akan membeli stok barang dari pedangan grosir atau produsen dengan harga bersaing.
Di sisi lain, penjual dropship tidak perlu memusingkan ketersediaan stok, karena hanya fokus memasarkan produk. Proses lainnya akan diteruskan ke pemasok.
5. Jumlah Modal yang Digunakan
Beda reseller dan dropship selanjutnya, yaitu pada besaran modal yang disediakan. Reseller perlu menyiapkan modal yang lebih besar dari dropshipper.
Hal ini karena reseller harus menyediakan stok barang yang akan dijual. Adapun dropshipper biasanya hanya menggunakan modal relatif lebih kecil.
Baca juga: 5 Langkah Jadi Supplier Baju, Modal Ringan Omzet Jutaan!
6. Jumlah Keuntungan yang Diterima
Beda reseller dengan dropship selanjutnya, yaitu jumlah keuntungan yang diterima. Biasanya, reseller akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena memiliki stok barang dengan harga lebih murah.
Adapun keuntungan yang diterima penjual dropship biasanya lebih kecil karena membeli produk sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pelanggan. Penjual dropship tidak mendapatkan benefit dari membeli dalam jumlah banyak seperti reseller.
7. Risiko
Faktor risiko juga menjadi penentu beda reseller dengan dropship. Reseller cenderung mengalami risiko yang lebih besar karena menyetok barang.
Stok barang yang tidak terjual akan menjadi beban kerugian reseller. Adapun risiko yang ditanggung dropshipper terletak pada kualitas produk.
Penjual dropship tidak bisa mengecek langsung kualitas barang yang dikirim pihak ketiga. Jika ada kecacatan produk atau pengembalian, penjual dropship harus berurusan lagi dengan pihak ketiga.
Itulah penjelasan mengenai beda reseller dan dropship. Semoga informasi ini bermanfaat.